Dimensi Manhajul Fikri Dalam Ikhya' 2006

      Tentang Adab (Etika) Membaca Al Qur'an Secara Lahiriyah (Dzohir)


                    بسم الله الرحمن الرحيم

    Segala Puji Bagi Allah,Tuhan Semesta Alam,Yang Telah Menganugerahi Pada Semestanya,Keragaman Pengetahuan Yang Dengannya Manusia Beserta Seisi Alamnya,Dapat Mengerti Dengan Ketajaman Hati Nuraninya,Tentang KeagunganNYa,Sholawat Beserta Salam Semoga Senantiasa Tercurahkan Keharibaan Al Musthofa,Yang Menjadi Penghulu Para Nabi Dan Rosul,Kepada Para Sahabat Dan Dzuriathnya أما بعد
      Pada Catatan Sebelumnya Sudah  Di Bahas Tentang,Pemahaman Al Qur'an Dengan Jalan Arro'yu,Yang Pada Dasarnya Memberikan Kesimpulan Bahwa Sinergitas Lahir Dan Bathin Memang Tidak Bisa Di Jauhkan Dari Para Salik Jalan Rukhani,Oleh Sebab Itu Upaya Pemahaman Al Qur'an Tidak Serta Merta Meninggalkan Tentang Etika Pembaca'annya,Al Qur'an Yang Oleh Ummat Islam Adalah Sebagai Wahyu Tuhan,Yang Memerlukan Pembelajaran Secara Khusus Baca'annya,Etika Pembaca'annya pun Memerlukan Rumusan Yang Mudah Di Pelajari Dan Di Amalkan Oleh Para pembacanya,Bahkan Hanya Baca'an Al Qur'anlah Yang Di Beri Kedudukan Pahala,Selain Sholawat Atas Baginda Nabi,Baik Dengan Pemahaman Maupun Tanpanya,pada Catatan Sederhana Ini,Kami Akan Memberikan Isyarat Atas Tulisan Imam Al Ghazali Dalam Karya Fenomenalnya"Ikhya'Ulumidien" Menghidupkan Kembali Ilmu Ilmu Agama)Yaitu Tentang "Etika Etika Membaca Al Qur'an Secara Lahir".Agar Dengan Isyarat Rumusan Ini Bisa Mempermudah Bagi para Pencari Jalan Akhirath Untuk Mempelajarinya,Guna Memperkuat Kwalitas Amaliyath Yang Pada Akhirnya Memberikan Atsar/Pengaruh Akhlak Kandungan Isi Al Qur'an Yang Memiliki Rakhmat Universal.Pada Bahasan Ini Dalam Kitab Ikhya' Berkisar Dalam Bab Yang Kedua:Tentang Adab Adab (Etika) Membaca Al Qur'an Secara Lahir Yaitu Ada 10
     
       1.Tentang Keada'an Pembaca ( القارىء )
Hendaklah Bagi Pembaca Al Qur'an Dalam Keada'an Berwudlu,Yang Menempatkan Dan Memposisikan Diri,Sesuai Formasi Sikap Etika (Adab) Dan Ketenangan,Baik Dalam Keada'an Berdiri Maupun Duduk.
    A.Dalam Keada'an Duduk.
Menghadap Qiblath Dengan Menundukkan Kepala,Bila Dalam Keada'an Tidak Duduk (Bersila),Dan Duduk Berteletakan,Dan Tidak Duduk Dengan Formasi Serta Posisi Takabur (Sikap Sombong),Keadaan Duduknya Seorang Qori' Sendirian Itu(Alangkah Lebih Baiknya)Seperti Duduknya Qori'(Pembaca Qur'an)Ketika Ada Di Hadapan Ustadznya (Pengajar Baca'an Al Qur'an)
     B.Dalam Keada'an Berdiri.
Keada'an Yang Lebih Afdol,Hendaklah Seseorang Membaca Al Qur'an Dalam Keada'an Sholat (Keadaan Berdiri) Dan Di Dalam Masjid,Yang Demikian Adalah Amal Amal Yang Lebih Utama (Afdlol)
      C.Dalam Posisi Berbaring.
Apabila Seseorang Membacanya Dalam Keadaan Tidak Berwudlu Dan Dia Berbaring(Pada Hamparan,Maupun Ranjang),Maka Baginya Mendapat Keafdlolan Juga,Akan Tetapi Di Bawah Membacanya(Ayat Ayat Al Qur'an )Dalam Sholat (Dalam Keadaan) Berdiri,Maupun Dalam Keada'an Duduk,Seperti Duduknya Seseorang Di Hadapan Guru Ngajinya(Posisi A)
       Allah Azza Wa Jalla Berfirman:
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ  وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۚ  رَبَّنَا مَا  خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا  ۚ  سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"(Yakni orang-orang yang) menjadi 'na`at' atau badal bagi yang sebelumnya (mengingat Allah di waktu berdiri dan duduk dan ketika berbaring) artinya dalam keadaan bagaimana pun juga sedang menurut Ibnu Abbas mengerjakan sholat dalam keadaan tersebut sesuai dengan kemampuan (dan mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi) untuk menyimpulkan dalil melalui keduanya akan kekuasaan Allah, kata mereka: (Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau ciptakan ini) maksudnya makhluk yang kami saksikan ini (dengan sia-sia) menjadi hal sebaliknya semua ini menjadi bukti atas kesempurnaan kekuasaan-Mu (Maha Suci Engkau) artinya tidak mungkin Engkau akan berbuat sia-sia (maka lindungilah kami dari siksa neraka.)"
(Tafsir Jalalain, Ali 'Imran Surath Ke 3,Ayat 191)
        Dalam Ayath Ini Allah SWT,Memberikan Pujian Terhadap Orang2 Yang MengingatNYa Dalam Segala Khal (Posisi),Akan Tetapi Allah Mendahulukan MengingatNYa Dalam Keadaan Berdiri(Mengerjakan Sholat)Mengingatnya Dalam Keadaan Duduk(Membaca Al Qur'an Dan Taddarus Tentang Ilmu Ilmu Agama/Akhirat)Kemudian MengingatNYa Dalam Keadaan Berbaring (Pada Hamparan,Ranjang Tidur,Bila Sudah Tidak Mampu Lagi Untuk Berdiri Dan Duduk)
       Sahabat Ali (Bergelar: Pintunya Gudang Ilmu Pengetahuan) Mengatakan:
 من قرأ القرآن وهو قائم في الصلاة كان له بكل حرف مائة حسنة ومن قرأه وهو جالس في الصلاة فله بكل حرف خمسون حسنة ومن قرأه في غير صلاة وهو على وضوء فخمس وعشرون حسنة ومن قرأه على غير وضوء فعشر حسنات وما كان من القيام بالليل فهو أفضل لأنه أفرغ للقلب 
     Barang Siapa Yang Membaca Al Qur'an Sedangkan Dia Dalam Keada'an Berdiri Mengerjakan Sholat Maka Baginya Pada Setiap Huruf Mendapat Seratus Kebaikan,Dan Bila Dia Membacanya Dalam Keada'an( Rukun) Duduk pada Sholat,Maka Baginya lima Puluh Kebaikan(Pada Setiap Hurufnya),Bila Dia Membacanya Di Selain Sholat Dan Dia Dalam Keada'an Wudlu Maka Baginya Pada Setiap Hurufnya Mendapat Dua Puluh Lima Kebaikan,Dan Bila Dia Membacanya(Di Luar Sholat) Dalam Keadaan Tidak Berwudlu Maka Baginya Pada Setiap Huruf Mendapat Pahala Sepuluh Kebaikan,Dan Baca'an (Al Qur'an )Yang Ada Pada Mengerjakan Sholat Di Malam Hari,Maka Itu Lebih Afdlol,Karena Lebih Menumpahkan Untuk Hati.
        Abu Dzar Al Ghifary Rodliallahu Anhu Berkata:
  إن كثرة السجود بالنهار وإن طول القيام بالليل أفضل 
   Sesungguhnya Memperbanyak Sujud(Dalam Sholat) Pada Siang Hari,Dan Sesungguhnya lamanya Berdiri (Dalam Sholat) pada Malam Hari Itu Lebih Afdlol.Lamanya Berdiri Pada Sholat Malam Yang Lebih Utama Pada Ungkapan Beliau (Abu Dzar)Bermaksud Memperbanyak Baca'an Al Qur'annya.

         2.Tentang Kuantitas,(Ukuran Dalam Pengkhataman Al Qur'an).
    
