Dimensi Manhajul FiQri

Mengenal Etika(Adab) Membaca Al Qur'an Dengan Menggali Pada Kekaya'an Ma'na Yang Khakiki

        بسم الله الرحمن الرحيم

   Segala Puji Milik Allah Tuhan Semesta Alam,Yang Telah Menjadikan Keragaman Dalam Manhajul Fikri Sebagai Rahmat Bagi Semesta,Sehingga Dengan Keragaman Itu Akan Tercipta Keharmonisan Yang Indah Lagi Menyejukkan,Semua Itu Tidak Akan Bisa Terlewati Melainkan Bagi Orang Orang Yang Memiliki Mata Hati Yang Tajam,Panjatan Shalawat Semoga Senantiasa Tercurah Kehariba'an Al Musthofa Dan Pemimpinnya Para Nabi Dan Rosul,Pada Keluarganya,Para Sahabat Sahabatnya,Sampai Pada Pewaris Para Nabi Dan Setiap Sahaya Yang Terpilih أما بعد
      Bila Kita Menghitung Ni'mat Allah Niscaya Tidak Mungkin Menghitungnya,Mungkin Dalam Hati Kita Akan Senantiasa Bertanya,Bagaimanakah Kita Bisa Memperoleh Dan Mengetahui Pengaruh/Atsar Al Qur'an Sebagai Wahyu Tuhan Kedalam Mata Hati Kita,Namun Semua Pertanya'an Apapun Tidak Mungkin Terjawab Kecuali Dengan Adanya Hidayath Dari Al Qur'an Itu Sendiri Atau Dari Sesuatu Yang Kita Inginkan Untuk Tersingkapnya Sebuah Rahasia.Sehingga Dengan Hidayath Itu Akan Senantiasa Memberikan Motivasi Kepada Kita Untuk Menggali Ma'na Yang Lebih Substansi Dari Sebuah Tanda Tanya Di Hati kita.Sebagaimana Hidayath Itu Tidak Di Berikan Secara Cuma Cuma Kepada Setiap Hamba,Maka Tanda Tanya Hati Kita Pun Tidak Segampang Membalikan Telapak Tangan Untuk Di Berikan Jawabannya.Boleh Jadi Untuk Memperoleh Jawaban Itu Kita Terdorong Untuk Berusaha,Namun Usaha Itu Pun Sebagian Dari Makhluk Tuhan Yang Di Kerahkan Tanpa Daya,Dalam Pada Itu Keyakinan Yang Mendalam Takan Mampu Menembus Garis Ketentuan Tuhan,Oleh Karena Itu Apapun Rahasianya Manusia Di Wajibkan Untuk Berusaha Menggali Kekaya'an Ma'na Dari Rahasia Itu.Dalam Catatan Sebelumnya Sudah Di Bahas Tentang Etika Membaca Al Qur'an Secara Dzohir/Lahir,Yang Pada Intinya Memberikan Pengaruh Pengagungan Pada Dzat Yang Menurunkan Wahyu,Maka Pada Kesempatan Ini Saya Akan Memberikan Nubdzath Yang Sederhana Tentang Etika Etika Membaca Al Qur'an Yang Lebih Ke Dalam Ma'na Yang Khakiki,Guna Mendorong Pemahaman Al Qur'an Yang Pada Akhirnya Memberikan Khikmath Pada Mata Hati Kita Untuk Senantiasa Mengamalkan Etika Tsb,Sehingga Dengan Mengamalkan Etika Membaca Al Qur'an Ke Dalam Format Ma'na Etika Yang Sesungguhnya,Maka Baca'an Al Qur'an Kita Akan Memberikan Dampak Yang Positif Secara Menyeluruh Dan Memberikan Atsar/Pengaruh Yang Pada Akhirnya Dengan Kehendak Tuhan Kita Bisa Memperoleh Hidayath Amien.Catatan Mengenai Ma'na Etika Membaca Al Qur'an Yang Lebih Condong Kedalam Ma'na Yang Khakiki Dalam Kitab Ikhya' Ulumidien Berkisar Pada Bab Yang Ketiga Dari Kitab Adabu Thilawathil Qur'an,Yang Menerangkan Tentang Pekerja'an Pekerja'an Yang Bersifat Substansi/Bathin Dalam Baca'an Al Qur'an.Al Ghozali Dalam Kitabnya Memerinci Hal Yang Demikian Dalam 10 Pembahasan Yaitu:Pemahaman Tentang Dasar Kalam,Pengagungan Terhadap Al Qur'an,Kemudian Mengkhadlirkan Hati,Perenungan,Pemahaman,Upaya Melepaskan Diri Dari Hal Hal Yang Menghalangi Pemahaman,Kemudian Takhsis (Penentuan Maksud Khithob),Menggali Atsar/pengaruh Positif Yang Kemudian Melahirkan Perangai/Karakter Qur'ani,Kenaikan Tingkatan/Level Spiritual Secara Signifikan Dari Yang Pada Mulanya Pembaca Mendengar Al Qur'an Dari Dirinya Sendiri Kemudian Bisa Merasakan Secara Langsung Kalam Dari Allah ,Dan Yang Terakhir Adalah Tingkatan Attabari Yang Dalam Istilah Teologis Memiliki Persama'an Kata Dengan Al Baro'ath Yang Memiliki Ma'na Menjauh Dan Melepaskan Diri Dari Apapun Selain Allah.


      1.Pemahaman Tentang Dasar Kalamullah (Wahyu)

     Untuk Mengawali Mempelajari Dan Mengenal Tentang Etika (Adab Adab) Membaca Al Qur'an Dengan Mengedepankan Nilai Yang Khakiki Hendaknya Seseorang Terlebih Dahulu Mempelajari Tentang Pemahaman (Dasar) Keagungan Dan Keluhuran Kalamullah,Fadlilah (Keunggulan) Yang Di Berikan Oleh Allah Pada Al Qur'an,Memahami Sifat Lathifnya Allah Dengan Makhluknya Tentang Di Turunkannya Al Qur'an Dari Singgasana Keagungan Allah,Pada Derajat Pemahaman Makhluknya.
       Maka Hendaknya Seseorang Memperhatikan Dengan Seksama Bagaimana Allah Memberikan Kelembutan (Dengan Sifat Latiefnya) Pada MakhlukNYa,Tentang Sampainya (Tanda Bukti)Ma'na Ma'na Kalamullah Yang Bersifat Qodim Dan Tegak Pada Dzatnya Allah,Kedalam Kualitas Pemahaman MakhlukNYa.Dan Bagaimanakah(Ma'na Kalamullah)Yang Menjadi Sifat Qodim Itu Menjadi Tersingkap Pada Mereka Dalam lipatan Huruf Huruf Dan Suara Suara Yang Menjadi Sifat Sifat Manusia,Karena Manusia Sendiri Sebenarnya Sangatlah Lemah Untuk Sampai (Kedalam Tanda Bukti)Pada Pemahaman Sifat Sifatnya Allah Azza Wa Jalla,Kecuali Dengan Sarana Sifat Sifat Manusia Itu Sendiri.
     Andaikan Saja Esensi Keagungan Kalamullah Itu Tidak Tertutup Oleh Megahnya Pakaian Huruf Huruf,Niscaya Singgasana/Aras Dan Bumi Dan Segala Sesuatu Yang Berada Diantara Keduanya,Tidak Ada Konsistensi (Stabilitas Kekuatan)Untuk Mendengar Kalamullah,Dari Agungnya Kerajaan Allah Dan Sucinya Nur Allah.
    Dan Kalau Saja Allah Tidak Memberikan Sifat Konsistensi Yang Kuat Pada Nabi Musa Alaihi Salam,Niscaya Beliau Nabi Musa Alaihisalam Takan Pernah Mampu Untuk Mendengarkan Kalamullah,Sebagaimana Gunung Yang Tidak Kuat(Melihat Dan Mendengar) Pada Permulaan Datang Dan Tersingkapnya Sifat Allah,Ketika Gunung Itu Sendiri Menjadi Hancur Lebur Terlululantahkan
     Dan Tidaklah Mungkin Untuk Memahami Agungnya Kalamullah Kecuali Dengan Contoh Contoh Yang Sesuai Dengan Batas Kemampuan Pemahaman Makhluk.
     Oleh Karenanya Sebagian Ulama' Ulama' Ma'rifat Membuat Ungkapan Dari Agungnya Kalamullah,Kemudian Ulama'2 Ma'rifat Itu Berijtihad Dengan Rumusan Kema'rifatnnya,Berkata Sebagian Ulama' Ahli Ma'rifat: "Sesungguhnya Setiap Huruf Dari Kalamullah Azza Wa Jalla Di Laukhul Makhfudz Itu Lebih Agung Dari Besarnya Gunung Qoof (جبل قاف),Dan Sesungguhnya Para Malaikat Alaihimusalam Itu,Andaikan Saja Mereka Bersatu Dan Berkumpul Untuk Memindahkan Dan Mengangkat Satu Huruf Saja(Dari Hurufnya Kalamullah) Niscaya Mereka Tidak Mampu Untuk Memindahkannya,Sampai Pada Akhirnya Malaikat Israfil (Malaikat Laukhul Mahfudz) Datang Dan Mengangkatnya,Lalu Kemudian Malaikat Isrofil Mendongkelnya Dengan Idzin Allah Dan Rakhmatnya,Tidak Dengan Kekuatan Dan Kemampuannya Sendiri,Akan Tetapi Allah Mengalungkan Kekuatan Dan Kemampuan Itu Pada Malaikat Isrofil Dan Allah Memerintahkan Pada Isrofil Untuk Menggunakannya".
      Dan Sesungguhnya Ulama' Ulama' Khikmath(Filsuf)Memberikan Seberkas Sinar Penjelasan Yang Terang Benderang Dengan Ta'bir (Pertimbangan Sebuah Pemikiran) Dari Cara Yang Lembut Tentang Sampainya (Tanda Bukti) Ma'na Ma'na Kalamullah Beserta Tingginya Derajat Kalam Tersebut Pada,KualitasPemahaman Manusia,Dan Konsistensinya Manusia Untuk Mendengarkan Kalam Itu Dengan Keterbatasan Derajat Pemahaman Manusia Itu Sendiri.Untuk Itu Sebagian Ulama' Khikmath Tsb Membuat Contoh Yang Masih Belum Sistematis Dan Ringkas,Contoh Ta'bier Yang Demikian Adalah Sebuah Kisah,Yang Sesungguhnya Di Kisahkan,Seorang Khakiem Yang Berda'wah/Menyerukan Pada Sebagian Para Penguasa,Untuk Menganut Syariat Para Nabi.Dalam Kisah Sederhananya Lalu Kemudian Penguasa Itu Bertanya Pada Khakiem Tentang Beberapa Persoalan,Dan Khakiem pun Menjawab Dengan Jawaban Yang Belum Berpotensi Memberikan Pemahaman Pada Pemahamannya Penguasa Itu,Sang penguasa Itu Berkata"Tahukah Kamu Apa Yang Di Bawa Para Nabi ?,Ketika Engkau Serukan Bahwa"Kalam (Wahyu) Itu Bukanlah Kalam Manusia,Dan Sesungguhnya Kalam (Wahyu) Itu Adalah Kalamullah Azza Wa Jalla,Bagaimana Manusia Itu Mampu Untuk Membawa Amanath Itu(Dalam Keterbatasan Pemahamannya)?"Khakiem pun Menjawab"Sesungguhnya Kami Telah Melihat Dan Meyakini Tentang Manusia Bilamana Manusia Itu Menginginkan Memberikan Pemahaman Pada Binatang Melata Dan Burung,Manusia Itu Tidak Mungkin Menginginkan Memberikan Kata MuQodimath Dan Akhiran(Pada Tiap Pembicaraanya Terhadap Binatang Tsb) Maupun Menghadap(Memberikan Pembicaraan) Dan Membelakanginya (Memberikan Pemahaman Dari Belakang Binatang Melata Dan Burung tsb),Akan Tetapi Manusia Itu Sadar Dan Melihat (Meyakini) Bahwa Binatang Dengan Ketidak Mampuannya Membedakan, Dari Memahami Pembicaraan Manusia,Yang Keluar Dari Nur Nur AQal Manusia Beserta Keindahan,Hiasan Dan Ke Elokan Runtutan (Sistem)Kalam Itu,Maka Manusia Akan Menempatkan Diri Pada Kedudukan Tamyiznya/Mengertinya Binatang Tsb,Manusia Akan Menyampaikan (Tanda Bukti) Maksud Maksud Mereka Pada Nilai Esensi Binatang,Dengan Cara Menggunakan Suara Suara Yang Patut,Yang Mereka Tempatkan Untuk Binatang,Dari Suara Tiupan Maupun Siulan Suara Mulut,Dan Suara Suara Yang Mendekati Dari Suara Binatang Tsb,Artinya Supaya Binatang Tsb Mampu Membawa Dan Mengemban Suara Tsb (Sebagai Kalam) Dari Manusia.
      Seperti Halnya Binatang Yang Tidak Mampu Menerima Kalam(Pembicara'an) Dari Manusia,Kecuali Dengan Adaptasinya Manusia Itu Sendiri Pada Kedudukan Tamyiznya Binatang,Kemudian Manusia Menyampaikan Maksud2 nya Pada Nilai Esensi Binatang Dengan Menggunakan Suara2 Yang Mendekati Suara2 Binatang Tsb,Manusia Juga Sejatinya Sangat Jauh Lebih Lemah Untuk Membawa Dan Mengemban Kalamullah (Wahyu) Dan Sempurnanya Sifat Allah Dengan Ma'na Wahyu Dan Sifat Allah Yang Lebih Kedalam Ma'na Esensi,Dari Ma'na Wahyu Dan Sifat Allah Tsb.
     Kemudian Jadilah Bertemu (Tentang Apa Yang Manusia Itu Saling Bersautan Dalam Sebuah Pembicara'an,Dari Suara Suara Yang Dengan Suara Itu,Mereka Mendengar Khikmath) Laksana Suara Tiupan Dan Suara Siulan Yang Bisa Terdengar Oleh Binatang Melata Dan Burung2 Dari Dan Oleh Manusia.
      Dan Yang Demikian (Pengadaptasian Dengan Suara Suara) Itu Tidak Menghalangi Ma'na Ma'na Khikmath Yang Tertutup Pada Sifat Sifat Itu(Suara Suara),Dari Esensi Bahwa"Sesungguhnya Integritas Kalam (Yang Dalam Hal Ini Adalah Suara Suara)Itu lebih Karena (Manusia) Mengintegritaskan Kalam Itu Sendiri,Dan Sesungguhnya Agungnya Kalam,Itu Karena mengagungkannya"
     Maka Suara,Untuk Sebuah Khikmath,Itu Laksana Jasad Dan Tempat,Sedangkan Khikmath Bagi Suara Itu Laksana Nafas Dan Rukh,Seperti Halnya Jasad2 Manusia Itu Di Mulyakan Dan Berharga Mahal Sebagai Tempat Untuk Rukh,Maka Suara Suara Kalam pun Juga Di Integritaskan Karena Kandungan Khikmath Yang Berada Di Dalamnya(Suara Suara)
      Sedangkan Kalam(Wahyu) Itu Kedudukannya Berada Di Level Yang Tertinggi,Yang Berkuasa MuthlaQ,Yang Laksana Khukum Yang Operatif Dan Tegak Dalam Persoalan Yang Khak Maupun Bathil.
      Kalamullah (Wahyu Allah) Itu Laksana Khakiem Yang Maha Adil,Yang Maha Menyaksikan (Saksi)Yang Di Ridloi,Yang Memerintah Dan Melarang,Yang Tidak Ada Kekuatan Apapun Bagi Kebathilan Untuk Menempati (Kedudukan) Di Hadapan Kalam Khikmath(Kalamullah/Wahyu),Seperti Halnya Naungan Yang Takan Mampu Menempati(Kedudukan) Di Hadapan Seberkas(Radius) Sinar Matahari,Takan Ada Potensi Energi Apapun,Bagi Kapasitas Manusia Untuk Menembus (Menerapkan) Dalamnya Ma'na Al khikmath,Sebagaimana (Kapasitas)Mereka Takan Ada Energi Apapun,Untuk Menembus Cahaya Matahari Yang Sebenarnya,Dengan Mata Telanjang Mereka,Akan Tetapi Mereka (Kapasitas Manusia)Memperoleh Cahaya Matahari Yang Khakiki,Hanya Sebatas Cahaya Dalam Rangka Menghidupkan Mata Telanjang Mereka.
      Point Yang Terpenting Bagi Mereka (Manusia)Mengambil Manfaat (Dengan Seberkas Cahaya Itu)Yang Bisa Menuntun Mereka,Hanya Sebatas Untuk Memenuhi Khajat Khajat Mereka Saja.
      Maka Al Kalam (Wahyu) Itu,Laksana Raja Yang Terhijab (Tertutup Hadapannya) Yang Gha'ib (Tidak Bisa Di Lihat) Wajahnya,Akan Tetapi Perintahnya Tetap Terimplementasikan,Seperti Halnya Matahari Yang Sangat Berat (Sinarnya)Serta Sangat Jelas,Yang Tersimpan Kandungan (Elemen) Sinarnya,Dan Seperti Halnya Bintang Di Langit (Bintang Venus) Yang Terkadang Di Buat Pathok an Bagi Seseorang Yang Tidak Wukuf (Berhenti) Pada Pathok An Peredarannya.
       Kalam (Wahyu) Itu Bak Kunci Perbendahara'an(Brankas) Yang Seperti Permata Tulen Yang Berharga,Dan Seperti Mata Air Kehidupan Yang" Barang Siapa Meminum Dari Mata Air Itu Tidak Akan Mati)" Dan Kalam Itu Laksana Obat Untuk Semua Penyakit Yang "Barang Siapa Meminum Dari Obat Itu Maka Dia Akan Sembuh Dari Penyakitnya"
        Secarik Keterangan Inilah Yang Di Kemukakan Oleh Al Khakiem (Pada Penguasa),Dari Pemahaman Tentang Al Kalam,Selebihnya Adalah Hal Yang Tidak Patut Untuk Di kemukakan Bagi Keadaan Kelas Ilmu Muamalath (Sosial Civil),Maka Seyogyanya Al Khakiem Meringkas Keterangannya Untuk Sang penguasa Itu.


         2.Pengagungan Terhadap Al Mutakaliem (Dalam Ma'na Yang Khakikie Adalah Allah Azza Wa Jalla, Dengan Format Pengagungan Terhadap Al Qur'an)


      Seyogyanya Bagi Seorang Pembaca (Al Qur'an/Kalamullah) Pada Titik Permula'an Ia Membaca,Hendaklah Di Dalam Hatinya Ia Mengkhadlirkan (Perasa'an) Agungnya Al Mutakaliem (Allah SWT,Yang Berkalam) Dan Ia Mengetahui Bahwa"Sesungguhnya Apa Yang Ia Baca Bukan Merupakan Kalam (Ucapan) Manusia" Serta Seyogyanya Ia Mengetahui Bahwa Dalam Pembaca'an Kalamullah Terdapat Puncak Maksimalnya Hal hal Yang Sangat Beresiko Dan Kritis.
      Allah Azza Wa Jalla Telah Berfirman:
       لَّا يَمَسُّهٗۤ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ 
"(Tidak menyentuhnya) adalah kalimat berita, tetapi mengandung makna perintah, yakni jangan menyentuhnya (kecuali orang-orang yang telah bersuci) yakni orang-orang yang telah menyucikan dirinya dari hadas-hadas."
(Tafsir Jalalain,Al-Waqi'ah Surat Ke 56 Ayat 79)
       Seperti Halnya Penampilan Sampul Muskhaf Dan Kertas/Helai,Itu Terjaga Dari Tersentuhnya Kulit Luarnya Orang Yang Menyentuh,Kecuali Apabila Ia Orang Yang Telah Bersuci Dari Khadats Besar Maupun Kecil,Maka Substansi Muskhaf Tsb Bila Di hubungkan Dengan Khukum Kedudukan Tinggi Dan Keagungannya Juga Terhijab/Tertutup Dari Substansi Ma'na Hati(Untuk Membacanya),Kecuali Apabila Pemilik Hati Tsb,Adalah Orang Yang Berupaya Mensucikan Hatinya Dari Setiap Sesuatu Yang Mengindikasikan Nilai Kekejian,Dan Pemilik Hati Tsb Juga Berupaya Untuk Mencari Pencerahan Dengan Nur Ta'dzim (Pengagungan)Dan TauQier (Memuliakan Dan Mengagungkan),Seperti Halnya Setiap Tangan Itu Belum Tentu Patut Untuk Menyentuhnya(Muskhaf),Maka Belum Tentu Patut pula Setiap Lisan Membaca Khuruf Khurufnya,Dan Belum Tentu Patut Pula Setiap Hati Untuk Memperoleh Ma'na Ma'nanya.
      Karena Tamtsil (Perumpama'an) Pengagungan (Terhadap Al  Mutakaliem)Yang Seperti Inilah,Adalah Beliau Ikrimath Bin Abu Jahl Yang Tergeletak Dan Pingsan Ketika Ia Menggelar (Membuka Dan Membaca) Muskhaf,Dan Ia Berkata" Kalam Tuhanku Kalam Tuhanku (Al Qur'an Ini Adalah Kalam Tuhanku_Penc)" Point Yang Terpenting Yang Bisa Di Ambil Kesimpulan Dari Pembahasan Diatas Adalah 'Upaya Pengagungan Terhadap Al Kalam (Wakhyu Allah) Merupakan Pengagungan Terhadap Allah Al Mutakaliem (Yang Berkalam).
      Seorang Pembaca (Al Qur'an) Belum Bisa Mengkhadlirkan Sifat Agungnya Al Mutakaliem (Allah Yang Berkalam) Selama Dia Belum Bisa Berfikir Tentang Sifat Sifat Allah,Keagungan Allah Dan Af'al Af'alnya Allah.Kesimpulan:   
    1.Ketika Seorang Pembaca (Al Qur'an) Telah Mampu Mengkhadlirkan Di Dalam Hatinya Tentang Singgasana Kekuasa'an Tuhan (Aras) Kursi Kebesaran Tuhan (Al Kursiy),Keadaan Langit Dan Bumi,Dan Makhluk Diantara Keduanya,Yang Berasal Dari Jin,Manusia,Binatang Melata Dan Tumbuh Tumbuhan.
     2.Ketika Seorang Pembaca (Al Qur'an) Telah Mampu Mengetahui Bahwa "Sesungguhnya Dzat Yang Telah menciptakan Semua Itu,Yang Berkuasa Atas Semuanya,Dan Dzat Yang Maha Memberikan RIzQi Pada Semuanya Itu,Adalah (Tuhan) Yang Maha Satu" 
     3.Ketika Seorang Pembaca (Al Qur'an) Telah Mampu Mengetahui Bahwa" Sesungguhnya Segala Sesuatu,Yang Berada Dalam Genggaman KekuasaanNYa Itu Dalam Posisi Keraguan Dan Kecanggungan,Antara Berada Pada Posisi Mendapat Rakhmat Dan Fadilathnya,Dan Berada Pada Posisi Mendapat Kemurkaan Dan Siksa'an OtoritasNYa,Dan Yakien Kalaupun Allah Memberikan Ni'mat (Pada MakhluQnya)Maka Yang Demikian Itu Lantaran FadlilahNYa,Dan Bila Allah Memberikan Siksa,Itu Merupakan KeadilanNYA,Dan Seorang Pembaca Al Qur'an Mengetahui Bahwa Sesungguhnya Allah Adalah Dzat Yang Berfirman Dalam Khadits Qudsinya"Mereka Mereka Itu Merupakan Orang2 Yang Masuk Kedalam Sorga' Aku Tidak peduli,Mereka Mereka Merupakan Orang Orang Yang masuk kedalam Neraka,Aku Tidak peduli.
     Inilah Ujung Dari Ma'na Pengagungan,Dan Meluhurkan Allah,Maka Dengan TafaQur Tentang Tamtsil2 Diatas,Akan Segera Khadlir Bagi pembaca Al Qur'an Tentang Keagungan Al Mutakaliem (Allah Yang Berkalam) Kemudian Pengagungan Terhadap Kalamullah (Wahyu Allah).

       3.Mengkhadlirkan Hati,Dan Meninggalkan Bisikan Bisikan(Selain Al Qur'an Yang Ada Di Dalam) Hati.


      Dikatakan Tentang Tafsir Ayat :
يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍ  ۗ  وَاٰتَيْنٰهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا  
"(Hai Yahya! Ambillah Kitab itu) yakni kitab Taurat (dengan sungguh-sungguh) secara sungguh-sungguh. (Dan Kami berikan kepadanya hikmah) kenabian (selagi ia masih kanak-kanak) sewaktu berumur tiga tahun."
(Jalalain,Maryam Surath Ke 19,Ayat 12).
     Bahwa Yang Di maksud Quwath Adalah Dengan Sungguh Sungguh Dan Dengan Ijtihad,Pengambilan (Kitab) Tauroth Itu Dengan Sungguh Sungguh Esensinya Adalah Dengan Memurnikan Ketika Membacanya Dan Memalingkan Segala Himmath (Keinginan Yang Besar) padanya Dari Selain Kitab Tsb.
     Di Katakan Juga Pada Sebagian Ulama' terdahulu Tentang Pertanyaan Yang Begitu Mendalam Tentang Ma'na Membaca Al Qur'an Dengan Mengkhadlirkan Hati Yang Mendalam Dan Meninggalkan Bisikan Bisikan Hati,Yaitu: Adakah Terlintas Padamu Tentang Bisikan Hati Ketika Engkau Membaca Al Qur'an? sebagian Ulama Terdahulu Itu pun Menjawab(Dengan Tegas): Adakah Sesuatu Yang Lebih Ak Cintai Dari Pada Al Qur'an Sehingga Terlintas Bisikan Dalam Hatiku (Sesuatu Yang lain) Ketika Aku berada Padanya (Al Qur'an Itu)?
       Adalah Sebagian Ulama' Salaf (Ulama' Terdahulu),Yang Ketika Membaca Ayat Al Qur'an,Bila Hatinya Tidak Tersandar Di Dalamnya,Maka Ia Akan Mengulangi Membaca Ayat Tsb Untuk Kedua Kalinya,Sifat Yang Seperti Ini Akan Lahir Dari Manifestasi Yang Ada Sebelumnya,Yaitu Dari Sifat Mengagungkan Kalam,Maka Sesungguhnya Orang Yang Mengagungkan Kalam (Wahyu Allah) Yang Ia Baca,Secara Otomatis Ia Akan Menerima Khabar Gembira Dengannya (Al Kalam),Dan Ia Akan Merasakan Ketenangan Dengan Kalam Itu,Dan Ia Tidak akan lupa Dari Kalam Itu.
        Maka Di Dalam Al Qur'an Terdapat Ayat, Yang Dengan Ayat Itu Hati Bisa Merasakan Ketenteraman,Apabila Pembaca Bisa Menjadi Ahli,Dan Mengkondisikan Serta Menggali Secara Mendalam,Dengan Jalan Mengkhadlirkan Hati Pada Ayat Tsb,Yang Menjadi Pertanyaan,Bagaimanakah Dengan Pemikiran Seseorang,Itu Bisa Di Cari Ketentraman Di Dalam Hati, Pada Selain Ayat Al Qur'an?
     Ayat Al Qur'an Itulah Yang Sebenarnya Berada Pada Tempat (Hati),Seakan Berada Pada Tempat Bertamasya,Dan Berada Pada Celah Jalan keluarnya Suasana Hati,Sedangkan Seseorang Yang Mendapatkan Jalan Keluar (pada Kondisi suasana Hati),Yang Mana Ayat2 Al Qur'an Itu Berada Pada Tempat tempat Suasana Hati,Yang Seakan Berada Pada Tempat Tempat Bertamasya,Maka Dengan Pemikirannya, Ia Tidak Akan Beranjak Pada Pemikiran Itu,Selain Memikirkan Tempat Tempat Tsb.
      Sungguh Telah Di Ungkapkan(Oleh Ulama' Terdahulu/Salafusholikhien) Bahwa "Sesungguhnya Dalam Al Qur'an Itu Terdapat Ma'na Yang Mengumpamakan Mayadien (Tempat Tempat Yang luas),Perkebunan Yang Rindang,Gedung Gedung Tinggi,Berbagai Aras (Singgasana),Pakaian Pakaian Sutera Halus,Dan Taman taman Yang Indah,Serta Ruangan Ruangan Rumah Tenda,Berawal Dari Surath Yang Di Awali Dengan (آلم (الميمات,Itu Laksana Tempat Tempat Yang Luas (ميادين) (Dalam Renungan Al Qur'an),Kemudian Surath Surath Al Qur'an Yang Di Awali Dengan آلر Laksana Perkebunan Perkebunan Yang Rindang,Surath Surath Dan Ayat Al Qur'an Yang Di Awali Dengan ( الحمد (الحاءات,Itu Di Umpamakan Laksana Gedung Gedung Yang Tinggi,Ayat Ayat Al Qur'an Yang Di Awali Dengan سبح /المسبحات Itu Laksana Singgasana,Kemudian Surath/Ayat Yang Di Awali  الحاميمات/ حم Itu Laksana Pakaian Pakaian Sutera Halus,Ayath Mufasol Itu Di Umpamakan Laksana Taman taman Al Qur'an,Sedangkan Perumpama'an Laksana Ruangan Ruangan Rumah Tenda Itu Adalah Selain Ayat2 Yang Sudah Di Sebutkan Diatas.
      Ketika Seorang Pembaca (Al Qur'an) Mulai Masuk Pada Tempat Tempat Yang Luas (Surat/Ayat Al Qur'an Yang Di Awali Dengan آلم) Dan Dia Memetik Sesuatu Dari Perkebunan Yang Rindang,Dan Dia Memasuki Gedung Gedung Tinggi,Dan Ia Menyaksikan Beberapa Singgasana,Kemudian Ia Memakai Pakaian Sutera Yang Halus,Bertamasya Di Dalam Taman Taman Yang Berada Di Dalamnya Dan Menempati Ruangan Rumah Tenda Yang Terapung,Maka Yang Demikian Bisa Menenggelamkan Dan Menyibukkannya Menghabiskan Waktu Dari Selain Yang Demikian (Perumpama'an Mengkhadlirkan Hati Dalam membaca Al Qur'an),Maka Hatinya Tidak Akan Luput Dan Tidak Akan Berpisah Pemikirannya Dari Hal Yang Demikian.
      

        4.Taddabur (Perenungan).