     Untuk Para Pembaca Al Qur'an(Ulama'2 Yang Berpendapat Tentang Kuantitas Membaca Al Qur'an),Biasanya Mereka Memiliki Kebiasaan Yang Berbeda Beda Dalam Hal Memperbanyak Dan Meringkas Pengkhataman Membaca Al Qur'an.
Dari Sebagian Mereka Ada Yang Mengkhatamkan Membaca Al Qur'an Dalam Sehari Semalam Satu Kali,Ada Yang Dua Kali,Bahkan Ada Yang Mencapai Kisaran Tiga Kali,Ada Yang Mengukur Satu Bulan Sekali,Lebih Utamanya Pendapat Yang Di Buat Untuk Ukuran Tentang Kuantitas Pedoman Dasar  Mengkhatamkan Membaca Al Qur'an Yaitu Sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam:
 من قرأ القرآن في أقل من ثلاث لم يفقهه حديث من قرأ القرآن في أقل من ثلاث لم يفقهه أخرجه أصحاب السنن من حديث عبد الله بن عمرو وصححه الترمذي
        Barang Siapa Yang Membaca Al Qur'an(Mengkhatamkannya)Pada Yang Lebih Sedikit (Sangat Singkat, Kurang )Dari Tiga Hari,Maka Al Qur'an Itu Tidak Memberikan Pemahaman Padanya.Takhrij(Di Kutip) Oleh:Askhabusunnan Dari Khaditsnya Abdullah Bin Umar,Attirmidzi Mensokhikhkannya.
    Mengapa Demikian?Kenapa Nabi Memberikan Penekanan Pengkhataman Al Qur'an Tidak Lebih Sedikit (Kurang)Dari Tiga Hari,Karena Sesungguhnya Menambahi Lebih Sedikit Dari Ketentuan Sabda Nabi SAW,Akan Mencegah Dari Membaca Secara Perlahan lahan (Tartiel) Sehingga Tidak Memberikan Pemahaman Dari Baca'annya,Apalagi Sampai Merenunginya(Taddabur)
وقد قالت عائشةرضي الله تعالى عنها لما سمعت رجلا يهذر القرآن هذرا إن هذا ما قرأ القرآن ولا سكت 
      Sungguh Aisyath R Anha Telah Berkata,Ketika Beliau Mendengar Seorang Laki Laki Sedang Menggumamkan Dengan Seperti Celotehan Yang Sebenar Benarnya Celotehan Pada Baca'an Al Qur'an (Seperti Orang Yang Celoteh): Sesungguhnya Orang Ini Tidak Sedang Membaca Al Qur'an,Tidak Juga Lagi Diam.
وأمر النبي صلى الله عليه وسلم عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن يختم القرآن في كل سبع حديث أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم عبد الله بن عمرو أن يختم القرآن في كل أسبوع متفق عليه من حديثه 
      Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam Telah Memerintahkan Kepada Abdullah Bin Umar Untuk Mengkhatamkan Membaca Al Qur'an Pada Setiap Tujuh Hari(Sepekan).Khadits Perintah Rosulullah Kepada Ibnu Umar Untuk Mengkhatamkan Al Qur'an Pada Setiap Sepekan,Kutipan Khadits MutafaQ Alaihi,Dari Khaditsnya Abdullah Bin Umar.
    Seperti Halnya Demikian (Perintah Nabi Terhadap Abdullah Bin Umar)Adalah Segolongan Sahabat R Anhum,Yang Senantiasa Mengkhatamkan Membaca Al Qur'an Setiap Hari Jum'at(Sepekan),Seperti Sahabath Utsman Bin Affan,Zaid Bin Tsabitah,Ibnu Mas'ud Dan Ubay Bin Ka'ab.
       Tentang Pengkhataman Membaca Al Qur'an Ada 4 Derajat/Tingkatan.
   A.Pengkhataman Membaca Al Qur'an,Dalam Kurun Waktu Sehari Semalam,Pengkhataman Ini,Sungguh Segolongan Para Sahabat Tidak Menyukainya.
   B.Pengkhataman Al Qur'an Pada Setiap Bulan,Setiap Hari Membaca 1 Juzz ,Dari Jumlah 30 Juzznya Al Qur'an,Akan Tetapi Khataman Setiap Satu Bulan,Seakan Berlebihan Dalam Hal Meringkas( Menyedikitkan Membaca),Seperti Halnya Yang Pertama(Sehari Semalam Khatam),Juga Sangat Berlebih Lebihan Dalam Memperbanyak Membacanya(Al Qur'an),Diantara Dua Tingkatan(Khataman Al Qur'an) Diatas,Ada Dua Derajat Yang Keduanya Termasuk Dalam Kategori Tingkatan Yang Sedang(Sederhana)Salah Satunya Yaitu:
    C.Khataman Membaca Al Qur'an Dalam Waktu Seminggu Sekali,Artinya Khataman Al Qur'an Selama 7 Hari.Dan Yang Kedua Yaitu:
    D.Khataman Membaca Al Qur'an,Dalam Seminggu Dua Kali,Artinya Dalam Kira Kira 3 Hari Khatam Satu Kali,Untuk Yang Lebih Banyak Di Sukai,Hendaklah Seorang Pembaca Al Qur'an Mengkhatamkan Al Qur'an,Satu Khataman Di Malam Hari Dan Satu Khatamanya Lagi Di Siang Hari,Yang Pertama Ia Menjadikan Khatamannya  Di Siang Hari Pada Hari Senin Dalam Roka'at Kedua Sholat Fajar(Sholat Shubuh)Atau Setelahnya Sholat Shubuh,Yang Kedua Ia Menjadikan Khatamannya Di Malam Hari,Pada Malam Jum'at Pada Roka'at Kedua Sholat Maghrib Atau Setelahnya Sholat Maghrib,Agar Ia menghadap Awal Hari Dan Awal Malamnya Dengan Khataman Membaca Al Qur'an,Sesungguhnya Para Malaikat Akan Mendo'akannya Bila Khatamannya Di Waktu malam,Maka Akan Sampai Waktu Shubuh,Dan Bila Khatamannya Siang,Maka Akan Sampai Sore(Di Do'akan Para Malaikat),Maka Berkahnya Dua Khataman Itu (Khatam siang Dan Malam)Akan Mencakup Kesemua'an Waktu Malam Dan Siang (Dalam Do'a Para Malaikath).
        Rincian Yang Bisa Di Simpulkan Tentang Ukuran Membaca Al Qur'an Secara Global.

      1.Sesungguhnya,Apabila Pembaca Al Qur'an Adalah Sebagian Dari Orang2 Yang Abid (Berkecimpung Dalam Urusan Ibadath)Yang Menempuh Jalan Pengamalan Ilmu (Muamalah) Maka Tidak Seyogyanya Untuk Mengurangi Dari Dua Khataman Pada Sepekan
      2. Apabila Pembaca Al Qur'an Berasal Dari Orang Orang Yang Berkecimpung Dalam Amal Amal Urusan Bathin(Spiritual) Dan Macam Macam Pemikiran,Atau Berasal Dari Sebagian Orang Orang Yang  Di Sibukan,Dengan Urusan Menyebarkan Ke Ilmuan(Mengajarkan Ilmu),Maka Tidak Mengapa,Apabila Ia Meringkas Mengkhatamkan Baca'an Al Qur'annya,Artinya Mengkhatamkan Al Qur'an Dalam Seminggu Satu Kali Saja.
       3.Apabila Pembaca Al Qur'an Adalah Orang Yang Berkecimpung Dalam Penerapan Sebuah Pemikiran Tentang Ma'na Ma'na Kandungan Al Qur'an,Maka Terkadang (Bisa Di Anggap) Cukup Dengan Satu Kali Khataman Dalam Sebulan,Karena Banyaknya Khajat Baginya Untuk Memperbanyak(Mondar Mandir) Waktu Tela'ath Dan Meneliti(Memperhatikan Dengan Penuh Ketelitian).

            3.Yang Ketiga,Tentang Mekanisme Pembagian Al Qur'an(Takhzib,Pembuatan Khizb Al Qur'an).
      Pengenalan (تعريف) Tentang Khizb.
Istilah (Idiom) Tentang Takhzieb (Pengguna'an Khizib Pada Al Qur'an ) Itu Mempelajari Tentang Al Qur'an (Yang Aziez),Tentang Bagaimana Membaca Dan Menuliskannya Secara Bersama'an,Pembagian Al Qur'an Menurut Mekanisme Takhzieb (Pembagian Ketika Di Baca Yang Terdiri Dari Beberapa Surath) Dan Pembagian Menurut Mekanisme Juzz (Pembagian Pada Bagian Bagian Keseluruhan Al Qur'an Dari Juzz/Bagian Pertama Hingga Bagian Yang Ke 30) Itu Keberadaan Keduanya Menempati Pada posisi Pembaca'an Al Qur'an,Dan Posisi (Keduanya),Berada Dalam Muskhaf Al Qur'an.
    Yakni Yang Di Maksud Takhzieb Dalam Baca'an Al Qur'an,Seorang Qori' Menjadikan (Baca'annya) Sebagai Wirid Yang Di Tentukan Dari Al Qur'an Yang Ia Akan Membacanya Di Setiap Hari,Terus Menerus Tanpa Merasa Bosan.
      Sedangkan Takhzieb Dalam Sebuah Muskhaf Yaitu:Sesuatu Yang Di Buat Oleh Para Penulis/Penyalin Naskhah Beberapa Muskhaf,Dari Rumusan Rumusan Yang Di Terapkan Pada Khasiyath( pinggir,perbatasan,Tepi,Garis Tepi,Serta Catatan Kaki)Muskhaf,Sebagai Isyarath Pada Bagian Bagian Al Qur'an (Juzz) Yang Berjumlah 30,Yang Sudah Masyhur Untuk Pembagian Pembagian Al Qur'anul Aziez Dengannya (Juzz)
       Untuk Pembaca (Al Qur'an),Yang Mengkhatamkannya Satu Kali Dalam Seminggu,Maka Ia Akan Membagi Al Qur'an Menjadi 7 Akhzab(Hizb Al Qur'an).
   Sungguh,Para Sahabat Rodliallahu Anhum Telah Membuat Khizb,Dengan Beberapa Khizb,Pada Al Qur'an,Khadits Tentang Pengkhizban (Pembagian Pembagian Al Qur'an Dalam Beberapa Jumlah Surath)Al Qur'an Atas Tujuh Bagian,Takhrij (Di Kutip)Oleh Ibnu Majah Dari Khaditsnya Uais Bin Khudzaifah Pada Khaditsnya Beliau (Yaitu Terdapat Riwayath):Telah Muncul (Berkembang )Padaku Yaitu Khizb,Dari (Pengetahuan Baca) Al Qur'an,Uais Bin Khudzaifath Berkata:Kemudian Saya Menanyakan (Tentang Khizb) Pada Para Sahabat Rosulullah SAW,Bagaimanakah Kalian Membuat Khizb (Pada ) Al Qur'an? Para Sahabat Menjawab:Terdiri Dari Tiga (Surath),Lima,Tujuh,Sembilan,Sebelas, Tiga Belas Dan Khizb Mufashal (Khizb Pemisah,Antara Khizib Yang Satu Dengan Khizb Berikutnya).
    Dalam Sebuah Riwayath Yang Di Takhrij Oleh Atthabrani Di Sebutkan:"Maka Kamipun Menanyakan Pada Para Sahabat Rosulullah SAW,Tentang Bagaimanakah Rosulullah SAW Mengkhizib Al Qur'an,Para Sahabat Menjawab:Beliau Membagi(Membuat Khizb)  Dengan(Terdiri Dari)Tiga (Surath Al Qur'an)",Atthabrani Menyebut Khadits Marfu' Dengan Kedudukan Sanad Yang Khasan.
فروي أن عثمان رضي الله عنه كان يفتتح ليلة الجمعة بالبقرة إلى المائدة وليلة السبت بالأنعام إلى هود وليلة الأحد بيوسف إلى مريم وليلة الاثنين بطه إلى طسم موسى وفرعون وليلة الثلاثاء بالعنكبوت إلى ص وليلة الأربعاء بتنزيل إلى الرحمن ويختم ليلة الخميس
     Maka Di Riwayatkan Bahwa Sesungguhnya Sahabath Utsman Adalah (Orang)Yang Memulai(Membuka Membaca Al Qur'an) Di Malam Jum'at Dengan Membaca Surath Al BaQoroth Sampai Al Mai'dath,Malam Sabtu Beliau Memulainya Dengan Surath Al An'am Sampai Surath Huud,Malam Akhad (Minggu) Beliau Memulainya Dengan Surath Yusuf Sampai Maryam,Malam Senin Dengan Surath Thaha Sampai Tha Sien Miem (طسم),Berita Tentang Kisah Nabi Musa Dan Fir'aun (Surath Assu'ara),Malam Selasa Dengan Surath Al Ankabut Sampai Surath Shad,Malam Rabu Memulainya Dengan Surath Tanzielul kitabi Minallah (Surath Azzumar/ Rombongan Rombongan) Dan Beliau (Utsman Bin Affan) Mengkhatamkan Di Malam Kamis.
     Dan Telah Di Riwayatkan Bahwa Sesungguhnya Ibnu Mas'ud Adalah Orang Yang Membagi Al Qur'an Dalam Beberapa Bagian,Akan Tetapi Tidak Seperti Urutan Ini (Seperti Utsman Bin Affan)
      Di Katakan Bahwa Ibnu Mas'udlah Yang Membuat Khizb Khizb Al Qur'an Menjadi 7 Khizb (Bagian),Khizib Yang pertama Terdiri Dari Tiga Surath,Khizib Yang kedua Terdiri Dari Lima Surath,Khizb Yang ke Tiga Terdiri Dari Tujuh Surath,Khizib Yang Ke Empat Terdiri Dari Sembilan Surath,Khizib Yang kelima Terdiri Dari Sebelas Surath,Khizib Yang Ke Enam Terdiri Dari Tiga Belas Surath,Dan Khizib Yang Ke tujuh Adalah Khizib Al Mufashil (Khizib Yang Memisahkan Dari Surath Qhaf (ق),Sampai Akhir,Kemudian Seterusnya Para Sahabat R Anhum Membuat khizb,Dan Mereka (Para Sahabat) Membaca Al Qur'an Dengan Khizib Itu,Seperti Demikian (Pengkhizibannya Ibnu Mas'ud),Pada Pemaparan Tentang Khizb Ini,Terdapat Sabda Dari Baginda Nabi SAW,Pemaparan Tentang Khizib Ini,Itu Sebelum Di Gunakannya Pembagian Al Qur'an Menurut Mekanisme Pembagian Satu Perlima (Dari Al Qur'an) Dan Satu Persepuluh (Dari Pembagian Al Qur'an) Dan Juzz Juzz Al Qur'an (Juzz Pertama Hingga Juzz Ke 30),Kemudian Keterangan,Selain keterangan Tentang Khizib (Pembagian Bagian Bagian Al Qur'an) Oleh Para Sahabat Nabi,Merupakan Keterangan Yang Sifatnya Datang Baru.
       