     Perenungan Adalah Level/Tingkatan Kenaikan Kualitas Rukhani,Ketika Seorang Pembaca Al Qur'an Mampu Mengkhadlirkan Hati Dalam Membaca Kalamullah,Dan Seseorang Mampu Meninggalkan Bisikan Bisikan Selain Ma'na Ayat Ayat Al Qur'an,Dalam Ikhya' Al Ghazali Memaparkan Tentang Taddabur/ Perenungan Ma'na Ayath Al Qur'an,Beliau Menempatkan Kedudukan Taddabur"Yaitu Berada Pada Tingkatan Setelah Tingkatan Mengkhadlirkan Hati"
      Al Ghazali Mengungkapkan"Sesungguhnya Seseorang Terkadang (Ketika Membaca Al Qur'an)Itu Tidak Menggunakan Pemikirannya Pada Selain Baca'an Al Qur'an Tsb ".Kemudian Al Ghazali Kembali Menyinggung Dengan Mengungkapkan" Akan Tetapi Ia Meringkas Hanya Pada Mendengarkan Ayat Ayat Al Qur'an Dari Dirinya Sendiri Saja Sementara Dia Tidak Mengkondisikan Pada Taddabur/Renungannya.
      Pada Dasarnya Maksud Dari Pada Membaca (Qiro'ath),Adalah Untuk Perenungan,Oleh Karena Itu Baca'an Al Qur'an Dengan Metode Tartiel Adalah Yang Paling Tepat Dan Di Sunnah kan,Karena Metode Baca'an Tartiel (Pada Baca'an Al Qur'an)Itu Berarti Baca'an Tartiel Pada Baca'an Dzohir Ayath Al Qur'an,Untuk Kemudian Dengan Baca'an Tartiel Tsb Bisa Memungkinkan Untuk Perenungan Pada Ma'na Bathin/Ma'na Substansi Ayat Al Qur'an.
 قال علي رضي الله عنه لا خير في عبادة لا فقه فيها ولا في قراءة لا تدبر فيها
      Sahabat Alie RA,KW Mengatakan Bahwa:
Tidak Ada Kebaikan Yang Sempurna Itu Akan Terwujud Pada Ibadah Yang Tidak Ada FiQh(Pemahaman) Di Dalamnya,Dan Tidak ada Kebaikan Yang Sempurna Itu Akan Terwujud Pada Sebuah Baca'an Al Qur'an Yang Di Dalamnya Tidak Ada Taddabur (Renungan Ma'na).
       Ketika Seseorang Dengan Baca'annya Itu Tidak Memungkinkan Untuk Taddabur,Kecuali Dengan Mengulang Ulang Baca'annya,Maka Hendaklah Ia Mengulang Ulang Baca'annya,Bolehnya Untuk Tidak Mengulang Ulang Baca'an Dalam Rangka Taddabur Itu Kecuali Apabila Seorang Pembaca Al Qur'an Berada Di Belakang Imam Shalat,Al Ghazali Dan Falsafahnya Dalam Ikhya' Mengemukakan Bahwa"Sesungguhnya Bila Pembaca Al Qur'an Yang Mengupayakan Taddabur,Kalau Saja Ia Masih Menyisakan Taddabur pada Sebuah Ayat Sedangkan Imam Telah Sibuk Dengan Baca'an Ayat Yang Lain Maka Ia Adalah Orang Yang Berbuat Kejelekan,Contohnya Adalah Seseorang Yang Hanya Sibuk Dengan Ta'ajub (Merenungi Ungkapan Heran) Dari Sebuah Kalimat,Yang Di Ungkapkan Oleh Orang Lain Padanya,Tanpa Memahami Sisi Lain Maupun Selebihnya Dari Pembicara'an Orang Lain Tsb,Seperti Yang Demikian Bila Seseorang Dalam Keada'an Membaca Tasbih Ruku' Sedangkan Dia Malah Bertafakur Pada Ayat Yang Di Baca Oleh Imamnya,Maka Keadaan yang seperti Ini Merupakan Was Was Belaka,Bukan Merenungi/Taddabur Terhadap Ayat ayat Al Qur'an.
      Al Ghazali Dalam Ikhya' Menyinggung Tentang Keberadaan Was Was Yang Menjadi Problematika Para Pembaca Al Qur'an Yang Mengupayakan  Pada Baca'annya Untuk Bertafakur Kemudian Beliau Berkata"Sesungguhnya Di Riwayatkan Dari Amir Bin Abdi Qoysin Bahwasanya Ia Berkata:Bermula Tentang Keberadaan Was Was Yang Menghambat Dan menghalangiku Taddabur Baca'an Al Qur'an Di Dalam Sholat,Kemudian Di katakan Pada Beliau Tentang Was Was itu,Apakah Was Was Itu Merupakan Refleksi Urusan Tentang Dunia?Kemudian Beliau (Amir Bin Abdi Qoiysin) Pun Menjawab ''Sungguhpun Akan Berselisih Tentang Perbeda'an Bahasa,Itu Lebih Aku Cintai Dari Pada Hal Yang Demikian(Urusan Duniawi)",Amir Bin Abdi Qoiysin Pun Menyanggah Dengan Mengatakan "Akan Tetapi Yang Menghalangiku Untuk Taddabur Adalah Hatiku Sendiri Yang Seolah Sibuk Dengan Urusan WuQuf (Kedudukan) Ku Di Hadapan Tuhanku Azza Wa Jalla,Sesungguhnya Bagaimanakah Keadaanku? Untuk Berpaling Dari Hal Demikian.
       Al Ghazali Dalam Ikhya' Meneruskan Keterangannya Dengan Mengatakan" Amir Bin Abdi Qoiysin Menganggap Dan Menghitung Hal Yang Demikian Sebagai Was Was" Seperti Apa Yang Di Kemukakan Oleh Amir Bin Abdi Qoiysin Itulah Yang Di maksud Dengan Was Was,Sesungguhnya (Al Ghazali Berkata) Was Was itu Akan Menyibukan Seseorang Lebih Jauh Dari Memahami Tentang apa Yang Ia berada Di Dalamnya,Sebenarnya Syaithon Itu Tidak Kuasa Untuk Menciptakan Was Was Yang Menyerupainya,Melainkan Dengan cara Menyibukan Seseorang Dengan Urusan Urusan Yang Berkaitan Dengan Keagama'an,Akan Tetapi Dengan Was Was Itu Setidaknya Syaithon Mampu Mencegah/Mengecoh Seseorang (Dengan Was Was Itu) Dari Urusan Urusan Yang Lebih Afdol,Kemudian Ketika Hal Yang Demikian (Pengalamannya Amir Bin Abdi Qoiysin )Di Utarakan Pada Al Khasan,Alkhasan Berpendapat "Bila Kalian Membenarkan Tentang Amir Bin Abdi Qoiysin,Maka Apakah Allah Sengaja Merekayasa Yang Demikian Menurut Kita?
       Dan Di Riwayatkan Bahwa"Sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam Membaca Bismillahirokhmanirokhiem Kemudian Beliau Mengulang Ulanginya Dua Puluh Kali" Riwayath Kutipan Khadits Oleh:Abu Dzar Al Harowiy Dalam Kitab Mu'ajamnya,Dari Khaditsnya Abu Ghurairoth Dengan Kedudukan Sanad Yang Dlo'if/Lemah.
      Sesungguhnya Beliau Mengulang Ngulanginya Hanya Untuk Merenungi Tentang Ma'na Ma'na Yang terkandung Dalam Ayath Bismillahirokhmanirokhiem.Dan Dari Abu Dzar Al Harowiy Beliau Berkata"Suatu Malam Rosulullah SAW Berdiri Menjalankan Sholat Bersama Kita Dengan Membawakan Ayat Yang Beliau Mengulang Ulangi Membacanya Yaitu Ayat:
اِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَاِ نَّهُمْ عِبَادُكَ ۚ وَاِ نْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِ نَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
"(Jika Engkau menyiksa mereka) artinya orang-orang yang melakukan kekafiran di antara mereka (maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau) Engkau adalah Yang Menguasai mereka; Engkaulah yang berhak memperlakukan mereka menurut apa yang Engkau kehendaki, tak ada yang bisa menghalang-halangi Engkau (dan jika Engkau mengampuni mereka) artinya mengampuni orang-orang yang beriman di antara mereka (maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa) Yang Maha Menang perkara-Nya (lagi Maha Bijaksana') dalam perbuatan-Nya."
(Jalalain,Al-Ma'idah Surath Ke 5,Ayat 118),Takhrij/Kutipan Khadits Oleh:Annasa'i Dan Ibnu Majah Dengan Sanad Yang Sokhikh.
      Atsar/Keterangan Riwayath Para Sahabat Nabi Dalam Mengamalkan Renungan Al Qur'an
    A.Sahabat Tamiem Addariyi
Beliau Mengamalkan Renungan Ayat Al Qur'an Dalam Mendirikan Sholat Pada Suatu Malam Dengan Ayat Di Bawah Ini.
اَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ اجْتَـرَحُوا السَّيِّاٰتِ اَنْ نَّجْعَلَهُمْ كَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ ۙ سَوَآءً مَّحْيَاهُمْ وَمَمَا تُهُمْ ۗ سَآءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
"(Apakah) lafal Am di sini maknanya sama dengan Hamzah yang menunjukkan makna ingkar (berprasangka orang-orang yang mengerjakan) orang-orang yang melakukan (kejahatan) kekafiran dan kemaksiatan (bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama) lafal Sawaa-an ini menjadi Khabar (antara kehidupan dan kematian mereka?) menjadi Mubtada dan Ma'thuf, sedangkan Jumlah kalimat ini menjadi Badal dari huruf Kaf yang ada pada lafal Kalladziina, dan kedua Dhamirnya kembali kepada orang-orang kafir. Makna ayat, apakah mereka berprasangka bahwasanya Kami menjadikan mereka di akhirat sama dengan orang-orang mukmin, yaitu mereka hidup dalam kesejahteraan yang sama dengan kehidupan mereka sewaktu di dunia. Karena mereka telah mengatakan kepada orang-orang mukmin: Sungguh jika kami dibangkitkan hidup kembali, niscaya kami akan diberi kebaikan seperti apa yang diberikan kepada kalian. Lalu Allah berfirman menyangkal dugaan mereka sesuai dengan pengertian ingkar yang terkandung di dalam permulaan ayat. (Amat buruklah apa yang mereka sangka itu) maksudnya, perkara yang sebenarnya tidaklah demikian, karena sesungguhnya mereka di akhirat berada di dalam azab, berbeda dengan keadaan kehidupan mereka sewaktu di dunia. Sedangkan orang-orang mukmin di akhirat, mereka mendapatkan pahala yang berlimpah disebabkan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia, yaitu berupa amal sholat, amal zakat, amal puasa dan amal-amal lainnya. Huruf Maa pada ayat ini adalah Mashdariyah, yakni, seburuk-buruknya keputusan adalah keputusan mereka itu (Jalalain,Al Jasiyath,Surath Ke 45,Ayath 21)
      B.Said Bin Jabir
Said Bin Jabir Mengamalkan Renungan Ayath Al Qur'an Dalam Sholat Dan Mengulang Ulangi Membacanya Pada Ayat Di Bawah Ini.
وَا مْتَازُوا الْيَوْمَ اَيُّهَا الْمُجْرِمُوْنَ
"(Dan) Dia berfirman pula, (Berpisahlah kalian dan orang-orang mukmin pada hari ini hai orang-orang yang berbuat jahat) mereka diperintahkan supaya berpisah di kala mereka bercampur dengan orang-orang mukmin."
(Jalalain,Ya-Sin Surath Ke 36,Ayat 59)
      C.Sebagian Para Sahabat Ada Yang Mengatakan Bahwa" Sesungguhnya Saya Memulai Membaca Sebuah Surath Lalu Kemudian Ada Sebagian Ayath Al Qur'an Yang Membuat Saya Wukuf/Terhenti,Yang Saya Menyaksikan Di Dalamnya Jauh Dari Kata Lega/Tenang Darinya(Dalam Perenungan),Sampai Tibalah Fajar Terlihat/Menyingsing.
      D.Adalah Sebagian Para Sahabat Yang Menyatakan" Ayat (Al Qur'an) Yang Saya Tidak Memahaminya Dan Keberada'an hati Saya Tidak Ada Di Dalamnya,Saya Tidak Menganggap Serta Menghitungnya Sebagai Pahala.
     Di Hikayathkan Dari Abu Sulaiman Addaroni,Bahwa Sesungguhnya Beliau Berkata"Sesungguhnya Saya Membaca Sebuah Ayath,Lalu Kemudian Saya Menegakan Sholat ( Dalam Rangka Merenungi Ayath Tersebut) Di Dalamnya,Selama Empat Malam Atau Lima Malam,Sungguh.....Kalau Saja Saya Tidak (Terlintas) Menempuh Dan Menemukan Pemikiran Di Dalamnya,Yang Berarti  Itu Terwujud (Berhasil),Niscaya Saya Tidak Bisa Melewatinya Untuk Kemudian Berpindah Pada Ayat Yang lain.
     Dan Di Hikayathkan Dari Sebagian Salafusholikhien Bahwasanya" Ia Masih Menyisakan Pendalaman Dan Perenungannya Pada Surath Hud Saja Selama Enam Bulan,Yang Mana Ia Masih Tetap Mengulang Ulanginya,Dan merasa Tidak Nglegowo Pada Surath Hud tsb,Dari Yang Namanya Taddabur (Merenungi Ma'na Yang Mendalam)
        Sebagian Ulama Ahli Ma'rifat Berkata,Bagiku Pada Setiap Jum'at Khatam Membaca Al Qur'an Satu Kali,Setiap Satu Bulan Satu Kali,Setiap Satu Tahun Khatam Satu Kali,Dan Yang Terpenting Bagiku Sejak Tiga Puluh Tahun Terakhir (Tiga Dekade)Bagiku Hanya Khatam Satu Kali,Yang Setelahnya Saya Tidak Merasakan Nglegowo Dari Khataman2 Itu,Al Ghazali Berkata"Yang Demikian Itu Sesuai Dengan Derajat Taddabur Dan Penelitiannya",Adalah Sebagian Ulama Ahli Ma'rifat Inilah Yang Juga Mengatakan,Saya Menempatkan Jiwaku Pada MaQom/Kedudukan Para Penerima Upah,Maka Sesungguhnya Saya Beramal Hari Demi Hari,Minggu Demi Minggu,Bulan Demi Bulan,Tahun Demi Tahun.

          5.Yang Kelima Dari Etika (Adab Adab)Membaca Al Qur'an Dengan Jalan Menggali Ma'na Yang Khakiki Yaitu: Menggali Pemahaman.


      Menggali Pemahaman Dalam Membaca Al Qur'an (Yaitu Mencari Penjelasan Dari Setiap Ayath Tentang Apa Yang Semestinya Serasi,Laik Dan Patut Dengan Ayath Tsb).
     Mengapa Demikian?
Karena Al Qur'an Itu Mencakup Atas:
   1.Dzikru (Penyebutan Dan Mengingat) Sifatillah (Sifat Sifatnya Allah) Dan Af'alih (Af'alnya Allah).
    2.Penyebutan Tentang Keadaan Dan Kondisi Para Nabi Alaihimusalam.
    3.Penyebutan Tentang Keadaan Kaum Kaum Yang Mendustakan Para Nabi ,Dan Sesungguhnya Bagaimanakah Mereka Mendapat Siksa.
    4.Penyebutan Tentang Perintah Perintah Allah Dan Larangan Larangannya,Serta Penyebutan Tentang Sorga Dan Neraka.
    __Ayat Ayat Yang Menjelaskan Sifat Sifatnya Allah Contohnya Seperti FirmanNya:
فَا طِرُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَرْضِ ۗ جَعَلَ لَـكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّ مِنَ الْاَنْعَا مِ اَزْوَاجًا ۚ يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِ ۗ لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
"(Pencipta langit dan bumi) Dialah Yang mengadakan langit dan bumi (Dia menjadikan bagi kalian dari jenis kalian sendiri pasangan-pasangan) sewaktu Dia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam (dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan) ada jenis jantan dan ada jenis betina (dijadikan-Nya kalian berkembang biak) maksudnya, mengembangbiakkan kalian (dengan jalan itu) yaitu melalui proses perjodohan. Dengan kata lain, Dia memperbanyak kalian melalui anak beranak. Dhamir yang ada kembali kepada manusia dan binatang ternak dengan ungkapan yang lebih memprioritaskan manusia. (Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia) huruf Kaf adalah Zaidah, karena sesungguhnya Allah swt. tiada sesuatu pun yang semisal dengan-Nya (dan Dialah Yang Maha Mendengar) semua apa yang dikatakan (lagi Maha Melihat) semua apa yang dikerjakan."
(Jalalain,Asy-Syura,Surath Ke 42,Ayat 11)
       Firman Allah Azza Wa Jalla:
هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَـبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
"(Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci) dari semua apa yang tidak layak bagi keagungan dan kebesaran-Nya (Yang Maha Selamat) artinya Yang Bebas dari segala sifat-sifat kekurangan (Yang Maha Mengamankan) para rasul-rasul-Nya dengan menciptakan mukjizat bagi mereka (Yang Maha Memelihara) berasal dari lafal haimana-yuhaiminu, dikatakan demikian apabila seseorang selalu mengawasi sesuatu. Makna yang dimaksud ialah, Dia Maha Menyaksikan amal perbuatan hamba-hamba-Nya (Yang Maha Perkasa) yakni Yang Maha Kuat (Yang Maha Kuasa) untuk memaksa makhluk-Nya supaya menuruti apa yang dikehendaki-Nya (Yang Maha Agung) dari semua sifat yang tidak layak bagi keagungan-Nya. (Maha Suci Allah) Dia memahasucikan Zat-Nya sendiri melalui ayat ini (dari apa yang mereka persekutukan) dengan-Nya."
(Jalalain,Al-Hasyr Surath Ke 59,Ayat 23)
       Pada Dua Contoh Ayat Ayat Yang Menjelaskan Sifat2nya Allah Diatas,Hendaklah Seorang Pembaca Melihat Dengan Penuh Perhatian Serta Ketelitian Tentang Asma' Asma' Allah Dan Sifat SifatNYa,Agar Supaya Bisa Tersingkap Baginya Rahasia Rahasia Asma'2 Dan Sifat Sifat Allah Tsb,Mengapa?
      Diatas Hamparan Asma'2 Allah Lah Terdapat Ma'na Ma'na Yang Masih Terpendam,Yang Tidak Akan Bisa Inkisyaf/Tersingkap,Kecuali Bagi Orang Orang Yang Mendapatkan TaufiQ Dari Allah SWt.
     Pada Keterangan Diatas Sahabat Alie Karromallahu Wajah Mengisyaratkan Dengan Pernyata'annya Dalam Sebuah Hadits:
ما أسر إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم شيئا كتمه عن الناس إلا أن يؤتى الله عز وجل عبدا فهما في كتابه فليكن حريصا على طلب ذلك الفهم 
    Rosulullah Shollallahu Alaihi Wasalam Tidak Merahasiakan Sesuatu  Apapun Padaku,Yang Beliau Sembunyikan Dari Manusia,Hanya (Sabda Nabi Yang Berupa): Allah Azza Wa Jalla Akan Menganugerahkan Pada Seorang Hamba Pemahaman Tentang KitabNYa,Maka Hendaklah Seorang Hamba Mempunyai Hasrat Untuk Mencari Pemahaman Itu.(Takhrij Oleh:Annasa'i Dari Riwayath Abu Jukhaifath),Abu Jukhaifath Berkata:Kami Bertanya Pada Ali,Maka Kami Berkata"Adakah Di Sisi Kalian Ada Sesuatu Selain Al Qur'an?" sahabat Ali Menjawab"Tidak" Demi Dzat Yang Telah Membelah Bebijian Dan Membebaskan Hembusan Nafas (Anak Manusia )Hanya (Sabda Nabi Yang Berupa)"Allah Akan Memberikan Pemahaman Pada Seorang Hamba Tentang KitabNYa" (Lanjutkan Khadits Yang Utuh),Khadits Diatas Menurut Al Bukhori Menggunakan Lafadz"Adakah Di Sisi Kalian Sesuatu Yang Tidak Ada Dalam Al Qur'an Dari Rosulullah?" Dalam Sebuah Riwayath "Berkata Abu Jukhaifath Sesekali 'Sesuatu Yang Tidak Ada Bagi Manusia' ", Masih Soal Khadits Menurut Abu Daud Dan Annasa'i "Maka Kami Berkata"Adakah Rosulullah Memberikan Komitment Padamu (Sahabat Ali)Sesuatu Yang Beliau Belum Pernah Memberikan Komitment Itu Pada Manusia?" Sahabat Ali Menjawab 'Tidak' Hanya Sesuatu Yang Ada Dalam Catatanku, (Teruskanlah Khadits Yang Utuh,Ali Tidak Menyebutkan "Pemahaman Tentang Al Qur'an)   
وقال ابن مسعود رضي الله عنه من أراد علم الأولين والآخرين فليثور القرآن
     Ibnu Mas'ud RA Berkata" Barang Siapa Yang Menginginkan Pengetahuan Tentang Orang Orang Yang Terdahulu Dan Orang Orang Muta'akhir,Maka Hendaklah Menggali Pengetahuan Yang Ada Dalam Al Qur'an.
    Dalam Hal Ini Al Ghazali Mengatakan Bahwa,Agungnya Ilmu Ilmu Al Qur'an Itu Berada Di Bawah Hamparan Asma Asma Allah Dan Sifat SifatNYa,Mengapa? masih Menurut Imam Al Ghazali,Karena Lebih Banyaknya Makhluk Itu Tidak Dapat Menjangkau Dan Mencapai Dari Asma' Asma' Allah Dan Sifatnya, Hanya Sebatas Beberapa Urusan Urusan Yang Patut,Dengan Pemahaman Mereka,Mereka Tidak Menggali Pengetahuan,Pada Kedalaman Ma'na Ma'na Dari Sifat SifatNYa Allah Dan Asma' Asma'nya.
       __Ayat Ayat Yang Menjelaskan Tentang Af'al Af'alnya Allah.
     Untuk Ayat Ayat Al Qur'an Yang Menjelaskan Af'al Af'alnya Allah Maka Contohnya Seperti Firman Allah:
اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَ الْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ ۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًا ۙ وَّالشَّمْسَ وَا لْقَمَرَ وَا لنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍ بِۢاَمْرِهٖ ۗ اَ لَا لَـهُ الْخَـلْقُ وَا لْاَمْرُ ۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ
"(Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa) menurut ukuran hari dunia atau yang sepadan dengannya, sebab pada zaman itu masih belum ada matahari. Akan tetapi jika Allah menghendakinya niscaya Ia dapat menciptakannya dalam sekejap mata, adapun penyebutan hal ini dimaksud guna mengajari makhluk-Nya agar tekun dan sabar dalam mengerjakan sesuatu (lalu Dia bersemayam di atas Arsy) Arsy menurut istilah bahasa artinya singgasana raja, yang dimaksud dengan bersemayam ialah yang sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya (Dia menutupkan malam kepada siang) bisa dibaca takhfif yakni yughsyii dan dibaca tasydid, yakni yughasysyii, artinya: keduanya itu saling menutupi yang lain silih-berganti (yang mengikutinya) masing-masing di antara keduanya itu mengikuti yang lainnya (dengan cepat) secara cepat (dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang) dengan dibaca nashab diathafkan kepada as-samaawaat, dan dibaca rafa` sebagai mubtada sedangkan khabarnya ialah (masing-masing tunduk) patuh (kepada perintah-Nya) kepada kekuasaan-Nya (ingatlah, menciptakan itu hanya hak Allah) semuanya (dan memerintah) kesemuanya adalah hak-Nya pula (Maha Suci) Maha Besar (Allah, Tuhan) Pemelihara (semesta alam)."
(Jalalain, Al-A'raf Ayat 54),Dan Selain Ayath Diatas,Maka Hendaknya Seorang Pembaca Al Qur'an Memahami Dari Ayath Tersebut,Tentang Sifat SifatNYa Allah Azza Wa Jalla,Dan KeagunganNYa,Mengapa Demikian?
      Karena Suatu Objek (Pekerja'an) Itu Mendalilkan Atas Adanya Subjek (Yang Mengerjakan),Maka Keagungan Objek Itu Menunjukan Dan Mendalilkan Atas Agungnya Subjek (Yang Mengerjakan),Oleh Karena Itu Seyogyanya Pembaca Al Qur'an Memahami Dan Menyaksikan Di Dalam Akal Tentang Subjek (Yang Mengerjakan) Saja,Tanpa Harus Memikirkan Tentang Objeknya (Yang Di Kerjakan),Maka Barang Siapa Yang Telah Mengetahui Kebenaran (Al KhaQ) Maka Ia Akan Melihat Kebenaran Itu Berada Di Segala Sesuatu,Karena Segala Sesuatu Itu Merupakan Bagian Dari Kebenaran Itu,Kepadanya Bersamanya Dan Karenanya,Maka Kesimpulannya Adalah,Sesuatu Itu Secara Substansi Adalah Keseluruhan (Dari Al khak Tsb),Al Ghazali Berkata:Barang Siapa Yang Tidak Melihat Kebenaran Itu Berada Pada Segala Sesuatu Yang Ia Lihat,Maka Seakan Akan Sebenarnya Ia Tidak Mengetahuinya,Barang Siapa Yang Mengetahui Al Khak,Maka Sebenarnya Ia Telah Tahu,Bahwa Segala Sesuatu Yang Selain Allah Adalah Bathil,Dan Sebenarnya Ia Telah Tahu Bahwa Segala Sesuatu Itu Binasa,Selain Dzatnya Allah,Dan Yang Di Maksud Oleh Imam Al Ghazali Bukan Mengetahui "Kalau Sesungguhnya Sesuatu Itu Akan Bathil Pada Posisi Berikutnya",Imam Al Ghazali pun Kembali Menekankan "Bahkan Sesuatu Itu Sekarangpun Sudah Bathil",Bila Di Ungkapkan Tentang Keadaan Dzatnya Sesuatu Tsb,Dari Arah Keberadaanya,Lain Halnya Bila Sesuatu Itu Di Ta'birkan/Di Ungkapkan Wujudnya Dari Arah Sesungguhnya (Keberadaan Sesuatu Itu),Adalah Terwujud,Karena Lantaran Wujudnya Allah Dan Lantaran Qudrothnya Allah,Maka Keberadaan Sesuatu Tsb Menjadi Tetap (Ada) Dengan Cara Mengikuti/Ikut pada Wujud Dan Kekuasa'an Allah,Akan Tetapi Sesuatu Tsb Menjadi Batal Murni Bila Di Ungkapkan Dengan Jalan Istiqlal(Kemandiriannya Sesuatu Tsb),Ini Adalah Tonggak Sebuah Permula'an Dari Permula'an Permula'an Ilmu Mukasyafath,Oleh Karena Ilmu Mukasyafath Ini,Seyogyanya Bagi Seorang Pembaca Al Qur'an Ketika Membaca Firman Allah Azza Wa Jalla Yang Berupa:
      1.اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَ
"(Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kalian tanam?) yaitu tentang tanah yang kalian bajak lalu kalian semaikan benih-benih di atasnya."
(Jalalain,Al-Waqi'ah Surath Ke 56 Ayath 63)
         ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗۤ اَمْ نَحْنُ الزّٰرِعُوْنَ
"(Kaliankah yang menumbuhkannya) suatu pertanyaan, apakah kalian yang telah menumbuhkannya (ataukah Kami yang menumbuhkannya?)"
(Jalalain,Al-Waqi'ah Surath Ke 56, Ayat 64)
       2.اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَ
"(Maka terangkanlah kepada-Ku nuthfah yang kalian tumpahkan) yakni air mani yang kalian tumpahkan ke dalam rahim wanita."
(Jalalain,Al-Waqi'ah Surath Ke 56,Ayat 58)
          ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗۤ اَمْ نَحْنُ الْخٰلِقُوْنَ
"(Kamukah) dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil (yang menciptakannya) yakni air mani itu kemudian menjadi manusia (atau Kami kah yang menciptakannya?)"
(Jalalain,Al-Waqi'ah Surath Ke 56,Ayat 59)
       3.اَفَرَءَيْتُمُ الْمَآءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ
"(Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kalian minum.)"
(Jalalain,Al-Waqi'ah 56: Ayat 68)
          ءَاَنْـتُمْ اَنْزَلْـتُمُوْهُ مِنَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ
"(Kaliankah yang menurunkannya dari awan) lafal Muzni adalah bentuk jamak dari lafal Muznatun, artinya awan yang membawa air hujan (ataukah Kami yang menurunkannya)."
(Jalalain,Al-Waqi'ah Surath Ke 56,Ayat 69)
       4.اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَ
"(Maka terangkanlah kepada-Ku tentang api yang kalian nyalakan) yang kalian keluarkan dari gosokan-gosokan kayu yang hijau."
(Jalalain,Al-Waqi'ah Surath Ke 56,Ayat 71)
          ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَاۤ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِئُـوْنَ
"(Kaliankah yang menjadikan kayu itu) yang dimaksud adalah pohon Marakh dan pohon 'Affar yang kayunya dapat dijadikan sebagai pemantik api (atau Kamikah yang menjadikannya?)."
(Jalalain,Al-Waqi'ah Surath 56,Ayat 72)
       Maka Janganlah Ia (Pembaca Al Qur'an) Meringkas Pandangannya/Pemikiran Dan Pemahamannya Murni Hanya pada Memahami Tentang Air,Api,Ladang,Dan Air Mani,Akan Tetapi Ia Merenungkan Tentang Air Mani Itu Adalah Sebuah Nuthfath (Setetes Air Suci) Yang Mutasabihath (Menyerupai) Bagian Bagian Anggota Tertentu,Kemudian Ia Memikirkan Pandanganya Tentang Bagaimanakah Terbaginya Nuthfath Itu?,pada Daging,Tulang,Pembuluh Darah,Dan Saraf,Kemudian Ia Memikirkan Tentang Bagaimanakah Pembentukan Air Nuthfath Itu? Ke Dalam Sebuah Bentuk Yang Berbeda Beda,Dari Mulai Kepala,Kedua Tangan,Kedua Kaki,Hati/Liver,Intisari Hati Dan Lain Lainnya,Kemudian Ia (Pembaca Al Qur'an) Memikirkan Tentang Sesuatu Dari Nuthfath Itu,Sesuatu Yang Dzohir/Terlihat,Dari Beberapa Sifat Yang Yang Syarif/Mulia,Mulai Dari Bisa Mendengar,Melihat,Berakal,Dan Lain Lainnya,Kemudian Ia Memikirkan Tentang Sesuatu Dari Nuthfath Itu,Sesuatu Yang Terlihat,Dari Sifat Sifat Yang Tercela,Mulai Dari Sifat Marah,Berhasrat/Sahwat,Sombong,Bodoh,Mendustakan Dan Saling Membantah.
       Seperti Firman Allah:
اَوَلَمْ يَرَ الْاِنْسَا نُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ نُّطْفَةٍ فَاِذَا هُوَ خَصِيْمٌ مُّبِيْنٌ
"(Apakah manusia tidak memperhatikan) apakah ia tidak mengetahui, orang yang dimaksud adalah Ashi bin Wail (bahwa Kami menciptakannya dari setitik air) yakni air mani, hingga Kami jadikan ia besar dan kuat (maka tiba-tiba ia menjadi penentang) yakni sangat memusuhi Kami (yang nyata) jelas menentangnya, tidak mau percaya kepada adanya hari berbangkit."
(Jalalain,Ya-Sin Surath Ke 36,Ayat 77)
      Hendaklah Seseorang Merenungi Tentang Keajaiban Keajaiban Ini(Proses Terciptanya Manusia Dari Nuthfath),Supaya Dari Renungan Ini,Ia Akan Naik Dalam Proses Spiritual Menjadi Bisa Melihat Ajaib Ajaibnya Keajaiban,Yaitu Sifat Yang Dengan Sifat Itu Keajaiban Keajaiban Bisa Keluar,Maka Tidak Henti Hentinya Ia Merenungi Tentang Sebuah Penciptaan,Untuk Kemudian Ia Bisa Melihat Sang Penciptanya.
         ___Ayath Ayath Al Qur'an Yang Menjelaskan Tentang,Keadaan Para Nabi.
    Adapun Ayat Ayat Al Qur'an Yang Menjelaskan Tentang Keadaan Para Nabi,Ketika Seseorang Mendengar Dari Keadaan  Itu,Tentang Bagaimanakah Mereka Dianggap Dusta,Tentang Bagaimanakah Mereka Mendapatkan Perlawanan Dari Kaumnya,Tentang Mengapa Sebagian Mereka Di Bunuh Oleh Kaumnya,Maka Hendaklah Seseorang Memahami Dari Itu,Tentang Sifat Tidak Butuhnya Allah Azza Wa Jalla,Dari Para Rosul Maupun Kaum Yang Para Rosul Itu Di Utus Pada Mereka,Dan Sesungguhnya Kalau Saja Allah Membinasakan Kesemua'an Kaum Tsb,Maka Tidak Akan Mempengaruhi Apapun Pada Kerajaan Allah,Dan Ketika Pembaca Al Qur'an Mendengar Tentang Tertolongnya Mereka (Para Nabi) Di Akhir Urusan,Maka Hendaklah Ia Memahami Tentang Kodratnya Allah Azza Wa Jalla,Dan Irodath NYa Untuk Menolong Kebenaran.
     ___Ayat Ayat Al Qur'an Yang Menerangkan Keada'an Kaum Kaum Yang Mendustakan Para Nabi.
      Adapun Ayat Ayat Yang Menerangkan Keada'an Kaum Yang Mendustakan Para Nabi,Seperti Kaum Aad Dan Kaum Tsamud,Dan Apa Yang Telah Menimpa Atas Mereka,Maka Hendaklah Keberadaan Pemahaman Seseorang Dari Kisah Mereka Adalah Berusaha Mencari Perasa'an Takut Akan Murka Dan Siksanya Allah,Hendaklah Ia Mengambil Bagiannya Dengan I'tibar Pada Dirinya Sendiri,Dan Sesungguhnya Bila Ia Lalai,Menganggap Jelek Suatu Adzab,Terbuai Dengan Waktu Dimana Ia Mendapatkan Penangguhan Dari Allah Di Dunia,Maka Terkadang Ia Akan Menemukan Siksa Itu,Dan Padanya Akan Terealisasi Sebuah Putusan Allah,Seperti Halnya Demikian(Ayath Ayath Yang Menjelaskan Keada'an Kaum Yang Mendustakan Para Nabi),Ketika Seseorang Mendengar Dan Membaca Ayat Ayat yang Menerangkan Sifat Sifat Surga Dan Neraka,Serta Keterangan Keterangan Lain Yang Berkaitan Dengan perintah Perintah Allah Dan Larangan Larangannya Yang Ada Dalam Al Qur'an (Hendaklah Seseorang Mengambil Bagiannya Dengan I'tibar Pada Dirinya Sendiri) Dan Seterusnya Dan Seterusnya.
      Dalam Hal Ini Imam Al Ghazali,Memberikan Keterangan Bahwa"Tidaklah Mungkin Mengadakan Penelitian Yang Paling Mendalam lagi,Tentang Keterangan Yang Ada Dalam Al Qur'an,Karena Yang Demikian Tidaklah Berujung",Imam Al Ghazali pun Kembali Menyinggung Tentang Kemampuan Seorang Hamba Dengan Mengatakan"Dan Sesungguhnya Setiap Hamba Hanyalah Mendapatkan Ketentuan Rizqi nya,Tidaklah Sesuatu Yang Kering Maupun Yang Basah,Melainkan Sudah Di Tentukan Dalam Catatan (Kitab) Yang Nyata (Pada Laukhul Makhfudz) Kemudian Beliau (Al Ghazali) Mengutip Ayath Al Qur'an:
قُلْ لَّوْ كَا نَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّـكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَـنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَـنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا
"(Katakanlah, Kalau sekiranya lautan) airnya (menjadi tinta) yaitu sarana untuk menulis (untuk menulis kalimat-kalimat Rabbku) yang menunjukkan kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan dan keajaiban-keajaiban ciptaan-Nya, seumpamanya hal itu ditulis (sungguh habislah lautan itu) untuk menulisnya (sebelum habis) dapat dibaca Tanfadza atau Yanfadza, yakni sebelum habis ditulis (kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan sebanyak itu) lautan yang sama (sebagai tambahan tintanya.) niscaya tambahan ini pun akan habis pula, sedangkan kalimat-kalimat Rabbku masih belum habis ditulis. Lafal Madadan dinashabkan karena menjadi Tamyiz."
(Jalalain,Al-Kahf Surath Ke 18,Ayat 109)
        Oleh Karenanya Sahabat Alie Berkata:
 لو شئت لأوقرت سبعين بعيرا من تفسير فاتحة الكتاب 
   Bila Saya Menginginkan,Maka Saya Akan Membawakan Dengan (Cara) Menggiring,Tujuh Puluh Onta,Hanya Untuk Satu Surat Al Fatikhath.
     Jika Di Terjemahkan Ke Dalam Bahasa Pemahaman,Ungkapan Sahabath Ali Ini,Mengandung Ma'na Seakan Beliau Ingin Mengatakan"Bila Saya Menginginkan,Maka Saya Akan Menuliskan Dalam Sebuah Buku,Dan Penjilidan,Yang Tidak Akan Mampu Membawanya,Kecuali Tujuh Puluh Onta,Hanya Untuk Menafsirkan Dan Menjelaskan Isi Kandungan Ma'na Surat Al Fatikhath Saja".
     Al Ghazali Berkata"Sebenarnya Arah Tujuan Dari Keterangan Yang Kami Uraikan Adalah Laksana Tanbieh (Pengingat) Dengan Jalan Sebuah Pemahaman,Maksudnya Supaya Pintu Dari Keterangan Yang Kami Paparkan,Dapat Terbuka".
    Adapun Penelitian Yang Lebih Dalam,Maka Sebenarnya,Tidak Ada Tempat Berharap Apapun Di Dalamnya.Barang Siapa Yang Tidak Ada Padanya,Memahami Keterangan Yang Ada Dalam Al Qur'an,Walaupun Pemahaman Yang masih Berada Di Bawah Standar Pemahaman,Maka Ia Termasuk Dalam Kategori,Orang Yang Di Jelaskan Dalam Firman Allah Sebagai Berikut:
وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّسْتَمِعُ اِلَيْكَ ۚ حَتّٰۤى اِذَا خَرَجُوْا مِنْ عِنْدِكَ قَا لُوْا لِلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مَاذَا قَا لَ اٰنِفًا ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَ اتَّبَعُوْۤا اَهْوَآءَهُمْ
"(Dan di antara mereka) orang-orang kafir itu (ada orang yang mendengarkan perkataanmu) sewaktu kamu berkhutbah Jumat, mereka adalah orang-orang munafik (sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang-orang yang telah diberi ilmu pengetahuan) dari kalangan sahabat Nabi saw. antara lain adalah Ibnu Masud dan Ibnu Abbas r.a.; mereka mengatakan kepadanya dengan nada sinis dan mengejek, (Apakah yang dikatakannya tadi?) dapat dibaca Aanifan atau Anifan, maksudnya kami kurang jelas. (Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah) dengan kekafiran (dan mengikuti hawa nafsu mereka) dalam kemunafikan."
(Jalalain,Muhammad Surath Ke 47,Ayat 16)
      Sedangkan Yang Di Maksud,Sesuatu Yang Mengunci Mata Hati Yaitu,Sesuatu Yang Menghalang Halangi Pemahaman,Yang Akan Kami Sebutkan Pada Keterangan Berikutnya,Yaitu Tentang Penghalang Penghalang Pemahaman.
     Sungguh,Telah Di Sebutkan Bahwa"Seorang Murid/Orang Yang Menginginkan Menuju Jalan Ilmu,Itu Tidak Di Katakan Sebagai Murid,Sehingga Ia Bisa Menjumpai Di Dalam Al Qur'an Tentang Semua Yang Ia Inginkan,Dan Ia Mengerti Tentang Arti Sebuah Kekurangan,Dari Adanya Kelebihan,Dan Ia Berani Mengtakan"Merasa Tidak Membutuhkan,Pada Seorang Tuan,Dari Sahaya Yang Jauh".

       6.Upaya Membebaskan/Melepaskan Diri,Dari Hal Hal Yang Menghalangi Pemahaman.