         4.(Yang Ke Empat) Tentang Penulisan Al Qur'an (Ayat Ayat Al Qur'an)

    Memperindah Penulisan (Ayat Ayat) Al Qur'an Dan Memperjelas Tulisannya Merupakan Hal Yang lebih Di Cintai,Dan Tidak Menjadi Masalah Apabila Memperindah Penulisan Al Qur'an Dengan Memberikan Titik Dan Alamath (Tanda) Dengan Warna (Tinta)Merah Ataupun Warna Lainnya.Karena Denganya Bisa Menghiasi,Memperjelas, Dan Menutup Kemungkinan Untuk Sebuah Khoto' (Kesalahan Membaca),Dan Titik Serta Alamat Yang Menggunakan (Tinta )Warna Merah,Bisa Mempermudah Untuk Membuat Intonasi Baca'an, Dan Melagukan Baca'an Ayat Suci Bagi Yang Membacanya.
     Sungguh Al Khasan,Dan Ibnu Sirin Meraka (Bersama Pengikutnya),Mengingkari Pembuatan Bagian Bagian Al Qur'an,Seperti Seperlima (Dari Bagian Al Qur'an) Dan Persepuluh,Serta Juzz Juzz Al Qur'an (30 Juzz)
      Di Riwayatkan Dari Assu'ubi Dan Ibrohim Yaitu Tentang Makruhnya Membuat Titik Dengan Warna Merah,Dan Mengambil/Meminta Ongkos Utk Pekerjaan Demikian.Mereka Mengatakan"Murnikanlah (Kalian Semua) Al Qur'an,Sedangkan Ungkapan Tentang Prasangka Terhadap Mereka(Di Sini Di Jelaskan Yaitu Imam Su'ubi Dan Ibrohim) Itu Karena Sesungguhnya Mereka Tidak Menyukai Untuk Membuka Bab Ini, Sebagai Ungkapan Rasa Takut Akan Mendatangkan Tambahan Pembaruan Yang Datang Baru,Guna Mengatasi Dan Memecahkan Tentang Bab (Penulisan Al Qur'an),Serta Sebagai Ungkapan Kerinduan Untuk Senantiasa Menjaga Al Qur'an Dari Sesuatu Yang Menempanya Dengan Adanya Perubahan,Dan Ketika Pembaruan Itu Tidak Mendatangkan Sesuatu Yang Menghalangi,Dan Urusan Keumatan Masih Dalam Keada'an Stabil (Normal Normal Saja),Sesuai Dengan Apa Yang Sudah Di Hasilkan Dari Pembaruan Itu,Yang Berupa Kenaikan Ma'rifat (Pengetahuan) Maka Tidak Mengapa (Tidak Masalah) Dengan Adanya Pembaruan tsb.Dan Pembaruan Tentang Perubahan Misalnya,Itu Tidak Akan Menghalangi(Hasil Pengetahuan) Dengan Keadaanya,Sebagai Sesuatu Yang Datang Baru,Maka Banyak Sekali Sesuatu Yang Datang Baru,Akan Tetapi Sebenarnya Itu Hal Yang Baik (فكم من محدث حسن),Seperti Halnya Di Katakan Tentang Penegakan Jama'ath Sholat Tarowikh,Itu Sebenarnya Adalah Sebagian Dari Pembaharuan Pemikirannya Sahabat Umar,Dan Pembaruan Oleh Pemikiran Sahabat Umar tsb Sesungguhnya Adalah Bid'ath Khasanath (Produk Baru Yang Baik),Bid'ath Yang Tercela Itu Hanyalah Bid'ath Yang Menerjang Sunnah Yang Terdahulu (Yang Sudah Ada),Atau Hampir Mengakibatkan Dan Menyokong Perubahan Pada Sunnah tsb (إنما البدعة المذمومة ما يصادم السنة القديمة أو يكاد يفضي إلى تغييرها )
      Adalah Sebagian Para Sahabat Yang Mengatakan"Saya Membaca Muskhaf (Al Qur'an) Dalam Keada'an Di Beri Tanda Titik,Saya Tidak Memberi Tanda Titik Itu Sendiri (Pada Al Qur'an Tsb).
      Al Awza'i Berkata:
 عن يحيى بن أبي كثير كان القرآن مجردا في المصاحف فأول ما أحدثوا فيه النقط على الباء والتاء وقالوالا بأس به فإنه نور له 
     Dari Yahya Bin Abi Katsir,Dalam Beberapa Muskhaf,Keberada'an Al Qur'an Itu Sebenarnya Murni (Terbebas Dari Tambahan Apapun),Maka Permula'anya Sebuah Penambahan Yang Oleh Para Sahabat Mengadakan Pembaharuan Yaitu Penambahan Titik Pada Khuruf Al Ba' (الباء) Dan Khuruf Atta' (التاء) Mereka Mengatakan:Tidak Mengapa Dengan Adanya (Penambahan) Titik Tsb,Sesungguhnya Itu Merupakan Nur Bagi Al Qur'an.
     Kemudian Para Sahabat,Setelah Memperbaharui Dengan Menambah Titik Pada Huruf Ba' Dan Ta',Mereka Mengadakan Pembaruan Lagi Dengan Titik Besar Di Setiap Ujung Ayat2,Mereka Mengatakan" Tidak Mengapa,(Penambahan Pembaruan Titik Yang Besar),Dengannya Dapat Di Kenal (Di Ketahui) Kepala Ayat (Permula'anya Ayat),Kemudian Setelah Pembaruan Yang Demikian,Mereka Memperbarui lagi Dengan Adanya Paripurna Paripurna Ayat2 Dan Pembuka'an Pembuka'an Ayat.
     Abu Bakr Al Hudzail Berkata: Saya Bertanya Pada Al Khasan Tentang Pemberian Titik (Pada Huruf Huruf Al Qur'an) Dalam Beberapa Muskhaf Dengan warna (Tinta) Merah,Kemudian Al Khasan Berkata"Mengapa Memberi Titik (Huruf Ayat Qur'an) Pada Muskhaf ?,Al Khasan (Sekaligus) Memberi Jawabanya,Yaitu Karena Mereka (Bangsa Arab)MengI'rab/Membahasa Arabkan,Sebuah Kalimat(Yang Ada Dalam Al Qur'an)Dengan Bahasa Arab,Al Khasan Berkata "Adapun Meng'I'rab Al Qur'an Tidak Mengapa Bila Menggunakan Tanda Titik Dengan Warna Merah.
       Khalid Al Khadza' Berkata"Saya Masuk Kedalam Rumah Ibnu Sirien,Kemudian Saya Melihatnya Sedang Membaca Muskhaf Yang Sudah Di Perbarui Dengan Tanda Titik,Sungguh Adalah Beliau Orang Yang Memakruhkan Keberada'an Titik (Dalam Muskhaf Al Qur'an)
     Di Katakan Bahwa"Sesungguhnya Khajajlah Orang Yang Membuat Pembaruan Yang Demikian (Penambahan Titik,Dengan Tinta Merah ),Beliau Mengkhadirkan Para Ahli Baca,Sehingga Kemudiam Mereka (Ahlul Quro') Menghitung Bilangan(Jumlah)Kalimat Kalimat Al Qur'an,Dan Bilangan Khuruf Khurufnya,Mereka Menyamaratakan Juzz Juzznya Al Qur'an Dan Membaginya Menjadi 30 Juzz,Dan Membaginya Pada Bagian Bagian Yang lain.


          5.(Yang Ke Lima) Dari Adab (Etika) Membaca Al Qur'an Lahiriyath Yaitu:Attartiel (Membaca Al Qur'an Secara Perlahan Lahan).


    Attartiel (Tartiel,Membaca Al Qur'an Dengan Perlahan Lahan),Dalam Format/Penampilan Sikap Terhadap Al Qur'an Adalah Sebuah Keniscaya'an Yang Lebih Di Cintai,Karenanya Kami (Al Ghazali Attusi) Akan Menggamblangkan Bagaimana Maksud Dari Membaca Al Qur'an Yang Khakikie,Membaca Al Qur'an Yang Lebih Condong  Pada Aspek Ma'na Yang Substansi Adalah Bagaimana Seorang Pembaca Dengan Baca'annya Tersebut,Bisa Bertafakur Tentang Ayat Al Qur'an Yang Ia Baca,Sedangkan Metode Baca Tartiellah Yang Bisa Memberikan Jawaban Yang Membantu Untuk Hal Yang Demikian (Tafakur,Dan Taddabur/Perenungan Yang Mendalam).
    Oleh Karenanya (Dalam Keterangan Khadits) Umu Salamath Rodliyallahu Anha Menggambarkan(Memberikan Sifat Pandangan)Yang Pragmatis Terhadap Baca'annya Rosulullah SAW.Maka Seketika, Beliau (Umu Salamah),Mensifati(Memberikan Pandangan) Tentang Baca'annya Rosulullah Yaitu Dengan Sifat"Baca'an Yang Sudah Di Tafsirkan Perhuruf".Subkhanallah (:Penc) Khadits Tentang Pandangan Sifat Umu Salamath Terhadap Baca'annya Rosulullah SAW Dengan Baca'an Yang Sudah Di Tafsirkan Huruf Demi Huruf,Di Kutip (Takhrij) Oleh Abu Daud,Annasa'i Dan At-Tirmidzi,At-Tirmidzi Berkata Bahwa Khadits Tsb Berkedudukan Khadits Khasan Lagi Sokhikh.
     Ibnu Abbas RA Berkata:
 لأن أقرأ البقرة وآل عمران أرتلهما وأتدبرهما أحب إلي من أن أقرأ القرآن هذرمة
Sehubungan Dengan Saya Membaca Surath Al BaQoroth Dan Ali Imron Keduanya Dengan Tartiel Dan Perenungan,Itu Lebih Saya Cintai Dari Pada Saya Membacanya Melampaui Batas Kecepatan.
      Beliau Juga Berkata:
 لأن أقرأ إذا زلزلت والقارعة أتدبرهما أحب إلي من أن أقرأ البقرة وآل عمران تهذيرا    
Sehubungan Dengan Saya Membaca,Membaca Idza Zulzilat Dan Al Qori'ath Yang Saya Merenunginya,Itu Lebih Saya Cintai Dari Pada Saya Membaca Al BaQoroth Dan Ali Imron Namun Melampaui Batas Kecepatan.
       Imam Mujahid Di Mintai Penjelasan,Pendapat Tentang Dua Orang Lelaki,Yang Sudah Masuk Di Dalam Sholat,Keduanya Berdiri Pada (Durasi) Berdiri Sholat Yang Sama,Hanya Saja Salah Satu Dari Keduanya Membaca Surath Al BaQarah,Dan Yang Satunya Lagi Membaca Semua (Surath2) Al Qur'an,Imam Mujahid Menjawab Dengan Singkat"Keduanya Pahalanya Sama)
      Pada MaQalalath Imam Mujahid Mengisyaratkan Ma'na Yang Lebih Substansi Pada Baca'an Al Qur'an,Bukan Karena Banyaknya Surath Seseorang Membaca,Namun Titik Tekannya Pada Kondisi Yang Mana Seseorang Dalam Baca'annya Mampu BertafaQur Dan Merenungi Apa Yang Ia Baca,Dan Itu Semua Hanya Bisa Di Lakukan Ketika Seseorang Membacanya Dengan Cara Tartiel (:Pencatat Sederhana Kajian Ikhya')
Ketahuilah(Al Ghazali_Penc),Sesungguhnya
Tartiel Adalah Hal Yang Lebih Di Cintai,Bukan Hanya Karena Bisa Memperoleh Pengaruh Perenungan Yang Mendalam Saja,Wong Orang Ajam (Non Arab) Pun,Yang Belum Bisa Memahami Ma'na Al Qur'an,Juga Lebih Di Cintai Baginya Dalam Membaca Al Qur'an Untuk Membacanya Dengan Tartiel,Pelan Pelan Dengan Sikap Waspada(Guna Menghindari Kemungkinan Kesalahan Baca),Karena Yang Demikian Lebih Mendekatkan Pada PengAgungan Dan Penghormatan Terhadap Al Qur'an,Serta Lebih Berpotensi Memberikan Pengaruh pada Hati,Dari Pada Membacanya Dengan Tergesa Dan  Terburu Buru.