      Sesungguhnya Kebanyakan Manusia Itu,Terhalang (Jauh) Dari Memahami Ma'na Ma'na Al Qur'an,Karena Ada Tirai Dan Beberapa Sebab,Yang Sengaja Di Buat Rintangan Oleh Syaithon Pada Hati Mereka,Oleh Karenanya Maka Keajaiban Keajaiban Rahasia Al Qur'an Di Butakan Pada Hati Mereka.
 قال صلى الله عليه وسلم لولا أن الشياطين يحومون على قلوب بني آدم لنظروا إلى الملكوت
    Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam Bersabda:
Sesungguhnya Kalau Saja Syaithon Itu,Tidak Mengitari Hati Bani Adam( Manusia ),Laksana Mereka (Bani Adam) Bisa melihat Alam Malakut (Ke Agungan Keraja'an Langit),Keterangan Hadits Lebih Dulu Di Terangkan Dalam Bab Rahasia Rahasia Sholat.
    Ma'na Ma'na Al Qur'an Itu Sebagian Dari Jumlah Alam Malakut,Dan Setiap Yang Gho'ib Dari Panca Indera Yang Tidak Dapat Di Jumpai Kecuali Dengan Cahaya Mata Hati Itu Merupakan Bagian Dari Alam Malakut.
    Ada Empat Hal Yang Menghalangi (Menjadi Tirai) Dari Pemahaman Ma'na Al Qur'an Yaitu:
  1.Adanya Sebuah Kesan,Yang Memalingkan Pemastian Huruf Huruf,Dengan Mengeluarkannya Jauh Dari Tempat Tempat Keluarnya Huruf,Kesan Ini Merupakan Pengambil Alihan Yang Di Wakilkan Oleh Syaithon,Pada Para Pembaca,Agar Kesan Itu Memalingkan Mereka Jauh Dari Memahami Ma'na Ma'na Kalamullah Azza Wa Jalla.
     Tak Ubah Ubahnya Syaithon Mempengaruhi Para Pembaca Al Qur'an Untuk Mengulang Ulang Huruf Dalam Posisi Keraguan,Memberikan Imajinasi Pada Mereka Bahwa"Sesungguhnya Huruf Itu,Tidak Keluar Dari Tempat Keluarnya Huruf Tsb"
    Maka Yang Seperti Inilah Yang Membuat Pendalaman Seorang Pembaca,Teringkas Hanya Pada Persoalan Makhorijul Huruf,Bagaimanakah Baginya Akan Tersingkap Ma'na Ma'na?
   Aduhai Alangkah Tersenyum Besar Bagi Syaithon,Bagi Orang Yang Taat/Mengikuti Pada Contoh Perangkap Seperti Ini.
   2.Adanya Seorang Pembaca Al Qur'an Merupakan Orang Yang Ikut Terhadap Madzhab Yang Ia Dengar Dengan Jalan Taklid,Dan Ia Membekukan/Tidak Melonggarkan Madzhab Tsb,Dan Menegakan Konsistensi Pada Dirinya Dengan Sifat Fanatisme Terhadap Madzhab Tsb,Dengan Pemurnian Keikut Serta'an Pada Madzhab Yang Ia Dengar,Tanpa Terlebih Dahulu Mendalami Madzhab Tsb,Dengan Mata Hati Dan Kesaksian Yang Nyata.
     Maka Orang Seperti Inilah Yang Sebenarnya Terbelenggu Oleh Keyakinannya Sendiri,Yang Jauh Untuk Bisa Melewati Pemahaman I'tikadnya(:Artinya Dia Terbelenggu,Jauh Tanpa Bisa Melewati Referensi Madzhab Yang Lain,Dan Beku Pada Pijakan Madzhab Taklidnya Sendiri) Oleh Sebab Itu,Maka Tidak Memungkinkan Baginya,Terlintas Dalam Lubuk Hati,Selain Pada Apa Yang Ia Sendiri I'tiQadi,Jadilah Pandangan Pemikirannya Terhenti Hanya Pada Madzhab Yang Ia Dengar Dan Ia Ikuti Saja,Boleh Di Bilang,Istilah Kata "Kalaupun Ada Kilat Yang Bersinar Dari Arah Yang Jauh,Dan Baginya Ma'na Ma'na Yang Bisa Memperjelas Pemahaman Tentang Ayath yang Di Dengarnya Menjadi Nyata,Maka Syaithon Mempengaruhi Dan Memandunya Dengan Panduan Jalan Taklidnya Yang Biasa Ia Lakukan,Dan Syaithon Berkata ''Bagaimana Bisa Hal Ini (Kilat Yang Datang Bersinar Dari Arah Yang Jauh Yang Bisa Memperjelas Ma'na Pemahaman) Terlintas Di Hatimu,Sedangkan Kilat Itu,Berselisih Dengan Apa Yang Nenek Moyangmu Beri'tikad'' ".
     Maka Dengan Demikian Seseorang Bisa Melihat Bahwa Kejelasan Diatas,Merupakan Ghurur/Buaian Dari Syaithon,Kemudian Hendaklah Seseorang Menjauhi Dari Hal Itu,Dan Menjagalah Dari Contoh Semisalnya.
    Oleh Karena Contoh Yang Seperti Ini,Orang Orang Sufi Mengemukakan:"Sesungguhnya Al Ilmu (AQidah/Keyakinan Taklid Buta)Itu Adalah Tirai (Penghalang)"Orang Orang Sufi Menjelaskan Bahwa Yang Di Maksud Ilmu Itu Adalah Sebuah Penghalang Yaitu:AQidah AQidah (Keyakinan) Yang Oleh Kebanyakan Manusia Itu Justru Mengimplementasikannya Dengan Cara Taklid Murni (Buta),Atau Dengan Jalan Menggunakan Kalimat Kalimat Yang Bersifat Dialektika Murni,Yang Di Buat Konsep Oleh Orang Orang Yang Fanatik Terhadap Madzhab Tertentu,Dan Mereka Menghadapkannya,Pada Kebanyakan Manusia tsb.
    Adapun Ilmu Yang Khakiki Yang Menghantarkan Pemiliknya Mencapai Derajat Kasyf (Tersingkapnya Mata Hati) Dan Musyahadath (Terlihatnya Dimensi Alam Ghaib) Dengan Adanya Cahaya Mata Hati,Maka Bagaimanakah Keberada'annya Bisa Di Katakan Tirai? justru Ilmu Yang Khakiki Inilah Laksana Ujung Dari Di Temukannya Tempat Pencarian Yang Sebenarnya.
    Sementara Taklid (Buta) Ini Malah Terkadang Mendatangkan Kebathilan,Yang Keberada'annya Merupakan Sebuah Tirani Yang Kokoh,Seperti Halnya Pembaca Qur'an Yang Beri'tikad Tentang Istiwa Alal Aras (Bersemayam Di Atas Aras)Dengan Meyakini Ma'na Menempati Dan Menetap.
    Bila Dalam Sebuah Contoh Terlintas Dalam Hati Seorang Pembaca Al Qur'an Tentang Ma'na Al Quds Bahwa "Sesungguhnya Allah Itu Di Kuduskan,Dari Segala Sesuatu Yang Jawaz/Boleh Atas Makhluknya,Maka Taklid Tidak Memungkinkan Baginya Tentang"Keada'an Menetap Pada DzatNYa Allah,Bilakah Allah Itu Dalam Posisi Menetap Pada Dzatnya Niscaya Pemahaman Itu Terpotong Pada Tersingkapnya Ma'na Yang Kedua Ketiga Dan Terpotong Pada Kesinambungan Ma'na.Akan Tetapi Seseorang Akan  Bergegas Untuk Menghalau Keada'an Yang Demikian Jauh Dari Sesuatu Yang Membuat Hatinya Terlintas,Karena Kontradiksinya Pemahaman Tsb Pada Taklidnya Dengan Kebathilan.
     Taklid Buta Terkadang Mendatangkan Kebenaran,Akan Tetapi Keada'annya Justru Merupakan Penghalang Dari Pemahaman Dan Tersingkapnya Ma'na Pada Mata Bathin,Karena Al Khak (Kebenaran)Yang Setiap Makhluk (Manusia) Itu Di Kenai Tanggung Jawab Untuk Meyakininya Itu Terdapat Tingkatan Dan Kedudukan,Baginya Juga Memiliki Permula'an Yang Dzohir Dan Kedalaman Yang Bathin,Sedangkan Sifat Jamid (Beku) nya Tabi'at Atas Sesuatu Yang Sifatnya Dzohir Saja, Itu Juga Menghalangi Dari Terealisasi Pada Kedalaman Yang Khakiki,Seperti Keterangan Yang Pernah Kami (Al Ghazali) Kemukakan Tentang Perbeda'an Antara Ilmu Dzohir Dan Ilmu Bathin pada Kitab Qowa'idul AQo'id (Kaidah Kaidah Tentang Akidah)
     3.Keada'an Pembaca Adalah Seorang Yang Terus Menerus Melakukan Perbuatan Dosa,Atau Orang Yang Terindikasi Memiliki Sifat Sombong,Atau Orang Yang Secara Global Di Uji Dengan Coba'an Senantiasa Terhubung Dengan Keinginan Dalam Urusan Duniawi,Yang Mengikuti Hawa Nafsunya.
    Maka Yang Demikian Merupakan Sebab Gelapnya Hati Dan Berkaratnya Hati,Karat Itulah Laksana Debu Diatas Kaca.Keada'an Demikianlah Yang Sebenarnya Menghalangi Bersinar Terangnya Al Khak,Yang Akan Bersinar Dalam Hati.
    Keada'an Yang Demikian Adalah Besar Besarnya Tirai Yang Menutupi Mata Hati,Oleh Sebab Itu Kebanyakan Manusia Tertutup Hatinya,Dari Memahami Ma'na Al Qur'an.
    Semakin Berat Keada'an Syahwat(Keinginan Duniawi) Itu Terhimpun,Maka Semakin Berat Pula Keada'an Ma'na Ma'na Al Qur'an Itu Tertutupi,Semakin Ringan Beban Keinginan Duniawi Dari Hati,Maka Dekatlah Jelasnya Ma'na Kalamullah Dalam Hati.
    Hati Itu Laksana Kaca,Dan Keinginan Kesenangan Duniawi Itu Laksana Debu Yang Menyebabkan Karat Menempel,Sedangkan Ma'na Ma'na Al Qur'an Itu laksana Gambar Yang Terlihat Dalam Sebuah Kaca,Dan Riyadloth/Melatih Pada Hati Dengan Cara Mengendalikan Keinginan Duniawi Itu Laksana Merawat Dalam Rangka Mengkilatkannya Kaca Tsb.
     Oleh Karena Itu Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam Bersabda: 
 إذا عظمت أمتي الدينار والدرهم نزع منها هيبة الإسلام وإذا تركوا الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر حرموا بركة الوحي حديث إذا عظمت أمتي الدينار والدرهم نزع منها هيبة الإسلام وإذا تركوا الأمر بالمعروف حرموا بركة الوحي رواه ابن أبي الدنيا في كتاب الأمر بالمعروف معضلا من حديث الفضل بن عياض قال ذكر عن نبي الله صلى الله عليه وسلم قال الفضيل يعني حرموا فهم القرآن
      Ketika Ummathku Mengagungkan Urusan Dinar Dan Dirham (Uang) Maka Kehebatan Agama Islam Sebenarnya Telah Di Cabut Dari Ummath.Ketika Mereka Meninggalkan Urusan Perintah Menegakan Kebaikan Dan Mencegah Kemungkaran Maka Barokahnya Wahyu Terhalang Bagi Mereka,Hadits Riwayath:Ibnu Abi Dunya Dalam Kitab Al Amru Bil Ma'ruf Dengan Kedudukan Hadits Yang Mu'adlol Dari Haditsnya Al Fadlu Bin Iyadl,Berkata Ibnu Abi Dunya:Khadits Di Sebutkan Dari Nabi SAW,Berkata Fudlail Bin Iyadl Ya'ni Yang Di Maksud"Mereka Terhalang Untuk Memahami Al Qur'an (Wahyu) "
     Sungguh Allah Azza Wa Jalla Mensyaratkan "Jalan Kembali Ta'at Kepada Allah"Untuk Mengupayakan Tentang Pemahaman Dan Arti Pentingnya Mengingat,Kemudian Allah SWT Berfirman:
تَبْصِرَةً وَّذِكْرٰى لِكُلِّ عَبْدٍ مُّنِيْبٍ
"(Untuk menjadi pelajaran) menjadi maf'ul lah, yakni, Kami lakukan hal tersebut sebagai pemberian pelajaran dari Kami (dan peringatan) untuk dijadikan sebagai peringatan (bagi tiap-tiap hamba yang kembali) untuk taat kepada Kami."
(Jalalain,Qaf Surath Ke 50,Ayat 8)
   Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِيْ يُرِيْكُمْ اٰيٰتِهٖ وَيُنَزِّلُ لَـكُمْ مِّنَ السَّمَآءِ رِزْقًا ۗ وَمَا يَتَذَكَّرُ اِلَّا مَنْ يُّنِيْبُ
"(Dialah yang memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda-Nya) yang menunjukkan akan keesaan-Nya (dan menurunkan untuk kalian rezeki dari langit) berupa hujan. (Dan tiadalah mendapat pelajaran) yakni mengambil nasihat (kecuali orang-orang yang kembali kepada Allah) dari kemusyrikan."
(Jalalain, Ghafir Surath Ke 40,Ayat 13)
Allah SWT berfirman:
اَفَمَنْ يَّعْلَمُ اَنَّمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ الْحَـقُّ كَمَنْ هُوَ اَعْمٰى ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَ لْبَابِ ۙ 
"Ayat berikut ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Hamzah dan Abu Jahal. (Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu itu benar) lalu ia beriman kepadanya (sama dengan orang yang buta?) yaitu orang yang tidak mengetahuinya dan tidak mau beriman kepadanya. Tentu saja tidak. (Sesungguhnya yang mau mengambil pelajaran itu) orang-orang yang menasihati dirinya sendiri (hanyalah orang-orang yang berakal saja) orang-orang yang memiliki akal sehat."
(Jalalain, Ar-Ra'd Surath Ke 13,Ayat 19)
     Maka Orang Yang Memilih Terbuai Kenikmatan Duniawi Atas Kekalnya Kenikmatan Akhirat Bukan Dari Sebagian Orang Orang Yang Memiliki Akal Sehat.Oleh Karena Itu Baginya Tidak Akan Tersingkap Rahasia Rahasia Ma'na Ayath Al Kitab (Al Qur'an).   
    4.Keberada'anya Sungguh,Seseorang Pembaca Al Qur'an Telah Membaca Tafsir Secara Teks (Dzohir) Dan Ia Meyakini Bahwa Tidak Ada Ma'na Apapun Untuk Kalimat Kalimat Al Qur'an Kecuali Ma'na Yang Telah Tersentuh Referensi Tafsir Al Qur'an (NaQol) Dari Sahabat Ibnu Abas Imam Mujahid Dan Selain Keduanya,Dan Sesungguhnya Tafsir Yang Ada Setelah Itu,Merupakan Tafsir Dengan Menggunakan Metode Ro'yu (Logica) Dan Ia Berpedoman Bahwa Sesungguhnya Seseorang Yang Menafsirkan Al Qur'an Dengan Logikanya Maka Berarti Ia Telah Menyiapkan Tempatnya Di Neraka.
     Maka Keada'an Yang Seperti Ini Juga Termasuk Dari Sebagian Tirai/Penghalang Pahamnya Al Qur'an Yang Besar.Kami (Al Ghazali) Akan Menjelaskan Tentang Maksud Tafsir Dengan Logica Pada Bab Yang Ke empat.Dan Sesungguhnya Yang Demikian (Tafsir Dengan Logica)Tidak Kontradiksi Dengan Pernyata'an Yang Pernah Di Sampaikan Oleh Sahabat Ali RA" Nabi Tidak Merahasiakan Apapun Padaku,Seperti Yang Telah Beliau Sembunyikan Dari Manusia Hanya(Sabda Nabi Yang Berupa)"Allah Akan Memberikan Pemahaman Tentang Ma'na Al Qur'an Pada Seorang Hamba"
      Dan Bilamana Yang Di Maksud Adalah Ma'na Dzohir (Teks) Yang Telah Di Nukil,Maka Niscaya Manusia Tidak Berselisih Tentangnya (Tafsir Al Qur'an)

           7.Takhsis(Menentukan Maksud Khithob)


   Yang Di Maksud Dengan Takhsis Dalam Bahasan Tentang Adab (Etika) Membaca Al Qur'an Dengan Jalan Menggali Pada Ma'na Yang Khakiki Yaitu:Seorang Pembaca Mampu Menentukan Bahwa Sesungguhnya Dialah Yang Sebenarnya Orang Yang Di Maksud Dengan Setiap Khithob (Pembicara'an) Dalam Al Qur'an.
     A.Bila Seseorang Mendengar Ayat Perintah Atau Larangan,Maka Ia Menentukan Bahwasanya Dirinyalah Orang Yang Di Maksud Dalam Perintah Atau Larangan Itu (Orang Yang Di Perintah Dan Di Larang).
    B.Bila Ia Mendengar Ayat Janji Atau Ayat Yang Menjelaskan Tentang Ancaman Maka Ia Mengerti Bahwa Dialah Orang Yang Di Janjikan Atau Mendapat Ancaman Tsb.
    C.Bila Seseorang Mendengar Ayat Yang Menjelaskan Tentang Kisah Orang 2 Terdahulu Dan Kisah Para Nabi,Maka Ia Mengerti Bahwa Sesungguhnya Sifat Bergegas Dan Konsisten Itu Bukan Yang Di Maksud.
    Sesungguhnya Yang Di Maksud Hanya Agar Ia Mengambil Ibroth Dengan Kisah Tsb,Dan Agar Ia Mengambil Perkembangannya (Kisah Kisah tsb) Hanya Sebatas Yang Ia Butuhkan saja.
    Tidak Ada Dari Kisah Dalam Al Qur'an Melainkan SiyaQ (Tergiringnya Runtutan) Kisah Hanya Untuk Diambil Faidathnya Pada Khak nya Nabi Mukhamad Shalallahu Alaihi Wasalam Dan Umatnya Oleh Karena Itu Allah Berfirman:
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَآءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَـقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
"(Dan setiap) lafal kullan ini dinashabkan dengan alamat naqsh sedangkan tanwinnya merupakan pergantian dari mudhaf ilaih, artinya semua kisah rasul-rasul yang diperlukan (Kami ceritakan kepadamu, yaitu kisah-kisah para rasul) lafal maa di sini menjadi badal daripada lafal kullan (yang dengannya Kami teguhkan) Kami tenangkan (hatimu) kalbumu (dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran) yang dimaksud adalah kisah-kisah para rasul ini atau ayat-ayat ini (serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman) orang-orang yang beriman disebutkan di sini secara khusus, mengingat hanya merekalah yang dapat memanfaatkan adanya kisah-kisah atau ayat-ayat ini untuk mempertebal keimanan mereka, berbeda dengan orang-orang kafir."
(Jalalain,Hud Surath Ke 11,Ayat 120)
      Maka Seorang Hamba Hendaklah Memperkirakan Dengan Sikap Menentukan Bahwasanya Allah Meneguhkan/Menenangkan Hati Nabi Mukhamad Dengan Kisah Yang Di Kisahkan Oleh Allah Atas Beliau Nabi Mukhamad,Dari Kisah Keada'an2 Para Nabi Dan Kesabaran Mereka Atas Rasa Di Sakiti Oleh Kaumnya,Dan Konsistensi Mereka Pada Agama/Keyakinan Untuk Kemudian Menanti Pertolongan Dari Allah.
    Bagaimanakah Seseorang Tidak Bisa Menentukan Sikap Yang Seperti Ini ?Sedangkan Al Qur'an Itu Tidak Di Turunkan Pada Rosulullah,Secara Khusus Untuk Rosulullah Saja,Melainkan Sebagai Obat,Hidayath,Rokhmath Dan Nur (Cahaya) Bagi Semesta Alam,Oleh Karena Itu Allah Memerintahkan Mensyukuri Ni'mat Di Turunkannya Al Kitab Secara Kaafath,Maka Allah Berfirman:
وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَآءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرِّحُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ ۗ وَلَا تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوْا ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهٗ ۗ وَلَا تَتَّخِذُوْۤا اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمَاۤ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
"(Apabila kamu menceraikan istri-istri, lalu sampai idahnya), maksudnya dekat pada berakhir idahnya (maka peganglah mereka), artinya rujuklah kepada mereka (secara baik-baik) tanpa menimbulkan kesusahan bagi mereka (atau lepaskanlah secara baik-baik pula), artinya biarkanlah mereka itu sampai habis idah mereka. (Janganlah kamu tahan mereka itu) dengan rujuk (untuk menimbulkan kesusahan) berfungsi sebagai maf`ul liajlih (sehingga menganiaya mereka) sampai mereka terpaksa menebus diri, minta cerai dan menunggu lama. (Barang siapa melakukan demikian, berarti ia menganiaya dirinya) dengan menghadapkannya pada siksaan Allah (dan janganlah kamu jadikan ayat-ayat Allah sebagai permainan), artinya berolok-olok dengan melanggarnya (dan ingatlah nikmat Allah kepadamu), yakni agama Islam (dan apa-apa yang telah diturunkan-Nya padamu berupa Kitab) Alquran (dan hikmah) artinya hukum-hukum yang terdapat padanya (Allah memberimu pengajaran dengannya) agar kamu bersyukur dengan mengamalkannya (Dan bertakwalah kamu kepada Allah serta ketahuilah bahwa Allah mengetahui segala sesuatunya) hingga tidak satu pun yang tersembunyi bagi-Nya."
(Jalalain, Al-Baqarah Ayath Ke 2 Ayat 231)
    Allah SWT berfirman:
لَقَدْ اَنْزَلْنَاۤ اِلَيْكُمْ كِتٰبًا فِيْهِ ذِكْرُكُمْ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
"(Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kalian) hai orang-orang Quraisy (sebuah Kitab yang di dalamnya disebutkan diri kalian) disebabkan ia memakai bahasa kalian sendiri. (Maka apakah kalian tiada memahaminya?) lalu beriman kepadanya."
(Jalalain,Al-Anbiya Surath Ke 21,Ayat 10)
     Allah SWT berfirman:
بِالْبَيِّنٰتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَاَنْزَلْنَاۤ اِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
"(Dengan membawa keterangan-keterangan) lafal ini berta`alluq kepada fi`il yang tidak disebutkan; artinya Kami utus mereka dengan membawa hujah-hujah yang jelas (dan kitab-kitab) yakni kitab-kitab suci. (Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr) yakni Alquran (agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang diturunkan kepada mereka) yang di dalamnya dibedakan antara halal dan haram (dan supaya mereka memikirkan) tentang hal tersebut kemudian mereka mengambil pelajaran daripadanya."
(Jalalain,An-Nahl 16,Ayat 44)
     Allah SWT berfirman:
ذٰلِكَ بِاَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَاَنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ كَذٰلِكَ يَضْرِبُ اللّٰهُ لِلنَّاسِ اَمْثَالَهُمْ
"(Yang demikian) maksudnya penghapusan amal dan pengampunan kesalahan-kesalahan itu (adalah karena) disebabkan (orang-orang kafir mengikuti yang batil) yakni ajakan setan (dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak) yakni Alquran (dari Rabb mereka. Demikianlah) sebagaimana penjelasan tersebut (Allah membuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka) untuk menjelaskan keadaan mereka, yaitu orang kafir amalnya akan dihapus, sedangkan orang mukmin kesalahan-kesalahannya akan diampuni."
(Jalalain, Muhammad Surath Ke 47,Ayat 3)
      Allah SWT berfirman:
هٰذَا بَصَآئِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
"(Inilah) Alquran ini (adalah pedoman bagi manusia) artinya, sebagai pedoman yang dijadikan sumber bagi mereka dalam masalah hukum-hukum dan hudud (petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini) adanya hari berbangkit."
(Jalalain,Al-Jasiyah Surath Ke 45,Ayat 20)
      Allah SWT berfirman:
هٰذَا بَيَانٌ لِّلنَّاسِ وَهُدًى وَّمَوْعِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ
"(Ini) maksudnya Alquran ini (menjadi penerang bagi manusia) artinya semuanya (dan petunjuk) dari kesesatan (serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa) di antara mereka."
(Jalalain,Ali 'Imran Surath Ke 3,Ayat 138)
     Ketika Dengan Khithab (Pembicara'an) Allah Bermaksud Pada Semua Manusia,Maka Sesungguhnya Allah,(Juga) Bermaksud Pada Individu,Sedangkan Pembaca Yang Satu Ini Adalah Orang Yang Di Maksud,Lantas Apa Bedanya Dia Dan Manusia Yang Lain.Maka Hendaklah Pembaca Al Qur'an Menentukan Bahwa Dirinyalah Orang Yang Di Tuju Dari Khithob tsb.
     Allah SWT Berfirman:
قُلْ اَيُّ شَيْءٍ اَكْبَرُ شَهَادَةً ۗ قُلِ اللّٰهُ ۗ شَهِيْدٌۢ بَيْنِيْ وَبَيْنَكُمْ ۗ وَاُوْحِيَ اِلَيَّ هٰذَا الْـقُرْاٰنُ لِاُنْذِرَكُمْ بِهٖ وَمَنْۢ بَلَغَ ۗ اَئِنَّكُمْ لَـتَشْهَدُوْنَ اَنَّ مَعَ اللّٰهِ اٰلِهَةً اُخْرٰى ۗ قُلْ لَّاۤ اَشْهَدُ ۚ قُلْ اِنَّمَا هُوَ اِلٰـهٌ وَّاحِدٌ وَّاِنَّنِيْ بَرِيْٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ ۘ 
"(Katakanlah) kepada mereka (Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?) menjadi tamyiz yang dialihkan dari mubtada (Katakanlah, Allah.) jika kamu tidak mengatakannya, maka tidak ada jawaban lain bagimu selain itu. (Dia menjadi saksi antara aku dan kamu) yang menyaksikan kebenaranku. (Dan Alquran ini diwahyukan kepadaku supaya aku memberi peringatan kepadamu) aku membuat kamu takut hai penduduk Mekah (dengannya dan kepada orang-orang yang sampai kepadanya Alquran) diathafkan kepada dhamir yang terdapat dalam Lafal undzirakum; artinya manusia dan jin yang sampai kepadanya Alquran. (Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?) kata tanya mengandung arti ingkar. (Katakanlah) kepada mereka (Aku tidak mengakui) hal tersebut. (Katakanlah, Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.) terhadap Allah."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 19)         
        Atsar Atsar/Perkata'an Para Sahabat Yang Berkaitan Dengan Penentuan Maksud Khithob.
  _-Statement Dari Mukhamad Bin Ka'ab Al QurDziyu.
 من بلغه القرآن فكأنما كلمه الله
Barang Siapa Yang Telah Sampai Padanya Al Qur'an,Maka Sesungguhnya Laksana Allah Itu Berkalam Padanya.
     Ketika Seorang Pembaca Telah Bisa Menentukan Hal Yang Demikian Pada Dirinya,Maka Dia Tidak Akan Menganggap Taddarus Al Qur'an Itu Sebagai Amalnya,Bahkan Ia Membacanya Seperti Membacanya Seorang Hamba pada Surat Tuannya Yang Tuan Itu Tuliskan Untuk Hambanya,Agar Hambanya Mendalaminya Dan Mengamalkan Yang Seharusnya Dari Surat Tsb.Oleh Karena Itu Sebagian Ulama' Berkata:
 هذا القرآن رسائل أتتنا من قبل ربنا عز وجل بعهوده نتدبرها في الصلوات ونقف عليها في الخلوات وننفذها في الطاعات والسنن المتبعات 
     Al Qur'an Ini Adalah Risalah Risalah Yang Datang Pada Kami Dari Arah Tuhan Kami Azza Wa Jalla Dengan Janji Janji Tuhan Kami,Yang Kami Merenunginya Dalam Sholat,Kami Wukuf Diatasnya Dalam Kholwat,Dan Kami Implementasikan Dalam Keta'atan Dan Kesunahan2 Yang Mengikuti.
   _--Sahabat Malik Bin Dinar.
  Beliau Adalah Salah Satu Sahabat Yang Mengatakan:Wahai Ahli Al Qur'an,Apa Yang Telah Al Qur'an Itu Tanamkan Dalam Hati Kalian?Sesungguhnya Al Qur'an Itu Laksana Musim Semi Bagi Hatinya Orang Mu'min,Sebagaimana Hujan,Yang Menjadi Musim Seminya Tanah.
     _--Sahabat Qothadath
   Sahabat Qothadarh Berkata:Seseorang Tidaklah Bermajelis Pada Al Qur'an Ini,Melainkan Ia Berdiri Dengan Kelebihan Dan Kekurangan.Allah Azza Wa Jalla Berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْـقُرْاٰنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّـلْمُؤْمِنِيْنَ ۙ وَلَا يَزِيْدُ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا
"(Dan Kami turunkan dari) huruf min di sini menunjukkan makna bayan atau penjelasan (Alquran suatu yang menjadi penawar) dari kesesatan (dan rahmat bagi orang-orang yang beriman) kepadanya (dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim) yakni orang-orang yang kafir (selain kerugian) dikarenakan kekafiran mereka"
(Jalalain, Al-Isra' Surath Ke 17,Ayat 82)

             8.Menggali Pengaruh (Ta'tsur).