          6.(Yang Ke Enam)Membacanya (Al Qur'an) Bersama'an Dengan Ratapan (Tangisan) Itu Lebih Di Cintai Sebagaimana Sabda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam:
 اتلوا القرآن وابكوا فإن لم تبكوا فتباكوا 
Bacalah Al Qur'an Dan Menangislah,Apabila Kalian Tidak Bisa Menangis,Maka Buatlah Kalian Untuk Bisa Menangis.Khadits Di Takhrij (Kutip)Oleh Ibnu Majah Dari Khaditsnya Said Bin Abi WaQosh Dengan kedudukan Sanad Yang Jayyid.
      Rosulullah Shalallahu Alaihi Wasallam Bersabda: ليس منا من لم يتغن بالقرآن
Bukan Golongan Kami,Orang Yang Tidak Memperindah Suara Ketika Membaca Al Qur'an.Oleh Al Bukhori Dari Khaditsnya Abu Ghurairoth.
      Sholikh Al Mariyy Berkata:
 قرأت القرآن على رسول الله صلى الله عليه وسلم في المنام فقال لي يا صالح هذه القراءة فأين البكاء 
       Saya Membacakan Al Qur'an Atas Junjungan Rosulullah SAW,Dalam Sebuah Mimpi,Kemudian Beliau Bersabda Padaku:Wahai Sholikh Inikah Sebuah Baca'an (Membaca Al Qur'an)? Dimanakah Ratapannya (Tangisannya Itu) ?
       Ibnu Abbas RA Berkata:
 إذا قرأتم سجدة سبحان فلا تعجلوا بالسجود حتى تبكوا فإن لم تبك عين أحدكم فليبك قلبه وإنما طريق تكلف البكاء أن يحضر قلبه الحزن فمن الحزن ينشأ البكاء 
   Ketika Kamu (Sekalian) Membaca Ayat Sajdath Subkhana (Subkhanaladzi Asro,Al Isro Ayat 107)Maka Janganlah Kalian Bergegas Dengan (Melakukan) Sujud,Sampai Pada Akhirnya Kalian Bisa Menangis,Apabila Mata (Salah Satu Dari)Kalian Tidak Bisa Menangis (Menitikkan Air mata)Maka Buatlah Hati(Salah Satu Dari) Kalian(Semua) Menangis,Sesungguhnya Cara Membuat Tangisan Itu Hanyalah Dengan Mengkhadlirkan Kalbu Dengan Kesedihan,Dari Kesedihanlah Akan Bisa Tumbuh Ratapan Tangisan.
     Contoh Ayat Sajdath Subkhana (Al Isro Ayat 107)
قُلْ اٰمِنُوْا بِهٖۤ اَوْ لَا تُؤْمِنُوْۤا ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهٖۤ اِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ سُجَّدًا ۙ 
"(Katakanlah) kepada orang-orang kafir Mekah (Berimanlah kalian kepadanya atau tidak usah beriman) ungkapan ini dimaksud sebagai ancaman buat mereka (Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya) sebelum diturunkan Alquran mereka adalah orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab (apabila Alquran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.)"
(Jalalain.,Al-Isra' Surath Ke 17 Ayat 107)
      Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam Bersabda:
 إن القرآن نزل بحزن فإذا قرأتموه فتحازنوا حديث إن القرآن نزل بحزن فإذا قرأتموه فتحازنوا أخرجه أبو يعلى وأبو نعيم في الحلية من حديث ابن عمر بسند ضعيف 
Sesungguhnya Al Qur'an Itu,Di Turunkan Dengan Kesedihan,Maka Ketika Kalian Membacanya,Perlihatkanlah (Kalian Semua) Rasa Kesedihan.Takhrij Abu Ya'la Dan Abu Na'im Dalam Kitab Khuliyath Dari Khaditsnya Ibnu Umar (Abdullah Bin Umar) Dengan sanad Yang Dlo'if (Sanad Lemah).
      Cara Yang Sederhana Untuk Mengkhadlirkan Kesedihan Yaitu,Seseorang Hendaklah Memperhatikan Dengan Penuh Perhatian Tentang Apa Yang Terkandung Dalam Al Qur'an,Dari Ancaman(Intimidasi),Beberapa Ancaman Yang Keras (Al Wa'ieed),Beberapa Perjanjian(Piagam,Konvensi Yang Ada),Serta Pakta Pakta Kesepakatan(Al Uhuud),Kemudian Seseorang Hendaknya Memperhatikan Dengan Penuh Perhatian Tentang Apa Yang Ia Telah Abaikan,Dari Perintah Perintah Al Qur'an Dan Larangan Larangannya,Maka Seseorang Secara Pasti Akan Bersedih Hati,Dan Menangis,Apabila Kesedihan Dan tangisan Tidak Khadir Padanya,Seperti Khadlirnya Kesedihan Dan Tangisan,Pada Orang Orang Yang Memiliki Mata Hati Yang Bening (Para Pengamal Sufisme,Ilmu Tasawuf),Maka Seseorang Hendaklah Menangis Tanpa Adanya Kesedihan Dan Tangisan,Maka Sesungguhnya Yang Demikian(Menangis Tanpa Kesedihan Dan Tangisan Menitikkan Air Mata)Adalah Musibah Musibah Yang Sangat Besar (Di Kemukakan Oleh Al Ghazali)

               7.Yang Ketujuh (Dari Etika Membaca Al Qur'an Secara Lahiriyah/Dzohier) Yaitu:Hendaknya Pembaca Al Qur'an Memperhitungkan Tentang Hak Hak Ayat2 Al Qur'an.Berikut Ini Contoh Contoh Secara Rinci Hak Hak Ayat Suci Al Qur'an.

    A.Ketika Qori' (Pembaca) Menjumpai Ayat Sajdath,Maka Ia Sujud Sajdath(Tilawah)Guna Memenuhi Hak Ayat Sajdath Dalam Al Qur'an.
    
    B.Seperti Yang Demikian,Ketika Seseorang Mendengar Ayat Sajdath Dari Orang Lain,Maka Ia Sujud Untuk Memenuhi Hak Ayat Sajdath,Yang Ia Dengar Dari Orang Lain.

    C.Ketika Pembaca (Orang Lain) Telah Sujud,Maka Seseorang(Yang Mendengar Ayat Sajdath) Tidak Akan Sujud Terlebih Dahulu,Kecuali Ketika Ia Dalam keada'an Suci (Dari Khadats Besar Dan Kecil)
       Di Dalam Al Qur'an Terdapat 14 Ayat Sajdath (Namun Dalam Hala Ini Imam Al Ghazali Tidak memberikan Rinciannya,Hanya Saja Beliau Memberikan Pengingat_Penc)Bahwa Di Dalam surath Al Khaj Terdapat 2 Ayat Sajdath,Dan Di Dalam Surath Shad Tidak Terdapat Ayat Sajdath.
      (Dalam Keterangan Ini Imam Ghazali Mengisyaratkan Tentang Kaifiyath/Kualitas Sujud Sajdath,Kemudian Beliau Mengemukakan):Minimal Seseorang Yang Melakukan Sujud Tilawath (Sujud Ketika Menjumpai Atau Mendengar Orang Lain Membaca Ayat Sajdath)Yaitu Dengan Meletakan Jidatnya Diatas Tanah(Lantai), Sedangkan Maksimalnya/Sempurnanya,Yaitu Terlebih Dahulu Seseorang Hendaknya Takbir Kemudian Ia Sujud Dan Berdo'a Di Dalam Sujudnya Dengan Do'a Yang Masih Ada Keterkaitannya Dengan Ayat Sajdath Yang Ia Baca,Berikut Contoh Ayath Sajdath Beserta Do'anya.
       A.Ketika Seseorang Membaca/Mendengar Firman Allah (Ayath Sajdath) Yang Berupa:
اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ
"(Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami) yakni Alquran (adalah orang-orang yang apabila diperingatkan) dinasihati (dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih) seraya (memuji Rabbnya) dengan mengucapkan kalimat, Subhaanallaah wa bihamdihi (sedangkan mereka tidak menyombongkan diri) lantaran beriman dan berlaku taat itu."
(Jalalain,As-Sajdah Surath Ke 32, Ayat 15)
       Maka Pembaca/Pendengar,Membaca Do'a Sebagi Berikut:
       اللهم اجعلني من الساجدين لوجهك المسبحين بحمدك وأعوذ بك أن أكون من المستكبرين عن أمرك أو على أوليائك
 "Allahumaj'al Ni Minassaajidien Li Wajhikal Musabikihiena Bi Khamdika,wa A'udzu Bika An Akuuna Minal Mustakbirien An Amrika Aw Ala Awliyaika"
    "Ya Tuhan Jadikanlah Saya Sebagian Dari Orang2 Yang Bersujud Kepada DzatMU,Dan Orang2 Yang Bertasybiekh Dengan MemujiMU,Saya Berlindung Dengan KemurahanMU Apabila Diriku Akan menjadi Sebagian Orang2 Yang Sombong,Dari PerintahMU Dan para Wali WaliMU"
        B.Ketika Seseorang Membaca/Mendengar Firman Allah (Ayath Sajdath) Yang Berupa:
وَيَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ يَبْكُوْنَ وَيَزِيْدُهُمْ خُشُوْعًا
"(Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis) diathafkan seraya diberi tambahan sifat (dan mereka makin bertambah) berkat Alquran (kekhusyuannya) merendahkan dirinya kepada Allah swt."
(Jalalain,Al-Isra' Surath Ke 17,Ayat 109)
      Maka Pembaca/Pendengar Membaca Do'a Sebagai Berikut:
 اللهم اجعلني من الباكين إليك الخاشعين لك
"Allahumaj'al Ni Minal BaaQiena Ilaika Al Khosi'iena Laka"

      Ya Allah Jadikanlah Aku Dari Sebagian Orang Orang Yang Senantiasa Menangis PadaMU,Yang Senantiasa Khusu' Karenamu.