     Yang Ke Delapan Dari Etika Membaca Al Qur'an Dengan Jalan Menggali Pada Ma'na Pekerja'an Yang Khakiki Yaitu:Menggali pengaruh Yang Positif Pada Hati Seorang Pembaca,Dengan Pengaruh Pengaruh Yang Berbeda,Sesuai Dengan Beda Bedanya Ayath,Yang Kemudian Melahirkan Karakter Qur'ani.
    Bagi Pembaca,Dengan Menghitung Setiap Pemahaman,Baginya Akan Ada Keada'an (Posisi) Dan penemuan,Yang Menjadi Sifat Hatinya,Dari Perasa'an Kesedihan,Takut,Harapan,Dan Selainnya,Dan Bilamana Ma'rifat Itu Telah Menjadi Sempurna,Maka Keberada'an Perasa'an Takut Akan menjadi Keada'an Yang Lebih Dominan pada Hatinya.Maka Sesungguhnya Keada'an Sempit/Sulit,Itu Dominan Keberada'anya Pada Ayat2 Al Qur'an,Kemudian Seorang Pembaca Tidaklah Melihat Penyebutan Ampunan Dan Rahmat,Melainkan Bersama'an Dengan Beberapa Syarat2,Yang Merasa Terbatas Bagi Seorang Yang Arif Untuk Memperolehnya.Seperti Halnya Firman Allah:
وَاِنِّيْ لَـغَفَّارٌ 
(Dan Sesungguhnya Aku,Maha Pengampun)
    Kemudian Allah Mengikutkannya Dengan Empat Beberapa Sarat Yaitu:
لِّمَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًـا ثُمَّ اهْتَدٰى
"(bagi orang yang bertobat) dari kemusyrikan (dan beriman) mentauhidkan Allah (dan beramal saleh) yakni mengamalkan fardu dan sunah (kemudian tetap di jalan yang benar) tetap mengamalkan apa yang telah disebutkan di atas hingga umurnya habis."
(Jalalain,Ta-Ha Surath Ke 20,Ayat 82) Dan Firman Allah:
 والعصر إن الإنسان لفي خسر إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
(Demi Masa)Atau Zaman Atau Waktu Yang Di Mulai Dari Tergelincirnya Matahari Hingga Terbenamnya,Maksudnya Adalah Waktu Sholat Asar.(Sesungguhnya Manusia Itu)Yang Di Maksud Adalah Jenis Manusia(Benar_Benar Berada Dalam Kerugian)Di Dalam Perniaga'annya (Kecuali Orang Orang Yang Beriman Dan Mengerjakan Amal Saleh)Meraka Tidak Termasuk Orang Orang Yang Merugi Di Dalam Perniaga'annya (Dan Nasihat Menasihati)Artinya Sebagian Diantara Mereka Menasihati Sebagian yang Lainnya(Supaya Mena'ati Kebenaran)Yaitu Iman (Dan Nasihat Menasihati Dengan Kesabaran)Yaitu Di Dalam Menjalankan Amal Keta'atan Dan Menjauhi Kemaksiatan.(Jalalain,Al Asr Surath Ke 56 Ayath 1_3)
     Di Dalam Surath Ini Allah Memberikan Empat Sarat,Bilamana Allah Meringkas,Maka Allah Menyebutkan Syarat Secara Bersama'an.
Allah Azza Wa Jalla Berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا ۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
"(Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi) dengan melakukan kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan maksiat (sesudah Allah memperbaikinya) dengan cara mengutus rasul-rasul (dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut) terhadap siksaan-Nya (dan dengan penuh harap) terhadap rahmat-Nya. (Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik) yakni orang-orang yang taat. Lafal qariib berbentuk mudzakkar padahal menjadi khabar lafal rahmah yang muannats, hal ini karena lafal rahmah dimudhafkan kepada lafal Allah."
(Jalalain,Al-A'raf Surath Ke 7,Ayat 56)
    Ikhsan (Perbuatan Baik) Itu Menghimpun Secara Menyeluruh,Dan Seperti Yang Demikian,Seseorang Yang Tela'ah Dan Menjelajahi Seluruh Ayat2 Al Qur'an Dari Awal Hingga Akhir.Barang Siapa Yang Memahami Keada'an Seperti Penjelasan Diatas,Maka Patutlah Bila Keada'annya Dalam Posisi Perasa'an Kengerian Dan Kesedihan.Oleh Karena Itu Al Khasan Berkata:
 والله ما أصبح اليوم عبد يتلو القرآن يؤمن به إلا كثر حزنه وقل فرحه وكثر بكاؤه وقل ضحكه وكثر نصبه وشغله وقلت راحته وبطالته 
      "Demi Allah.....Di Suatu Hari Tidaklah Seorang Hamba Yang Membaca Al Qur'an Itu Beriman Padanya,Melainkan Banyak Kesedihannya,Sedikit Bahagianya,Banyak Tangisannya,Sedikit Senyumannya,Banyak Keletihan Dan Kesibukannya,Sedikit Istirahat Dan Waktu Kosongnya.Wuhaib Bin Al Warod Berkata:
 نظرنا في هذه الأحاديث والمواعظ فلم نجد شيئا أرق للقلوب ولا أشد استجلابا للحزن من قراءة القرآن وتفهمه وتدبره
     "Kami Meneliti Tentang Beberapa Hadits Dan Catatan Catatan Mauidzloth,Kemudian Kami Tidak Menemukan Sesuatu Yang Lebih Melunakkan Terhadap Hati,Dan Kami Tidak Menemukan Sesuatu Yang Lebih Cenderung Menarik Ke Dalam Kesedihan,Dari Pada Membaca Al Qur'an,Memahami Dan Merenunginya."
    Kesimpulannya:Menggali Pengaruh Positif Pada Hati Dengan Baca'an AlQur'an Bagi Seorang Hamba Berarti Ia Akan Menjadi Berusaha Menyesuaikan Dengan Sifath Ayath Al Qur'an Yang Ia Baca.Imam Al Ghazali Berkata:Ketika Pembaca Al Qur'an Menjumpai Ayath Al Wa'ieed (Ancaman) Dan Ketentuan Maghfiroth (Ampunan) Dengan Beberapa Syarath Maka Ia Akan Meneteskan Air Mata Karena Sifat Takutnya,Seakan Akan Ia Mendekati Kematiannya.Ketika Pembaca Menjumpai Ayath Tawasu' (Keluasan Ampunan) Dan Janji Ampunan Maka Ia Akan Bergembira Seakan Ia Akan Terbang Dari Adanya Kebahagia'an.Ketika Seorang Pembaca Menjumpai Ayat Mengingat Akan Allah Sifat Sifatnya Dan Asma'nya Maka Ia Akan Menunduk Dan Menekuk Badan Sebagai Tanda Hormat,Karena Keagungan Allah Dan Ia Akan Mengakui Dalam Hati Karena Agungnya Allah.Ketika Seorang Pembaca Menjumpai Ayath Yang Menjelaskan Tentang Penyebutan Orang Orang Kafir Yang Menyebut Tentang Sifat2 Yang Mustakhil Bagi Allah,Seperti Penyebutan Mereka "Keberada'an Anak Dan Ibu"Terhadap Allah Maka Pembaca Merendahkan (Mengirihkan Suaranya)Dan Merasakan Remuk,Hancur Di Dalam Hatinya,Karna Malu Atas Cacatnya Makalah Mereka.Ketika Pembaca Al Qur'an Menjumpai Ayath Al Qur'an Yang Menjelaskan Tentang sifat Surga,Maka Ia Akan Bangkit Di Dalam Hatinya Karena Rindu Atasnya,Ketika Menjumpai Ayath Yang Menjelaskan tentang Sifat Dan Kondisi Neraka Maka Ia Akan Menggigil Persendiannya,Karena Perasa'an Takut Terhadpnya.
     Maka Suatu Rosulullah SAW Berkata (Bersabda) Pada Ibnu Mas'ud "Bacakanlah Untukku (Al Qur'an)" Maka Ibnu Mas'ud Pun Berkata" Lalu Kemudian Saya Membuka Surath Annisa,Ketika Saya Telah Sampai Pada Ayat :
فَكَيْـفَ اِذَا جِئْـنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍ بِۢشَهِيْدٍ وَّجِئْـنَا بِكَ عَلٰى هٰۤؤُلَآ ءِ شَهِيْدًا ۗ 
"(Maka bagaimanakah) keadaan orang-orang kafir nanti (jika Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi) yakni nabi mereka masing-masing yang menyaksikan amal perbuatan mereka (dan Kami datangkan kamu) hai Muhammad (sebagai saksi atas mereka itu) yakni umatmu."
(Jalalain, An-Nisa' Surath Ke 4Ayat 41) Saya Melihat Kedua Mata Beliau (Nabi Mukhamad),Menitikkan Air mata,Kemudian Beliau Berkata (Sabda) Padaku " Sekarang Cukup (Sudah),Kamu (Membacakan Padaku".Keterangan Khadits:Sudah Di Jelaskan Pada Bab Sebelumnya.Inilah...Karena Menyaksikan Keada'an Yang Demikian,Secara Keseluruhan Bisa Menenggelamkan Hatinya.
     Sungguh Telah Ada Pada Diri Orang Orang Yang Takut (Ancaman Siksa Dari Allah) Seseorang Yang Tersungkur Pingsan Ketika Membaca Dan Mendengar Ayath2 Yang Menjelaskan Ancaman2 Allah,Diantara Dari Mereka Seorang Yang Wafat Ketika Mendengarkan Ayat2 Ancaman Tuhan.
    Keada'an2 Yang Seperti Inilah Contoh Yang Bisa Mengeluarkan Pembaca Al Qur'an Jauh Dari Ma'na"Keberada'an Pembaca Merupakan Orang Yang Berpura pura Dan Berlagak Mengolok2 Pada Kalamnya Allah".Berikut Ini Adalah Contoh Ayath2 Al Qur'an Yang Seorang Pembaca Di Tuntut Untuk Menggali Pengaruh Yang Positif Ketika Membaca Al Qur'an Pada Hati,Dengan Pengaruh Pengaruh Yang Berbeda,Sesuai Dengan Beda Bedanya Ayath,Yang Kemudian Melahirkan Karakter Qur'ani.
   1.Ketika Pembaca Al Qur'an,Membaca Ayath:
قُلْ اِنِّيْۤ اَخَافُ اِنْ عَصَيْتُ رَبِّيْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
"(Katakanlah, Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka kepada Rabbku)."
(Jalalain,Az-Zumar Surath Ke 39,Ayat 13),Dan Keada'annya Belum Termasuk Orang Yang Takut,Maka Ia Adalah Orang Yang Berpura Pura Dan Berlagak Terhadap Ayath Allah.
   2.Ketika pembaca Al Qur'an Membaca Ayath:
قَدْ كَانَتْ لَـكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْۤ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ ۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰٓ ؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَآءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗۤ اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ لَاَسْتَغْفِرَنَّ لَـكَ وَمَاۤ اَمْلِكُ لَـكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ ۗ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَـبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
"(Sesungguhnya telah ada suri teladan bagi kalian) lafal uswatun dapat pula dibaca iswatun, artinya teladan atau panutan (yang baik pada Ibrahim) yakni pada diri Nabi Ibrahim, baik perkataan maupun perbuatannya (dan pada orang-orang yang bersama dia) dari kalangan orang-orang yang beriman (ketika mereka berkata kepada kaum mereka, Sesungguhnya kami berlepas diri) lafal bura-aa-u adalah bentuk jamak dari lafal barii'un, wazannya sama dengan lafal zharifun yang jamaknya zhurafaa'u (dari kalian apa yang kalian sembah selain Allah, kami ingkar kepada kekafiran kalian) kami membenci kekafiran kalian (dan telah nyata antara kami dan kalian permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya) lafal wal baghdhaa'u abadan dapat dibaca secara tahqiq dan dapat pula dibaca secara tashil, yakni mengganti huruf hamzah yang kedua menjadi wau (sampai kalian beriman kepada Allah semata. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya, Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu) perkataan ini merupakan perkataan yang dikecualikan daripada pengertian suri teladan tadi. Maka sekali-kali kalian tidak boleh mengucapkan kata penyesalan seperti itu, seumpamanya kalian memohonkan ampunan buat orang-orang kafir. Dan juga perkataan Nabi Ibrahim berikut ini (dan aku tiada dapat melindungimu dari Allah) dari siksaan dan pahala-Nya (barang sedikit pun.) Nabi Ibrahim mengungkapkan kata-kata ini sebagai kiasan, bahwasanya dia tidak memiliki buatnya selain dari memohonkan ampun. Perkataan ini pun termasuk di antara hal yang dikecualikan untuk tidak boleh diikuti, karena sekalipun pengertian lahiriahnya sebagai ungkapan penyesalan, akan tetapi maksudnya berkaitan dengan pengertian kalimat yang pertama. Pengertian lahiriah kalimat yang kedua ini sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman Allah swt.,  Katakanlah! 'Maka siapakah gerangan yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagi kamu.' (Q.S. Al-Fath 11) Permohonan ampun Nabi Ibrahim buat bapaknya ini sebelum jelas bagi Nabi Ibrahim, bahwa bapaknya itu adalah benar-benar musuh Allah, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam surah Al-Bara'ah atau surah At-Taubah. (Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.) Kalimat ini termasuk doa yang selalu diucapkan oleh Al-Khalil atau Nabi Ibrahim dan orang-orang beriman yang bersamanya; yakni, mereka mengucapkan kata-kata tersebut."(Jalalain,Al Mumtahanath Ayath 4) Dan Keada'an Pembaca Al Qur'an Belum Bertawakal Dan Kembali Ke Jalan Allah,Maka Ia Termasuk Orang Yang Berpura pura Dan Berlagak Terhadap Ayath Allah.
   3.Ketika Pembaca Al Qur'an Membaca Ayath:
وَمَا لَـنَاۤ اَ لَّا نَـتَوَكَّلَ عَلَى اللّٰهِ وَقَدْ هَدٰٮنَا سُبُلَنَا ۗ وَلَــنَصْبِرَنَّ عَلٰى مَاۤ اٰذَيْتُمُوْنَا ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُوْنَ
"(Mengapa kami) huruf allaa asalnya adalah gabungan daripada an dan laa (tidak bertawakal kepada Allah) artinya tidak ada yang melarang kami untuk melakukan hal tersebut (padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap perlakuan-perlakuan kalian yang menyakitkan kami) di dalam menghadapi gangguan-gangguan yang kalian lakukan terhadap kami. (Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal berserah diri.)",Ketika Pembaca Telah Sampai Pada Kalimat:
وَلَــنَصْبِرَنَّ عَلٰى مَاۤ اٰذَيْتُمُوْنَا ۗ Maka Hendaklah Posisi Keada'annya Bersabar Dan Memiliki Kemauan Yang Kuat Untuk Bersabar,Sampai Pada Akhirnya Menjumpai Manisnya Membaca Al Qur'an.
     Berkata Imam Ghazali"Bilamana Pembaca Al Qur'an Belum Berada Pada posisi Posisi Semacam Ini,Dan Hatinya Belum Tergoyahkan Untuk Berada Diantara Posisi Posisi Keterangan Diatas,Maka Keberuntungan Dalam Baca'annya Hanyalah Gerakan Lisan,Dan Gamblangnya Kalimat La'nat Untuk Dirinya Sendiri,Pada (Contoh) Firman Allah Di Bawah Ini
    A.Pada Surath Hud,Surat Ke 11 Ayath 18.
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَـرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا ۗ اُولٰٓئِكَ يُعْرَضُوْنَ عَلٰى رَبِّهِمْ وَ يَقُوْلُ الْاَشْهَادُ هٰۤؤُلَآ ءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلٰى رَبِّهِمْ ۚ اَ لَا لَـعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الظّٰلِمِيْنَ ۙ 
"(Dan siapakah) tidak ada seorang pun (yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah?) dengan menisbatkan sekutu terhadap-Nya dan menganggapnya mempunyai anak. (Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka) kelak di hari kiamat di antara semua makhluk-Nya (dan para saksi akan berkata) lafal asyhaad adalah bentuk jamak dari lafal syahiid yang artinya saksi. Mereka adalah para malaikat; mereka memberikan kesaksian, bahwa para rasul telah menyampaikan risalahnya, adapun orang-orang kafir mereka cap sebagai pendusta (Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka. Ingatlah, kutukan Allah dilimpahkan atas orang-orang yang zalim) yaitu orang-orang musyrik."
(Jalalain, Hud Surath Ke 11,Ayat 18).
     B.Pada Surath Assof Ayat 3.
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
"(Amat besar) yakni besar sekali (kebencian) lafal maqtan berfungsi menjadi tamyiz (di sisi Allah bahwa kalian mengatakan) lafal an taquuluu menjadi fa'il dari lafal kabura (apa-apa yang tiada kalian kerjakan)."
(Jalalain,As-Saff, Ayat 3).
    C.Pada Surat  Anbiya' Surath Ke 21 Ayat 1.
اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَ ۚ 
"(Telah dekat kepada manusia) kepada penduduk Mekah yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit (hari penghisaban mereka) yaitu hari kiamat (sedang mereka berada dalam kelalaian) daripadanya (lagi berpaling) tidak bersiap-siap untuk menghadapinya, yaitu dengan bekal iman."
(Jalalain,Al-Anbiya Surat Ke 21,Ayat 1).
      D.pada Surath An Najm,Ayath 29.
فَاَعْرِضْ عَنْ مَّنْ تَوَلّٰى ۙ عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ اِلَّا الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا ۗ 
"(Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami) orang yang berpaling dari Alquran (dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berjihad dari Allah."
(Jalanin,An-Najm Surath 53,Ayat 29)
      E.Pada Surath Al Hujroth Ayat 11.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَ لْقَابِ ۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
"(Hai orang-orang yang beriman, janganlah berolok-olokan) dan seterusnya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan delegasi dari Bani Tamim sewaktu mereka mengejek orang-orang muslim yang miskin, seperti Ammar bin Yasir dan Shuhaib Ar-Rumi. As-Sukhriyah artinya merendahkan dan menghina (suatu kaum) yakni sebagian di antara kalian (kepada kaum yang lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olokkan lebih baik dari mereka yang mengolok-olokkan) di sisi Allah (dan jangan pula wanita-wanita) di antara kalian mengolok-olokkan (wanita-wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olokkan lebih baik dari wanita-wanita yang mengolok-olokkan dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri) artinya, janganlah kalian mencela, maka karenanya kalian akan dicela; makna yang dimaksud ialah, janganlah sebagian dari kalian mencela sebagian yang lain (dan janganlah kalian panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk) yaitu janganlah sebagian di antara kalian memanggil sebagian yang lain dengan nama julukan yang tidak disukainya, antara lain seperti, hai orang fasik, atau hai orang kafir. (Seburuk-buruk nama) panggilan yang telah disebutkan di atas, yaitu memperolok-olokkan orang lain mencela dan memanggil dengan nama julukan yang buruk (ialah nama yang buruk sesudah iman) lafal Al-Fusuuq merupakan Badal dari lafal Al-Ismu, karena nama panggilan yang dimaksud memberikan pengertian fasik dan juga karena nama panggilan itu biasanya diulang-ulang (dan barang siapa yang tidak bertobat) dari perbuatan tersebut (maka mereka itulah orang-orang yang zalim.)"
(Jalalain, Al-Hujurat 49: Ayat 11).
      Dan Pada Selain Contoh2 Diatas,Dari Ayath Al Qur'an,Dan Ia Termasuk Dalam Kategori Orang Yang Di Maksud Pada Ma'na Firman Allah:
وَ مِنْهُمْ اُمِّيُّوْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ الْكِتٰبَ اِلَّاۤ اَمَانِيَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ
"(Dan di antara mereka) di antara orang-orang Yahudi itu (ada yang buta huruf) atau orang-orang awam yang (tidak mengetahui Alkitab) maksudnya Taurat (kecuali) (angan-angan) atau kebohongan belaka, yakni yang mereka dengar dari para pemimpin mereka lalu mereka terima dan percayai. (Dan tiadalah) (mereka) yakni dalam menentang kenabian Muhammad dan soal-soal lainnya yang mereka buat-buat itu (kecuali hanyalah menduga-duga belaka) yakni dugaan yang tidak berdasarkan ilmu."
(Jalalain,Al-Baqarah 2: Ayath 78),Yang Di Maksud Lafadz Amaniya Pada Ayat Diatas Adalah"Mereka Hanya Berangan Angan Pada Baca'an Yang Murni(Kebohongan Belaka).Dan Termasuk Pada Firman Allah:
وَكَاَيِّنْ مِّنْ اٰيَةٍ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ يَمُرُّوْنَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُوْنَ
"(Dan banyak sekali) sudah berapa banyak (tanda-tanda) yang menunjukkan keesaan Allah (di langit dan di bumi yang mereka melaluinya) artinya mereka menyaksikannya (sedangkan mereka berpaling daripadanya.) tidak mau memikirkan tentangnya."
(Jalalain,Yusuf 12: Ayat 105),Mengapa Ia Termasuk Dalam Kategori Ma'na Dua Ayath Diatas? Karena Al Qur'anlah Yang Menjelaskan Keada'an Ayath2 (Tanda Kekuasa'an Allah) Di Langit Dan Di Bumi,Ketika Seseorang Telah Melewati Ayath Tsb Tapi Tidak Bisa Menggali Pengaruh Dalam Hati Dengan Ayath Tsb,Maka Ia Termasuk Orang Yang Berpaling Jauh Dari Ayath Yang Ia Baca.Oleh Karena Itu Di Katakan"Barang Siapa Tidak Bersifat Dengan Akhlak2 Qur'an,Maka Ketika Ia Membaca Al Qur'an Allah Ta'ala Menyeru Padanya' Bagaimanakah Engkau? Dan Bagaimanakah Dengan Kalamku? sedangkan Engkau Berpaling Dariku,Tinggalkanlah Kalamku Darimu,Bila Engkau Belum Bertaubat Padaku'
     Perumpama'an Orang Yang Berma'siyath Ketika Ia Membaca Al Qur'an Dan Ia Mengulang Ulanginya,Itu Laksana Perumpama'an Orang Yang Mengulang Ulangi Membaca Suratnya Raja Berkali Kali Setiap Hari,Sungguh Sang Raja Telah Menyuratinya,Tentang Bagaimana Membangun Negarnya,Namun Ia Justru Sibuk Dengan Merobohkan Negara Itu,Ia Melampaui Batas Atas Dirosath (Mempelajari)Suratnya,Boleh Jadi Bila Ia Meninggalkan Mempelajari Surat Tsb,Ketika Di Temukannya Perselisihan Antara Ia Dan Sang Pemimpin,Maka Hal Tsb lebih Menjauhkan Ia Dari Istilah Mengejek Dan Mendapatkan Kemurka'an Dari Sang Raja.Oleh Karena Contoh Yang Demikian Yusuf Bin Asbaath Berkata"Sesungguhnya Saya Merasakan Keprihatinan Yang Mendalam Dengan Membaca Al Qur'an Ketika Saya Mengingat Tentang Apa Yang Ada Dalam Keterangan Ayat Al Qur'an,Maka Saya Berpindah Pada Ayath Tasbih Dan Istighfar,Sedangkan Orang Yang Berpaling Dari Mengerjakan Apa Yang Ada Dalam Al Qur'an Itu Di Maksudkan Dalam Firman Allah:
وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْكِتٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهٗ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُوْنَهٗ ۖ فَنَبَذُوْهُ وَرَآءَ ظُهُوْرِهِمْ وَ اشْتَرَوْا بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۗ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُوْنَ
"(Dan) ingatlah (ketika Allah mengambil ikrar dari orang-orang yang diberi Alkitab) yakni tugas yang diberikan kepada mereka dalam Taurat (Hendaklah kamu menerangkannya) maksudnya isi Alkitab itu (kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya) yakni Alkitab itu. Kedua kata kerja pada kalimat ini dengan memakai 'ta' dan 'ya.' (Lalu mereka melemparkannya) maksudnya ikrar tersebut (ke belakang punggung mereka) artinya tidak mereka penuhi dan amalkan (dan mereka menukarnya dengan) mereka ambil sebagai gantinya (harga yang sedikit) berupa harta benda dunia yang mereka pungut dari rakyat bawahan dengan keunggulan mereka dalam ilmu Alkitab. Maka ilmu itu mereka sembunyikan karena takut akan lepas dari tangan. (Maka amat jeleklah tukaran yang mereka terima) atau penukaran yang mereka lakukan itu."
(QS. Ali 'Imran 3,Ayat 187).
      Oleh Karena Itu Nabi SAW Bersabda:
 اقرءوا القرآن ما ائتلفت عليه قلوبكم ولانت له جلودكم فإذا اختلفتم فلستم تقرءونه وفي بعضها فإذا اختلفتم فقوموا عنه متفق عليه من حديث جندب بن عبد الله البجلي في اللفظ الثاني دون قوله ولانت جلودكم 
      Bacalah Al Qur'an Selagi Hati Kalian Luluh Atasnya,Dan Selagi Kulit2 Kalian Lentur Karenanya,Ketika Kalian Telah Berselisih pada Al Qur'an,Maka Kalian Bukanlah Termasuk Orang Orang Yang Akan Membacanya,Dan Dalam Sebagian Riwayath Terdapat Lafadz"Maka Ketika Kalian Telah Berselisih Pada Al Qur'an Maka Berdirilah Kalian Jauh Darinya" MutafaQ Alaihi Dari Khaditsnya Jundab Bin Abdilah Al Bajaliyi,Pada Lafadz Kedua,Tanpa Sabda Nabi Yang Berupa" Dan Selagi Kulit2 Kalian Lentur Karenanya "
     Allah Ta'ala Berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَا نًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ ۙ 
"(Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu) yang sempurna keimanannya (adalah mereka yang apabila disebut Allah) yakni ancaman-Nya (gemetarlah) karena takut (hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah keimanan mereka) kepercayaan mereka (dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal) hanya kepada Rabblah mereka percaya bukan kepada selain-Nya."
(Tafsir Jalalain, Al-Anfal Ayath 2)
       Rosulullah SAw Bersabda:
 إن أحسن الناس صوتا بالقرآن الذي إذا سمعته يقرأ رأيت أنه يخشى الله تعالى
   Sesungguhnya Sebaik Baik Suara Manusia Yaitu,Suara Seseorang Yang Apabila Kamu Telah Mendengarnya Sedang Membaca Al Qur'an,Maka Kamu Akan Melihatnya Bahwa Sesungguhnya Ia Sedang Takut Kepada Allah,Takhrij Oleh:Ibnu Majah Dengan Sanad Dloif.
 لا يسمع القرآن من أحد أشهى ممن يخشى الله عز وجل حديث لا يسمع القرآن من أحد أشهى ممن يخشى الله تعالى رواه أبو عبد الله الحاكم فيما ذكره أبو القاسم الغافقي في كتاب فضائل القرآن
      Nabi Sholallahu Alaihi Wassalam Bersabda:
Al Qur'an Itu Tidak Terdengar Dari Salah Seorang Yang Lebih Memikat,Dari Pada Baca'annya Orang Yang Takut Akan (Ancaman)Allah Azza Wa Jalla,Riwayat Oleh Abu Abdillah Al Khakiem,Tentang Keterangan Yang Di Sebutkan Oleh Abul Qosiem Al GhofiQie Dalam Kitab Fadloilul Qur'an .
    Keterangan Hadits Di Maksudkan untuk Upaya Menarik Keada'an2 Ta'tsur Pada Hati Dan Mengamalkannya Dalam Hati,Bila Tidak Demikian,Maka Sebenarnya Nilai lebih Dalam Gerakan Lisan Itu Sebenarnya Ringan/Rendah.
    Oleh Karena Itu Sebagian Ahli Baca'an Al Qur'an Berkata:Saya Telah Membaca Al Qur'an Atas Guru Saya,Kemudian Saya Kembali Untuk Kedua Kalinya Agar Saya Membaca(Dengan Tujuan Yang Sama Yaitu Membaca Al Qur'an atas Guru Saya) Kemudian Beliau Membentak Saya Dan Mengatakan "Akankah Engkau Menjadikan Baca'an Al Qur'an Atasku Sebagai Sebuah Amal? pergilah Kamu,Dan Bacalah Al Qur'an Atas Nama Allah Azza Wajalla,kemudian Pandanglah Dengan Pemikiranmu,Tentang Mengapa Allah Memerintahkanmu Dan Mengapa Allah Melarangmu"
    Dengan Ta'atsur Inilah Yang Keberada'anya Menjadi Kesibukan Tersendiri Bagi Para Sahabat Nabi R Anhum  Pada Keada'an Keada'an Dan Amal Amal Mereka.Kemudian Rosulullah Wafat  Meninggalkan Dua Puluh Ribu Dari Para Sahabat Yang Jauh Dari Mereka  Belum Hafal Al Qur'an Melainkan Hanya Enam Orang Yang Dua Orang Dari Mereka Saja Masih Di Perselisihkan.Dan Kebanyakan Dari Mereka Adalah Orang2 Yang Hanya Hafal Satu Surat Dua Surat,Dari Ulama' Mereka  Ada Seorang Yang Hanya Hafal Surath Al BaQoroth Dan Al An'am Saja.Hadits Tentang Sepeninggalannya Rosulullah Saya (Pentakhrij Khadits Dari Kitab Ikhya' Ini) Berkata:Pernyata'an Al Ghazali Yang Berbunyi "Rosulullah Wafat Meninggalkan Dua Puluh Ribu Dari Para Sahabat Yang Jauh Dari Mereka,Belum Hafal Al Qur'an ....."Barangkali Saja Maksud Beliau Yang Ada Di Al Madinath,Bila Tidak,Maka Sungguh Telah Di Riwayathkan Dari Abie Zur'ath Arrozi Bahwasanya Beliau Mengatakan"Rosulullah Di Ambil Kembali Oleh Allah (Wafat) Jauh Meninggalkan Seratus Empat Puluh Ribu Sahabat  Yang Meriwayatkan Baca'an Al Qur'an Dari Nabi Dan Mendengarnya Langsung Dari Beliau" Selesai.
     Adapun Sahabat Yang Hafal Al Qur'an Pada zaman Rosulullah Maka Di Terangkan Dalam Dua Kitab Sokhikh Dari Khaditsnya Anas,Beliau Berkata:Empat Orang Yang Kesemuannya Dari Sahabat Al Anshori Yaitu Ubay Bin Ka'ab Mu'adz Bin Jabal Zaid (Bin Tsabit) Dan Abu Zaid Pada Zamannya Rosulullah Telah Mengumpulkan Teks/Naskah Al Qur'an,Aku Berkata (Abie Zur'ath Arrozi) Berkata:Siapakah Abu Zaid?Beliau (Anas) Berkata:Dia Adalah Salah Satu Dari Pamanku.Ibnu Abi Syaibath,Abu Darda' Dan Sa'id Bin Abied Dari Riwayath Dalam Kitab Assu'ubi Seperti Halnya Kitab Al Mushonif Menambahkan "Riwayat Hadits Secara Metodologis Mursal" Dan Di Dalam Dua Kitab Sokhikh Dari Haditsnya Abdullah Bin Umar Terdapat Khadits:
 استقرئوا القرآن من أربعة من عبد الله بن مسعود وسالم مولى أبي حذيفة ومعاذ بن جبل وأبي بن كعب
    Carilah (Riwayath) Baca'an Al Qur'an Dari Empat Orang,Yaitu Dari Abdullah Bin Mas'ud Salim Maula Abie Khudzaifath Muad Bin Jabal Dan Ubay Bin Ka'ab.Ibnu Al Anbari Meriwayatkan Dengan Sanadnya Pada Sahabat Umar Beliau Berkata:Adalah Al Fadhil (Sahabat yang Mendapat Anugerah Keunggulan Tersendiri) Di Awal Zamannya Ummat (Rosulullah )Ini Ada Beberapa Sahabat Yang Hafal Satu Surath Dari Al Qur'an Dan Seperti Satu Surath Dari Surath Al Qur'an.Lanjutkanlah Dengan Khadits Yang Utuh.Sedangkan Sanadnya Merupakan Sanad Yang Dlo'if .Dan Bagi Keterangan Dalam Kitabnya Tirmidzi Yang Oleh Beliau Mensokhikhkannya Terdapat Khadits,Dari Khaditsnya Abu Ghurairoth Beliau Abu Ghurairoth Berkata:Rosulullah SAW Diutus Dengan Sebenar Benarnya Utusan,Sedangkan Mereka (Para Sahabat) Sudah Memiliki Jumlah(Berbilang) Kemudian Saya Mencari Tahu (Informasi) Baca'an Pada Mereka,Lantas Setiap Satu Pemuda Mencari Informasi Riwayath Baca'an Untuk Baca'an Al Qur'an Yang Sudah Ada Padanya,Dan Ia Berusaha Mendatangi Pemuda Yang Lain Dari Yang Paling Muda Usianya,Dari Para Sahabat.Kemudian Ia Berkata:Wahai Fulan Surath Apakah Yang Sudah Ada Bersamamu?,Dari Surath Al Qur'an,Fulan Menjawab,Sudah Ada Bersamaku Segini,Segini (Dari Surath Al Qur'an) Dan Surath Al BaQoroth,Ia Bertanya Pada Fulan,Adakah(Saat Ini) Bersamamu Surath Al BaQoroth? Fulan Menjawab "Iya Memang" Ia Berkata Pada Fulan,Pergilah Kamu,Maka Engkau Adalah Pemimpin Mereka,Lanjutkan lah Hadits Ini.
    Ketika Salah Seorang Datang Untuk Belajar Al Qur'an,Kemudian Sampailah Ia Pada Firman Allah:
 فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره ومن يعمل مثقال ذرة شرايره 
"(Maka barang siapa yang mengerjakan seberat zarah) atau seberat semut yang paling kecil (kebaikan, niscaya dia akan melihatnya) melihat pahalanya
(Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihatnya pula) artinya dia pasti akan merasakan balasannya."
(Jalalain, Az-Zalzalah 99: Ayat 7_ 8),Lantas Kemudian Ia Berkata:Cukuplah Ini Untukku,Dan Ia Berpaling(Pergi),Maka Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam Bersabda:Telah Berlalu Seorang Lelaki Dan Ia Adalah Orang Yang Faqieh,Takhrij/Kutipan Hadits Oleh:Abu Daud Dan Annasa'i Dalam Kitab Al Qubro,Ibnu Khaban Dan Al Khakiem,Al Khakiem Mensokhikhkannya Dari Khaditsnya Abdullah Bin Umar,Beliau Berkata:Seorang Laki Laki Mendatangi Rosulullah SAW,Kemudian Ia Berkata"Wahai Rosulullah Ajarilah Padaku Baca'an Al Qur'an" Dan Di Dalam Khadits Ini Terdapat"Kemudian Rosulullah Mengajarkan Membaca Idza dzulzilat" Sampai Dengan Selesai Dari Ayat Itu,Kemudian Seorang Lelaki Itu Berkata:Demi Tuhan Yang Telah Mengutusmu Dengan Membawa Kebenaran Saya Tidak Akan Meminta Menambahkan Atas Dua Ayath Diatas Selamanya,Lalu Kemudian Lelaki Itu Berbalik (Pergi),Maka Rosulullah SaW Bersabda:Beruntunglah Laki Laki (FaQih) ,Beruntunglah Laki Laki(FaQih) Itu,Bagi Imam Akhmad Dan Annasa'i Dalam Kitab Al Qubro Dari Khaditsnya So'so'ath Pamannya Al FazdaQ Terdapat Khadits:"Sesungguhnya Dia (Lelaki FaQih) Tersebut Adalah Skhokhibunushoth (Bagian Orang Yang Menyusun Barang Niaga),Kemudian Laki Laki Itu Berkata:Cukup Bagiku,Aku Tidak Peduli,Untuk Tidak Mendengar Selain Ayat Zalzalath,So'So'ath Berkata:Cukuplah Keterangan Ini,Dan Laki Laki Itupun Berlalu,Maka Rosulullah SAW Bersabda:Seorang Laki2 Telah Berlalu Dia Adalah FaQieh."
     Al Ghazali Berkata:Sesuatu Yang Berharga Hanyalah Contoh Keada'an Yang Demikian (Keterangan Diatas),Yang Mana Keada'an Yang Berharga Tersebut Sejatinya Dari Allah Azza Wa Jalla,Yang Bersamanya Masuk Pada Hati Hamba Yang Mu'min Setelah Memahami Al Ayath.Adapun Yang Hanya Murni Gerakan Lisan Itu Sedikit Sekali Faidathnya,Bahkan Orang Yang Membaca Al Qur'an Yang Berpaling (Jauh) Dari Mengamalkannya,Itu Patut Bila Keada'annya Di Maksudkan Dengan Firman Allah Sebagai Berikut:
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِ نَّ لَـهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
"(Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku) yakni Alquran, yaitu dia tidak beriman kepadanya (maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit) lafal Dhankan ini merupakan Mashdar artinya sempit. Ditafsirkan oleh sebuah hadis, bahwa hal ini menunjukkan tentang diazabnya orang kafir di dalam kuburnya (dan Kami akan mengumpulkannya) orang yang berpaling dari Alquran (pada hari kiamat dalam keadaan buta) penglihatannya."
(Jalalain,TaHa Surath Ke 20,Ayat 124)