     Seperti Contoh Yang Demikian (Diatas) Seseorang Melakukan Sujud Tilawah Dan Berdo'a Di Setiap Ayat Sajdath/Mendengar Dari Pembaca Lain.Untuk Sujud Tilawah(Sajdath),Itu Di syaratkan Laksana Syarat Syaratnya Sholat,Mulai Dari Menutup Auroth,Menghadap Qiblah,Suci Pakaian Dan Badan Dari Khadats Dan Kotoran,Barang Siapa Yang Ketika Mendengar Ayat Sajdath Berada Dalam Keada'an Belum Suci Maka Ia Melaksanakan Sujud Tilawah(Nanti)Ketika Dalam Keada'an Suci.
       (Al Ghazali Mengemukakan)Sungguh Telah Di Ungkapkan Tentang Maksimal Sempurnanya Sujud Tilawath,Yang Di Sebabkan Karena Membaca Dan Menemui Ayat Sajdath Atau,Mendengar Dari Pembaca lain "Bahwasanya Seseorang Memulainya Dengan Takbir,Dan Dengan Mengangkat Kedua Tangannya,Karena Merupakan Takbir Ikhromnya,Kemudian Ia Takbir Lagi Untuk Sujud,lantas Setelah Sujud Takbir Lagi Untuk Bangun Dari Sujud,Kemudian Yang Terakhir Salam".
       Para Ulama' Ada Banyak Yang Menambahkan Dengan Rukun Tasyahud,Akan Tetapi Untuk Keterangan Ini Sama Sekali Tidak ada Dasar(Yang Menguatkan Pendapatnya) Hanya (Dalil) Qiyas Atas Sujud Ketika Sholat,Dan Qiyas Itu Sangatlah Jauh Sekali Dari Referensi Ilmiah.Maka Sesungguhnya Telah Berlaku Perintah Tentang Sujud(Yang Semestinya),Tentang Mas'alath Sujud ,Hendaknya Seseorang Untuk Mengikuti Perintah Semestinya,Yang Sudah Terlaku Saja ,Sedang Takbir Untuk Turun(Kemudian Sujud)Itu Mendekati Kebenaran,Sebagi Sebuah Permula'an.Keterangan Selain Yang Demikian(Takbier,Turun Untuk Sujud),Di Dalamnya Terdapat Pendapat Yang jauh Dari Referensi(Secara)Ilmiah.
      Kemudian Ma'mum Seyogyanya Sujud Ketika Imam Dalam Keada'an Sujud Tilawath,Dan Ma'mun Tidaklah Sujud(Tilawath)Ketika Dia Sendiri Yang Menjumpai Baca'an Ayat Sajdath,Ketika Posisinya(Sedang) Sebagai Ma'mun.


           8.Yang Kedelapan (Dari Etika Membaca Al Qur'an Secara lahiriyath/Dzohir)Yaitu:

     A.Seorang Pembaca Al Qur'an,Hendaknya pada Tempat Permula'an Ia Membaca Al Qur'an Mengucapkan:
أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم رب أعوذ بك من همزات الشياطين وأعوذ بك رب أن يحضرون
' A'udzu Billahisamie'il Aliemie Minasayithonirojien Robbi A'udzy bika Min Hamazathissaythoni Wa'audzu Bika Robbi An Yakhdluruu ni '

"Aku Berlindung kepada Allah Tuhan Yang maha mendengar Dan Mengetahui,Dari Goda'an Syaithan Yang terkutuk,Aku Berlindung PadaMU Dari Bisikan syaithan shaithan,Dan Aku Berlindung padamu,Wahai Tuhanku,Akan mereka Khadlir Di Hadapanku"
     B.Secara Lengkap Hendaknya Pembaca Al Qur'an Memulainya Dengan Membaca Qul 'audzu Birobbinas(قل أعوذ برب الناس)Dan Surath Alkhamdulillah (Al Fatikhath )
     C.Ketika Pembaca Al Qur'an Telah Selesai Dari Membaca Hendaklah Ia Mengucapkan:
صدق الله تعالى وبلغ رسول الله صلى الله عليه وسلم اللهم انفعنا به وبارك لنا فيه الحمد لله رب العالمين وأستغفر الله الحي القيوم 
"shodaQollahu Ta'ala Wa Balagu Rosulullah Sholallahu Alaihi Wasalama,Allahumanfa'na Bihi Wa Baaroka Lana Fiihi  Alkhamdulillah Robbil Alamien Wastaghfarollahul Khayul Qoyyuumu"
      'Maha Benar Allah(Dengan Segala Firman-nya)Dan Rosulullah SAW Telah Menyampaikannya,Ya Allah Berilah Manfaat Pada Kami Denganya(Al Qur'an) Dan Berkahilah Kami Karenanya,Segala Puji Hanya Allah Tuhan Semesta Alam,Dan Semoga Allah Tuhan Yang Maha Hidup Dan Maha Berdiri Memberikan Ampunan(Pada Kita Semua)
       D.Di Tengah Tengah Membaca Al Qur'an,Ketika Pembaca Menjumpai Ayat Tasbieh,Maka Ia Membaca Tasbieh Dan Takbier,Ketika Ia Menjumpai Ayat Do'a Dan Istighfar(Perminta'an Ampunan Tuhan),Maka Ia Membaca Do'a Dan Istighfar,Ketika Menjumpai Ayat Roja'(Harapan Atas Rakhmat Tuhan),Maka Ia Meminta (Memohon Rakhmat Tuhan)Ketika Ia Menjumpai Ayat Khouf(Ke Khawatiran Tidak Di Terima Tuhan)Maka Ia Memohon Perlindungan,Pembaca Mengerjakan Amalan2 Yang Demikian Secara Lisan Maupun Dalam Hati,Berikut Contoh Contoh Baca'annya
      01.Ayat Tasbieh Membaca:
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله اكبر،ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم 
      02.Ayat Do'a Dan Istighfar Membaca:
 اللهم إنا نسألك وارزقنا Dan اللهم إنا نستغفرك واتوب إليك
      03.Ayat Roja'(Harapan Atas Rakhmat Tuhan) Membaca:اللهم ارحمنا برحمتك الواسعة 
     4.Ayat Khouf(Ke Khawatiran)Membaca:اللهم إنا نعوذ بالله
     Sahabat Khudzaifah RA Berkata:
صليت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فابتدأ سورة البقرة فكان لا يمر بآية رحمة إلا سأل ولا بآية عذاب إلا استعاذ ولا بآية تنزيه إلا سبح حديث حذيفة كان لا يمر بآية عذاب إلا تعوذ ولا بآية رحمة إلا سأل ولا بآية تنزيه إلا سبح أخرجه مسلم مع اختلاف لفظ 
      Saya Sholat Bersama Rosulullah Sholallahu Alaihi Wasalam,Kemudian Rosulullah Memulainya Dengan Membaca Surath Al BaQoroth,Adalah Beliau Yang Senantiasa Tidak Menjumpai Ayath Rokhmath Kecuali Beliau Mengiringinya Dengan Meminta(Berdo'a) Untuk Rokhmat Itu,Beliau Tidak Menjumpai Ayat Adzab Melainkan Memohon Perlindungan,Tidak Pula Menjumpai ayat Tanziekh(Penyucian Dzat) Melainkan Beliau Membaca Tasbieh.Oleh Imam Muslim Beserta Perbeda'an Lafadz Haditsnya(Menyeluruh).
       
          E.Ketika Pembaca Al Qur'an Telah Selesai Dari Baca'annya,Dan Telah Membaca Seperti Baca'an Pada Khuruf C (صدق الله)Hendaknya Ia Berdo'a,Dengan Do'a Yang Pernah Di Ucapkan Oleh Baginda Nabi SAW Yang Di Kutip Dari Khadits Sebagai Berikut:
 كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول عند ختم القرآن اللهم ارحمني بالقرآن واجعله لي إماما وهدى ورحمة اللهم ذكرني منه ما نسيت وعلمني منه ما جهلت وارزقني تلاوته آناء الليل وأطراف النهار واجعله لي حجة يا رب العالمين رواه أبو منصور المظفر بن الحسين الأرجاني في فضائل القرآن وأبو بكر بن الضحاك في الشمائل كلاهما من طريق أبي ذر الهروي من رواية داود بن قيس معضلا
       Adalah Beliau Rosulullah SAW Yang Mengucapkan Do'a Ketika Khatam Al Qur'an Dengan Do'a"Allahumarkham Ni Bil Qur'an Waj'alhu Li Imaman Wa Huda Wa Rokhmath Allahuma Dzakir ni Minhu Ma Nasiytu wa Allim ni Minhu Ma Jahiltu WarzuQ ni Tilawathahu Aana'a Laili Wa Athrofanahari Waj'alhu Li Khujjjatan Ya Rabbal Alamien (Ya Allah Berilah Rakhmat Padaku Dengan (Baca'an )Al Qur'an Dan Jadikanlah Al Qur'an Itu Bagiku Sebagai Imam,Petunjuk Dan Laksana Rakhmat ,Ya Allah Ingatkanlah Aku Dari(Baca'an )  Al Qur'an itu Tentang Apa yang Aku Telah lalai,Dan ajarkanlah Aku Tentang apa yang Aku Masih Bodoh Dari(Baca'an)Al Qur'an Itu,Dan Berikanlah RizQi Padaku Untuk senantiasa  Membacanya  Di tengah Tenangnya malam Dan Ramainya Permula'an hari,Ya Allah Jadikanlah Al Qur'an Itu Laksana Khujath(Argumentasi Dasar2 Pemahaman_Penc) Bagiku,Ya Allah  Tuhan Seru Sekalian Alam)Khadits Di Takhrij (Kutip) Oleh Abu Mansyur Al Mudzofar Bin Husain Al Arjaniyi Dalam Kitab Fadloilul Qur'an Dan Abu bakar Bin Adlokhak Dalam kitab Syama'il,Keduanya Dari Jalan Abu Dzar Al Harowiyyi Dari Riwayatnya Daud Bin Qois Dengan Sanad Yang Masih Menjadi Delima/Mu'adlol(Lihat:Musthalakhath Khadits).

     9.Yang Kesembilan Dan Kesepuluh(Dari Etika Membaca Al Qur'an Secara Lahir/Dzohir)Yaitu:Tentang Membaca (Ayat Ayat Al Qur'an)Secara Terang (Jelas Terdengar) Dalam Baca'an.

       (Al Ghazali Dan Falsafahnya Mengemukakan)Tidak Ada Keraguan Apapun Tentang "Sesungguhnya Tidak Boleh Tidak,Maksudnya Hal Yang Mengindikasikan Wajib,Bagi Seorang Pembaca Untuk Memperjelas(Terbuka) Baca'annya,Sampai Batas Dimana Ia Bisa Mendengar Suaranya Sendiri" Yang Menjadi Sebuah Keniscaya'an Baca'an Al Qur'an.
     Mengapa?......Tidak Ada Keraguan Akan Memperjelas Baca'an Karena Baca'an(Yang Jelas Terdengar)Itu Laksana Ungkapan(Ibarat) Dari Pembagian Tempat2 Suara,Dengan Beberapa Huruf,Dan Menjadi Wajiblah Adanya Suara Tsb,Minimal Suara Yang terdengar Oleh Diri Sendiri(Pembaca Ayat),Apabila Tidak terdengar Dirinya Sendiri,Maka Sholatnya Tidak Sah.
      Adapun Membaca Dengan Jelas (Dengan Suara Baca'an)Yang Sekiranya Bisa Terdengar Oleh Orang lain,Itu Dari Sudut Pandang Keragaman (Dalam sebuah Masyarakat,Jama'ath)Adalah Hal Yang Di Sukai,Namun Di Mekruhkan (Tidak Di Sukai),Dari Aspek Yang Lain.

          _ _ Dasar Dasar Argumentasi Tentang Keunggulan(Fadlilah) Dan Lebih Di Cintainya Baca'an Al Qur'an Secara Sirri_ _

       Keterangan Khadits Yang Di Riwayatkan Bahwa" Sesungguhnya Rosulullah Sholallahu Alaihi Wasalam Bersabda:
 فضل قراءة السر على قراءة العلانية كفضل صدقة السر على صدقة العلانية 
   Keunggulan (Fadlilah) Membaca (Al Qur'an) Secara Sirri (Tidak Terdengar) Atas Membaca (Al Qur'an Secara Alaniyath (Dengan Suara Jelas) Itu Laksana Keunggulannya Shadakath Secara Sembunyi Sembunyi,Atas Shadakath Yang Terang Terangan."
      Itu Merupakan Keterangan Yang Mendalilkan Atas Lebih Di Cintainya Baca'an Al Qur'an Secara Sirri (Tidak Terdengar),Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam Bersabda Dalam Lafadz Yang lain:
الجاهر بالقرآن كالجاهر بالصدقة والمسر به كالمسر بالصدقة 
     Orang Yang Membaca Al Qur'an Secara Terbuka (Bersuara) Itu Laksana Orang Yang Terbuka Dalam BershadaQah,Sedangkan Orang Yang Menyamarkan (Membaca Al Qur'an) Itu Laksana Orang Yang Menyamarkan Dalam BershadaQath.Khadits "Keunggulan Fadlilah)Membaca Al Qur'an"...Dan Khadits "Orang Yang Membaca Al Qur'an"...Oleh Abu Daud,Annasa'i Dan Attirmidzi,Beliau (At-Tirmidzi)Memberikan kedudukan Khadits Khasan Dari Khaditsnya UQbath Bin Amier,Pada Lafadz(Khadits)Yang Kedua.
     Dalam Sebuah Khabar(Informasi Riwayath Khadits) Terdapat Khadits Yang Menerangkan Bahwa:Amal Sirri (Amal Yang Tidak Di jelaskan) Itu Mengungguli Atas Amal Yang Terbuka(Jelas) Dengan Tujuh Puluh Lipatan,Takhrij Oleh Al BaihaQi Dalam Kitab Assu'ubi Dari Khaditsnya Aisyah RA.Seperti Yang Demikian (Informasi Riwayath Khaditsnya Aisyah)Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam Bersabda:
 خير الرزق ما يكفي وخير الذكر الخفي حديث خير الرزق ما يكفي وخير الذكر الخفي أخرجه أحمد وابن حبان من حديث سعد بن أبي وقاص
      Sebaik Baiknya RizQi Adalah RizQi Yang Memberikan Rasa Cukup,Dan Sebaik Baiknya Dzikir Adalah Dzikir Yang Khofiy (Samar) Oleh Akhmad Dan Ibnu Khiban,Dari Khaditsnya Sa'ad Bin Abi WaQosh.
     Keterangan Yang lain Terdapat Juga Dalam Sebuah Informasi Riwayat Khadits (Khabar)Yaitu:
 لا يجهر بعضكم على بعض في القراءة بين المغرب والعشاء 
       Janganlah Sebagian Kamu Mengeraskan (Baca'an Al Qur'an) Atas Sebagian (Yang lain) Dalam Waktu Diantara Maghrib Dan Isya'.Oleh Abu Daud Dari Khaditsnya Al Bayyadliy Tanpa Sabda Nabi"Bainal Maghrib Wal Isya' ",Dan Juga Oleh Al BaihaQi Dalam Kitab Assu'ubi Dari Khaditsnya Sahabat Ali Dengan Lafadz "Qoblal Isya' Wa ba'daha" Dalam Riwayat ini (AlbaihaQi) Terdapat Rowi Al Kharits Al A'war,Merupakan Khadits Yang Dlo'if.
       Dalam Sebuah Riwayath Para Sahabat,Di Riwayatkan Bahwa Suatu Malam,Sahabat Sa'id Bin Musayab Mendengar Di Dalam Masjidnya Rosulullah, Amir Madinath Yaitu Umar Bin Abdul Aziez Yang Sedang Mengeraskan Suara Baca'an Al Qur'an Dalam Shalatnya,Adalah Beliau Amir Madinah Seorang Yang Indah Suaranya,Kemudian Beliau (Sa'id Bin Musayab) Berkata Dan Memerintahkan Pada Ghulam(Pesuruh)nya,"Pergilah Kamu,Temui Orang Yang Shalat Ini (Umar Bin Abdul Aziez Yang Sedang Mengeraskan Suara Baca'annya Dalam Shalat) Perintahkan Dia Untuk Merendahkan Volume Suaranya,Ghulam/Pesuruhnya Itupun Kemudian Berkata Pada Said Bin Musayab," Sesungguhnya Masjid Itu Bukan Punya Kita,Dan Bagi Seorang Lelaki Terdapat Khak/Bagian Dari Masjid Itu"Karena Perintahnya Tidak Mendapat Respon Dari Sang Ghulam Kemudian Sahabat Sa'id Bin Musayab Meninggikan Suaranya Dan Berkata" Wahai Orang Yang Sedang Shalat,Bila Engkau Mengharapkan Allah Dengan Shalatmu,Maka Rendahkanlah Suara Baca'anmu,Akan Tetapi Apabila Engkau Mengharapkan (Terdengar Manusia)Dengan Shalatmu,Maka Sesungguhnya Mereka Tidak Bisa Memberikan Rasa Cukup Sedikitpun Padamu,Dari Allah SWT.Maka Kemudian Umar Bin Abdul Aziez Terdiam Dan Mempercepat Raka'at Terakhirnya,Lantas Setelah Salam Beliau Mengambil Kedua Trompahnya Dan Berlalu,Padahal Di Saat Itu Beliau Umar Bin Abdul Aziez Adalah Seorang Amir/Kepala Negara Al Madinath Al Munawaroh. 

        _ _ Dasar Dasar Argumentasi Tentang Keunggulan(Fadlilah) Dan Lebih Di Cintainya Baca'an Al Qur'an Secara Terbuka(Baca'an Bersuara Jelas)
      Keterangan Yang Di Riwayathkan Bahwa"Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam Telah Mendengar Keberadaan Sebuah Komunitas Dari Sahabat Sahabatnya Yang Bersuara Jelas (Dalam Baca'an Al Qur'an)Di Shalat Malam,Kemudian Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam Membenarkan Yang Demikian,Keterangan Ini Sekiranya Menjadi Dasar Yang menguatkan Tentang Keunggulan Menjelaskan suara Baca'an Al Qur'an,Khadits Yang Meriwayatkan Keada'an Segolongan Para Sahabatnya Nabi Yang Membaca Jelas Al Qur'an Di Shalat Malam,Terdapat Dalam Kitab Dua Sokhikh ,(Sokhikh Bukhori Dan Muslim),
     _Pertama Dari Khaditsnya Aisyah,Bahwa Sesungguhnya Ada Seorang laki laki Yang Bangun Di malam Hari Menjalankan shalat Malam,Kemudian Ia Membaca Lantas Meninggikan Volume Suaranya Dengan Baca'an Al Qur'an,Maka Rosulullah SAW Mendo'akannya Semoga Allah Memberikan Rakhmat Pada Si Fulan (_Lanjutkanlah Khadits secara Utuh,Lihat:Bukhori Muslim)
      _Dasar Argumentasi Tentang Unggulnya Membaca Al Qur'an Secara Jelas Yang Kedua  Di Terangkan Dari Khaditsnya Abi Musa Al As'ari,Beliau Berkata:Bersabda Rosulullah SAW.
 لو رأيتني وأنا أسمع قراءتك البارحة الحديث
 "Andaikan Saja  Kamu Melihatku,Bahwa Aku Telah Mendengar Baca'anmu Kemarin"(Lihat:Khadits Yang Utuh)
      _Kemudian Dasar Yang Ketiga Yaitu Sebuah Khadits (Khaditsnya Abu Musa Al As'ari)Di Jelaskan Bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam Bersabda:
 إنما أعرف أصوات رفقة الأشعريين بالقرآن حين يدخلون بالليل وأعرف منازلهم من أصواتهم بالقرآن الحديث 
   "Sesungguhnya Saya Mengenal Suara Suara Asosiasi Kelompok2 Keturunan(Suku) As'ari Dengan Baca'an Al Qur'annya Ketika Mereka Memasuki Waktu Malam,Dan Sesungguhnya Saya Mengenal Rumah Rumah Mereka Dari suara Mereka Membaca Al Qur'an(_lihat Khadits Lengkap,Dalam Kitab Sokhikh Muslim)
     _Dasar Yang Keempat Adalah Dalil Khadits,Riwayath Abu Musa Al As'ari Seperti Keada'an Khadits Diatas,Dengan Tambahan Di Dalamnya Terdapat Nama Abu Bakr Al Bazaar Dan Nasor Al MuQodisiy Dalam Kitab Mawa'Idz,Dan Abu Suja' Dari Khaditsnya Mu'adz Bin Jabal,Akan tetapi Khadits Ini Merupakan Keadaan Khadits Yang Munkar MunQoti'.
     Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam Bersabda:
 إذا قام أحدكم من الليل يصلي فليجهر بالقراءة فإن الملائكة وعمار الدار يستمعون قراءته ويصلون بصلاته 
     Ketika Salah Seorang Dari Kalian Menegakan (Ibadah) Dari Sebagian Waktu Malam Dengan Menjalankan Sholat (Sholat Malam) Maka Hendaknya Ia Mengeraskan(Menjelaskan)Baca'annya,Maka Sesungguhnya Para Malaikat Dan Ummarodaar,Mendengar Baca'annya,Mereka(Malaikat Dan Ummarodaar)Mendo'akannya Di Sebabkan Baca'an Qur'an Ketika Sholatnya.(_Ta'rief Ummarodaar Secara Umum Adalah:Kelompok Dari Golongan Bangsa Jin,Yang Menempati Ruangan Rumah Yang Kosong,Dan Kelompok Bangsa Jin Yang Sengaja Di Mukimkan Oleh Pemilik Rumah Tsb_ 'Penc)
      Suatu Ketika Rosulullah Menjumpai Tiga Orang Dari Sahabat Sahabat Beliau,Yang Berbeda Beda Keada'annya,Yang Pertama Rosulullah Menjumpai Abu Bakr RA,Yang Sedang Membaca Dengan Melirihkan Suara Baca'annya,Kemudian Nabi menanyainya Tentang Itu,Abu Bakr pun Menjawabnya Bahwa"Sesungguhnya Tuhan Yang Saya Ajak Munajat(Berbisik Bisik),Dia Juga Sedang mendengarku,Kemudian Rosulullah Menjumpai Sahabat Umar Yang sedang Membaca Jelas Baca'annya,Nabi Menanyakan Pada Umar Tentang hal Itu,Umarpun Menjawab Bahwa Saya Sedang Membangkitkan Dan Menendang Rasa kantuk Saya Dengan Suara Baca'an Saya,Dan Dengan Baca'an Keras Saya,Itu Artinya Saya Sedang Menghardik Syaithon,Yang Terakhir Beliau Bertemu Dengan sahabat Bilal,Yang sedang Membaca Beberapa Ayat Dari Surath(Yang sedang di baca),Dan membaca Beberapa Ayat Dari Surath Yang lainnya,Bilalpun Tak luput Dari Dimintai Keterangan Dan jawaban oleh Baginda Nabi,Bilal Menjawab,Saya Mencampurkan Sesuatu yang baik Dengan Sesuatu yang Baik,Kemudian Rosulullah Memberikan Sabda Dengan Kesimpulan Bahwa"Apa yang Kalian kerjakan Sungguh Baik Dan Benar(_Kutipan Khadits Sudah Ada Pada Bab Shalat)
        Kesimpulan:
Dalam Kumpulan Khadits Diatas Dapat Di Simpulkan Dengan Argumentasi.
   1.Sesungguhnya Al Ishrar(Mengirihkan Suara Baca'an Al Qur'an Itu Lebih Menjauhkan Dari Riya' Dan Berbuat Mengada Ada,Pada Haknya Seseorang Yang takut Hal Yang Demikian(Riya' Dan Berbuat Mengada ada)Maka Ishrar itu lebih Utama (Unggul)Untuknya.
   2.Pada Haknya Seseorang Yang Tidak takut Akan hal Yang Demikian,Dan Baginya Dalam hal Mengeraskan Suara Tidak ada Sesuatu Yang Mengganggu Durasi Waktu Shalat Orang lain(Yang Sedang Shalat)Maka Mengeraskan Suara Baca'an Al Qur'an Baginya Lebih Afdlol(Unggul),Alasannya Karena:
     A.Pekerjaan Di Dalamnya (Mengeraskan Suara Baca'an)Itu Lebih Banyak 
     B.Begitu Juga Karena Faidathnya Itu Erat Sekali Hubungannya Dengan Orang lain,Maka Kebaikan Yang Muta'adi (Bisa Mempengaruhi Orang lain Berbuat Baik)Itu Lebih Afdlol Dari pada Kebaikan Yang Laziem(Tidak Bergerak)
    C.Membaca Al Qur'an Dengan Terbuka Itu Bisa Membangunkan Hati Pembacanya,Dan Akan Dapat Mengumpulkan Himathnya Pada Sebuah Pemikiran,Tentang Baca'annya,Dan Akan Bisa Merealisasikan Dimensi Pendengarannya pada Baca'an Tsb.
    D.Membaca Al Qur'an Dengan Terbuka Akan Bisa mengusir Kantuk Yang menyebabkan Tertidur,Karena Suara Kerasnya Baca'an Tsb.
     E.Membaca Al Qur'an Dengan Terbuka,Akan Bisa Menambah Semangat Untuk Membacanya Lagi Kemudian,Dan Akan Bisa mengurangi Secara Signifikan Kemalasan Yang Membacanya.
      F.Dengan Terbukanya Baca'an Al Qur'an Seseorang,Akan Bisa Di harapkan Terbangunnya(Nglilir,Jawa_Pencatat) Orang Yang Sedang Tidur Nyenyak,Maka Pembaca Tersebut Merupakan Sebab Dari Bangun Tidurnya Orang Yang Sedang tidur Nyenyak Tadi.
      G.Terbukanya Baca'an,Bagi Seseorang, Akan Memberikan Pesan Edukasi Pada Orang Lain Yang Terkadang Seseorang Yang membaca Secara Terbuka,Melihat Orang Lain Menyiakan Waktu Ibadah Hingga Lalai,Kemudian Orang lain Tsb Secara Spontanitas Akan Merasakan Perbaikan Spiritual(Semangat Beribadah)Yang ada Padanya Hingga Dengan Sebab Semangatnya Pembaca Secara Terbuka,Ia Akan Ikut semangat Dan Tergiring Untuk Melakukan Khidmath Dengan Semangatnya.
      Walkhasil Bila Suatu Ketika Dari Beberapa Niat Ini Khadir Dan Terlintas Pada Seseorang Yang Membaca Al Qur'an Dengan Terbuka (Al Jahr),Maka Baca'an Terbuka Baginya Akan lebih Afdol.
      Apabila Niat Niat Semacam Ini Terhimpun Maka Pahala Akan Berlipat Ganda,Dan Dari Aspek Substansi Banyaknya Keniatan,Amalan Amalan Para Abror (Orang Orang Yang Berperangai Dan Senantiasa Berbuat Kebaikan_Penc)Akan Menjadi Bersih Dan Pahala Mereka Berlipat lipat Ganda,Dengan Ketentuan "Apabila Dalam Suatu Pekerja'an (Amal)Satu Kali,Itu Membawa Kebaikan Sepuluh Keniatan,Maka Dalam Amal Itu Secara Otomatis Terdapat Sepuluh Pahala" (Al Ghazali Dan Dan Falsafahnya_Penc)
      Oleh Karena Itu Kami (Abu Khamid Al Ghazali) Mengemukakan Bahwa "Membaca Al Qur'an Pada Muskhaf Itu Lebih Afdol,Karena Dalam Sebuah Amal Akan Bertambah Dengan Adanya Memandang(Melihat),Lahirnya Sikap Perenungan Ketika Membaca Al Qur'an Dengan Muskhaf Dan Pahala Membawanya,Dengan Sebab Membawa Muskhaf Itu Pahala Akan Bertambah Secara Signifikan"
    Dan Telah Di Katakan Bahwa"Pengkhataman Al Qur'an Pada Muskhaf (Binadzor)Itu Pahalanya Ada Pada Tujuh Tingkatan/Derajat,Daripada Membaca Al Qur'an Tanpa Muskhaf(Hafalan/Bilghoib)
Karena Memandang Pada Muskhaf Merupakan Nilai Ibadath".
     Sahabat Utsman RA Beliau Sudah Sampai Merobek Dua Muskhaf,Karena Banyaknya Beliau Membaca Al Qur'an Dengan Keduanya,Maka Kebanyakan Dari Golongan Para Sahabat Mereka Semua Membaca Al Qur'an Dengan Muskhaf(Binnadzor),Mereka Membenci Bilakah Ada Satu Haripun Yang Terlewat Sedang Mereka Belum Melihat Dan Membaca Al Qur'an Pada Muskhaf.
       Sebagian Ulama' Ulama' FiQh Dari Negeri Mesir Berkunjung Pada Imam Syafi'i RA,Pada Waktu Sahur,Sementara Sudah Ada Di Hadapan Beliau Imam Syafi'i Sebuah Muskhaf Al Qur'an,Maka Kemudian Imam Syafi'i Berkata Pada Mereka"Apakah Pemikiran Itu Telah Menyibukkan Kalian Dari Membaca Muskhaf Al Qur'an? Sesungguhnya Saya Setelah Mengerjakan Sholat Di Waktu Al Atamath(Masuk Dalam Waktu Gelap/Sholat Wajib Wkt Isha Dsb_Penc) Sembari Meletakan Muskhaf Di Hadapan Saya,Yang mana Saya Tidak Akan Menutup Muskhaf Itu,Sampai Pada Akhirnya Di Waktu Sepersepuluh di Waktu malam,Saya Memperindah Membaca Al Qur'an,Membaca Tartielnya,Seringkali Memperjelas Suara,Tanpa Memanjangkan Suara Yang Melampaui Batas Yang bisa Merubah Nadzam,Yang Demikian Itu Adalah Sunnah.
  قال صلى الله عليه وسلم زينوا القرآن بأصواتكم حديث زينوا القرآن بأصواتكم أخرجه أبو داود والنسائي وابن ماجه وابن حبان والحاكم وصححه من حديث البراء بن عازب
     Bersabda Nabi SAW:Hiasilah (Olehmu)Baca'an Al Qur'an Dengan Suara Suara(Indah) Kalian.Takhrij/Kutipan Oleh:Abu Daud Annasa'i Ibnu Majah Ibnu Khaban Dan Al Khakim,Beliau (Al Khakiem)Mengatakan,Hadits Sokhikh Dari Riwayat Khaditsnya Al Baro' Ibnu Azieb.
وقال عليه السلام ما أذن الله لشيء إذنه لحسن الصوت بالقرآن حديث ما أذن الله لشيء إذنه لحسن الصوت بالقرآن متفق عليه من حديث أبي هريرة بلفظ ما أذن الله لشيء ما أذن لنبي يتغنى بالقرآن زاد مسلم لنبي حسن الصوت وفي رواية له كإذنه لنبي يتغنى بالقرآن
     Bersabda Rosulullah SAW:
Allah Tidak Memberikan Izin Terhadap Sesuatu,Yang Seperti Halnya Allah Memberikan Idzin Untuk Memperindah Suara Dengan Membaca Al Qur'an.Khadits Mutafak Alaihi Dari Khaditsnya Abu Ghurairoth Dengan Lafadz"Allah Tidak Memberikan Idzin Terhadap Sesuatu,Yang seperti Halnya Allah Memberikan Idzin Terhadap Nabi (Mukhamad)Yang Melagukan(Menyanjung)Dengan Baca'an Al Qur'an"Imam Muslim Menambahkan Lafadz"Terhadap Nabi Yang indah Suaranya",Dalam sebuah Riwayat Imam Muslim Di Riwayatkan"Seperti Idzinnya Allah Terhadap nabi Yang Melagukan(Menyanjung) lewat Baca'an Al Qur'an.
 وقال صلى الله عليه وسلم ليس منا من لم يتغن بالقرآن فقيل أراد به الاستغناء وقيل أراد به الترنم وترديد الألحان به وهو أقرب عند أهل اللغة 
    Bersabda Nabi SAW:
Bukan Dari Ummathku Orang Yang Tidak Melagukan Baca'an Al Qur'an.Di Katakan Maksud Dari Taghonna Adalah Istighna' (Membutuhkan Yang lebih Bervariasi),Ada Juga Di katakan Bahwa Yang Di Maksud Taghonna Adalah Taronnam(Bersenandung) Dan Mengulang Ulang Nada(Melodis) Dengan Baca'an Al Qur'an,Inilah Ma'na Yang lebih mendekati Menurut Ahli Bahasa(Ikhya')

وروي أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان ليلة ينتظر عائشة رضي الله عنها فأبطأت عليه فقال صلى الله عليه وسلم ما حبسك قالت يا رسول الله كنت أستمع قراءة رجل ما سمعت أحسن صوتا منه فقام صلى الله عليه وسلم حتى استمع إليه طويلا ثم رجع فقال صلى الله عليه وسلم هذا سالم مولى أبي حذيفة الحمد لله الذي جعل في أمتي مثله حديث كان ينتظر عائشة فأبطأت عليه فقال ما حبسك قالت يا رسول الله كنت أسمع قراءة رجل ما سمعت أحسن صوتا منه فقام صلى الله عليه وسلم حتى استمع إليه طويلا ثم رجع فقال هذا سالم مولى أبي حذيفة الحمد لله الذي جعل في أمتي مثله أخرجه أبو داود من حديث عائشة ورجال إسناده ثقات
      Di Riwayatkan Bahwa"Sesungguhnya Rosulullah SAW Di Suatu Malam Menanti(Khadirnya) Aisyah RA,Kemudian(Di Riwayathkan Bahwa)Aisyah Lamban Mendatangi Beliau,Kemudian Nabi SAW Berkata"Gerangan Apakah Yang Telah Menahanmu"?Aisyah RA Berkata"Ya Rosulullah,Saya menginginkan Mendengar Baca'an Al Qur'annya Seorang Lelaki,Yang Saya Tidak Pernah Mendengarkan Baca'an Al Qur'an Yang Suaranya lebih indah Dari Dia,Kemudian Rosulullah Berdiri,Sehingga Beliau Juga ingin Mendengarkan Baca'an Al Qur'an Pada Lelaki Itu Dalam waktu Yang Cukup Lama,Kemudian Rosulullah Kembali Dan Berkata"Lelaki Ini Adalah Salim Maula Abi Khudzaifah,Yang Segala Puji Milik Allah Yang Telah Menjadikan Orang Semisal Dia(Salim) Pada Ummatku.Kutipan Oleh:Abu Daud Dari Khaditsnya Aisyah Radhiyallahu Anha.Dan Beberapa Periwayath Khadits Yang Musnadnya TsiQoth.
واستمع صلى الله عليه وسلم أيضا ذات ليلة إلى عبد الله بن مسعود ومعه أبو بكر وعمر رضي الله عنهما فوقفوا طويلا ثم قال صلى الله عليه وسلم من أراد أن يقرأ القرآن غضا طريا كما أنزل فليقرأه على قراءة ابن أم عبد حديث استمع ذات ليلة إلى عبد الله بن مسعود ومعه أبو بكر وعمر فوقفوا طويلا ثم قال من أراد أن يقرأ القرآن غضا كما أنزل فليقرأه على قراءة ابن أم عبد أخرجه أحمد والنسائي في الكبرى من حديث عمر والترمذي وابن ماجه من حديث ابن مسعود أن أبا بكر وعمر بشراه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من أحب أن يقرأ القرآن الحديث قال الترمذي حسن صحيح 
    Di Suatu Malam Rosulullah SAW Juga Mencoba Mendengarkan Lantunan Ayat Al Qur'an pada Abdullah Bin Mas'ud,Sedang Bersamanya Yaitu Kedua Sahabat,Abu Bakr Dan Umar,Kemudian Mereka(Sahabat Abdullah bin Mas'ud,Abu Bakr Dan Umar)Berhenti Dalam Jeda Waktu Yang lama,Kemudian Rosulullah SAW Bersabda:Barang siapa Yang Menginginkan Membaca Al Qur'an Dengan Baca'an Yang Lembut Lagi Luwes,Sebagaimana Al Qur'an Itu Di Turunkan,Maka Hendaknya Ia Membaca Sesuai Baca'annya Ibnu Umi Abdin(Abdullah Bin Mas'ud).Kutipan:Imam Akhmad Dan Annasa'i Dalam Kitab Al Kubro Dari Khaditsnya Umar,Imam Tirmidzi Dan Ibnu Majah Dari Khaditsnya Ibnu Mas'ud"Bahwa Sesungguhnya Abu Bakr Dan Umar,Keduanya Mendapat Khabar Gembira,Bahwa:Sesungguhnya Rosulullah SAW Bersabda""Barang Siapa Yang Mencintai Membaca Al Qur'an"".....Lanjutkanlah Khadits Yang Utuh,Berkata Attirmidzi Khadits Ini Merupakan Khadits Yang Hasan Lagi Sokhikh.
 وقال صلى الله عليه وسلم لابن مسعود اقرأ علي فقال يا رسول الله أقرأ عليك وعليك أنزل فقال صلى الله عليه وسلم إني أحب أن أسمعه من غيري فكان يقرأ وعينا رسول الله صلى الله عليه وسلم تفيضان حديث أنه قال لابن مسعود اقرأ فقال يا رسول الله اقرأ وعليك أنزل فقال إني أحب أن أسمعه من غيري الحديث متفق عليه من حديث ابن مسعود 
      Rosulullah SAW Bersabda Pada Ibnu Mas'ud"Bacalah (Al Qur'an) Untuku" Ibnu Mas'ud Kemudian Berkata"Wahai Rosulnya Allah,Akankah Aku Hendak Membacakan Al Qur'an Padamu,Sedangkan Padamulah Al Qur'an Itu Di Turunkan,Kemudian Nabi SAW Bersabda"Sesungguhnya Aku Sangat Suka Bila Aku Mendengarkan Baca'an Al Qur'an Itu,Dari Selain Diriku Sendiri(Orang Lain),Maka Adalah(Beliau) Ibnu Mas'ud Yang Membacakan Al Qur'an,Sedangkan Dua Mata Rosulullah Mengalirkan Air Mata.Khadits MutafaQ Alaihi Dari Khaditsnya Ibnu Mas'ud. 
واستمع صلى الله عليه وسلم إلى قراءة أبي موسى فقال لقد أوتي هذا من مزامير آل داود فبلغ ذلك أبا موسى فقال يا رسول الله لو علمت أنك تسمع لحبرته لك تحبيرا حديث استمع إلى قراءة أبي موسى فقال لقد أوتي هذا من مزامير آل داود متفق عليه من حديث أبي موسى 
     Rosulullah SAW Telah Mendengar Pada Baca'an Al Qur'annya Abu Musa Kemudian Nabi Shollallahu Alaihi Wasalam Bersabda"Sungguh Orang Ini Telah Di Anugerahkan Padanya Lantunan Seruling Dari Seruling2 nya Keluarga Nabi Daud" Kemudian Sampailah Sabda Nabi Yang Demikian Pada Abu Musa,Abu Musa Berkata"Wahai Rosulullah Kalau Saja Saya Mengetahui Kalau Engkau Sesungguhnya Telah Mendengar(Baca'an Al Qur'an)Niscaya Saya Akan Menambahkan Keindahan Baca'an Dan Keindahan Suaraku,Seindah Indahnya.Takhrij:MutafaQ Alaihi,Dari Khaditsnya Abu Musa(Al Asy'ari).
ورأى هيثم القارىء رسول الله صلى الله عليه وسلم في المنام قال فقال لي أنت الهيثم الذي تزين القرآن بصوتك قلت نعم قال جزاك الله خيرا وفي الخبر كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا اجتمعوا أمروا أحدهم أن يقرأ سورة من القرآن وقد كان عمر يقول لأبي موسى رضي الله عنهما ذكرنا ربنا فيقرأ عنده حتى يكاد وقت الصلاة أن يتوسط فيقال يا أمير المؤمنين الصلاة الصلاة فيقول أولسنا في صلاة إشارة إلى قوله عز وجل ولذكر الله أكبر 
    Dalam Sebuah Mimpi Haitsam Al Qori' Berjumpa Rosulullah SAW,Haitsam Berkata"Kemudian Rosulullah Bersabda Padaku"Apakah Engkau Haitsam Orang Yang Menghias Keindahan Baca'an Al Qur'an Dengan Suaramu? Sayapun Menjawab"Memang" Nabi SAW Bersabda"Semoga Allah Memberikan Balasan Kebaikan Padamu"
    Dalam Sebuah Informasi Di Sebutkan Bahwa"Adalah Para Sahabat Rosulullah Yang Apabila Mereka Berkumpul Maka Mereka Akan Memerintahkan Salah Satu Dari Mereka Hendak Membacakan Salah Satu surat Dari Al Qur'an,Sesungguhnya Sahabat Umar Berkata Pada Sahabat Abi Musa"Wahai Abu Musa Ingatkanlah Kami Pada Tuhan Kami"Maka Kemudian Abu Musa Pun membaca Al Qur'an Di Sisinya Sampai Hampir Mendekati Setengah Waktu Sholat,Lalu Di Katakan Pada Sahabat Umar"Wahai Amirul Mu'minin Sholat Sholat"Kemudian Umar pun Berkata"Bukankah kita Dalam Sholatpun Berisarat Pada Firman Allah Waladzikrullahi Akbar"Sungguh Mengingat Allah Adalah Sesuatu Yang Maha Besar.
وقال صلى الله عليه وسلم من استمع إلى آية من كتاب الله عز وجل كانت له نورا يوم القيامة حديث من استمع إلى آية من كتاب الله كانت له نورا يوم القيامة وفي الخبر كتب له عشر حسنات أخرجه أحمد من حديث أبي هريرة من استمع إلى آية من كتاب الله كتب له حسنة مضاعفة ومن تلاها كانت له نورا يوم القيامة وفيه ضعف وانقطاع وفي الخبر كتب له عشر حسنات 
       Rosulullah SAW Bersabda"Barang Siapa Yang Ingin Mendengarkan Pada Ayat Dari Kitabnya Allah(Al Qur'an) Azza Wa Jalla,Maka Ayat Itu Besuk Di hari Qiyamath Akan Menjadi Nur (Cahaya) Baginya".Dalam Sebuah Informasi (Khabar)"Maka Di Catat Baginya Sepuluh Kebaikan" Khadits Di Takhrij(Kutip)Oleh:Akhmad Dari Khaditsnya Abu Ghurairoth,"Barang Siapa Yang Ingin Mendengarkan Pada Ayat Dari Kitabnya Allah (Al Qur'an)Maka Baginya Di Catat Kebaikan Yang Berlipat Lipat,Barang Siapa yang Membacanya Maka Ayat Itu Baginya Menjadi Nur (Cahaya) Di Hari Qiyamath"Dalam Khadits Ini Terdapat Sanad Yang Dloif (Lemah) Dan InQitho'(Terputus Rowinya),Namun Dalam sebuah Informasi Khadits(Khobar)Terdapat Keterangan"Di Catat Baginya Sepuluh Kebaikan"
       Sebagaimana Pahala Mendengarkan Itu Besar Dan Pembaca Merupakan penyebab Dari Adanya Kemauan Mendengarkan Maka Pembaca Al Qur'an Tergolong Bersekutu Bagi Pendengar Dalam Pahala,Melainkan Apabila Tujuan Dari Padanya adalah Untuk Riya' Dan Mengada ada,Maka pembaca Bukan merupakan Sekutu Bagi Pendengar Dalam Pahala.
      Segala Keselamatan Semoga Senantiasa Berada Pada Setiap Pribadi Yang Mengikuti Hidayah Dari Allah,Segala Puji Milik Allah Tuhan Seru Sekalian Alam,Panjatan Sholawat Dan Salam Semoga Senantiasa Tercurah Keharibaan Nabi Penghulu Para Nabi Dan Junjungan para Rosul,Beserta Keluarga Sahabat Dan setiap Sahaya yang terpilih,Alhamdulillah Dengan pertolongan Allah Catatan Sederhana ini Selesai,Dan Roja' Pada Tuhan Serta Harapan Bagi Semesta Alam Semoga Catatan Ini Menjadi Pendamping Dalam Menuju Dzat Allah Yang Maha Murbo Ing Dumadi,Kami Meminta Pada Tuhan Yang Maha Memberi,Agar Senantiasa Menjaga Kami Dari Sifat Yang Bukan Sifat khak Bagi Kami Yaitu Sifat Riya' Dan Sum'ath,Yang Mana Sifat Tuhan Adalah Dzat Yang Maha Melipat Gandakan Pahala Kami.




                       Kalideres,Minggu 31 Maret 19

                           Mujierokhman Pegiringan

Mujierokhman copyright ©31 Maret 2019 All Right Reserved

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keragaman Pengetahuan Al Qur'an

penyegaran Kembali Memaknai AlQur'an

Ilmu Bagian Dari Ibadah.