قَا لَ كَذٰلِكَ اَتَـتْكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيْتَهَا ۚ وَكَذٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسٰى
"(Allah berfirman,) perkaranya (Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya) kamu meninggalkannya dan tidak mau beriman kepadanya (dan begitu pula) sebagaimana kamu lupa kepada ayat-ayat Kami (pada hari ini kamu pun dilupakan) dibiarkan tinggal di dalam neraka."
(Jalalain,TaHa 20,Ayat 126),Artinya Kamu Meninggalkannya(Tidak Beriman Padanya),Kamu Tidak Memandang Dengan Pikiran Padanya,Dan Tidak Merasakan Kepayahan Bersamanya.
     Al Ghazali Berkata:Maka Sesungguhnya Orang Yang Sempit Pemikirannya Pada Perintah,Maka Bisa Dikatakan Padanya:Ia Telah Melupakan Perintah,Al Ghazali Kembali Menyinggung Dengan Mengatakan:Sedangkan Membaca Al Qur'an Dengan Sebenar Benarnya Membaca Yaitu:Dalam Baca'an Al Qur'an Tsb Terdapat Saling Kerjasama Antara Lisan,Pemikiran(AQal) Dan Hati,Maka Bagian Pekerja'an Lisan Adalah Mentaskhih Huruf2 Dengan Baca'an Tartielnya,AQal Bekerja Untuk Menggali Ma'na Ma'na,Sedangkan Hati Bekerja Untuk Menerima Mauidzloth,Mengambil Pengaruh Dengan Adanya Ma'na Larangan Dan Perintah,Sederhananya Lisan Itu Untuk Membaca Tartiel,AQal Untuk Menerjemahkan Ma'na Sedangkan Hati Menerima Mauidzloth.

          9.Kenaikan Tingkatan Dalam Baca'an.


   Yang Kesembilan Dari Etika Membaca Al Qur'an Dengan Amalan Yang Khakiki Yaitu Kenaikan Tingkatan Dalam Membaca Ayath Qur'an.
    Saya (Khujatul Islam Abu Khamid Akhmad Bin Mukhamad Al Ghazali Attusi Assyafi'i,Lahir Di Thus Iran Pada Tahun 1058 M/450 H_1111 M/ 14 Jumadil Akhir 505 H/Umur 52_53 Tahun,Seorang Ulama' Persia) Memaksudkan Ma'na TaroQiy Yaitu Seseorang (Qori') Akan Mengalami Kenaikan Tingkatan Sampai Pada Tingkatan Ia Akan Mendengarkan Al Kalam Langsung Dari Allah Azza Wa Jalla,Bukan Mendengarkan Kalam Dari Suara Dirinya Sendiri.
      Tingkatan Membaca Al Qur'an Itu Serendah Rendahnya Ada 3,Minimal Seorang Pembaca Itu Akan Mengalami Tingkatan Dalam Membaca Secara Signifikan.
      A.Tingkatan Yang Pertama.
Seorang Hamba (Ahli Qur'an) Menentukan Pada Dirinya Bahwasanya Ia Membaca Al Qur'an Laksana Membacanya Atas Allah Azza Wa Jalla,Dan Merasa Wukuf Di HadapanNYA.Ia Dalam Pikirannya Merasa Memandang Dan Mendengar langsung Dari Allah,Maka Keberada'an Posisinya Pada Saat Penentuan Ini Adalah Dalam Posisi Meminta,Memuji Allah,Merendah,Dan Memohon Mohon.
    B.Tingkatan Yang Kedua.
Seorang Hamba Akan Menyaksikan Di Dalam Hatinya Laksana Allah Azza Wa Jalla Melihatnya,Dan Berkhithab Padanya Dengan Sifat Lathifnya Allah,Dan Allah Mengajaknya Bermunajath Dengan Lantaran Ni'mat2 Dan Sifat IkhsanNYa.Maka Kedudukan Hamba Adalah Rasa Malu,Mengagungkan Allah,Mendengarkan Dengan Seksama Dan Mengambil Pemahaman.
    C.Tingkatan Yang Ketiga .
Seorang Hamba Akan Melihat Tentang Kalam Itu Adalah Al Mutakalim (Yang Berkalam),Melihat Kalimat Merupakan Sifat Sifatnya Allah,Maka Ia Tidak Akan Melihat Dengan Pandangan Pemikirannya Pada Dirinya sendiri ,Pada Baca'annya Sendiri,Maupun Pada Terhubungnya Ni'mat Allah Padanya,Dari Arah Dirinya Merupakan Orang Yang Di Beri Ni'math,Bahkan Keadanya Terisolasi Oleh Keprihatinan Pada Sifat Agungnya  Al Mutakalim,Yang Pemikirannya Terhenti Hanya Pada Al Mutakalim,Keada'annya Seakan Laksana Tenggelam Dan Terpikat Jauh Dari Selain Al Mutakalim,Dengan Menyaksikan Secara Langsung Al Mutakalim,Point' Yang Ketiga Ini Adalah Derajat/Tingkatan Al Muqorobien,Dan Dua Point Sebelumnya Merupakan Tingkatannya Ashabul Yamien,Sedangkan Kedudukan Yang Keluar Dari Ketiga Point' Tingkatan Diatas Merupakan Derajat Untuk Orang2 Yang Lalai.
       Dan Dari Tingkatan Yang Tertinggi Ja'far Bin Mukhamad AsshodiQ RA Memberikan Khabar,Beliau Berkata:Demi Allah ,Sungguh Telah Nampak Allah Azza Wa Jalla Pada MakhluQnya Pada KalamNYa,Akan Tetapi Mereka Tidak MelihatNYa,Beliau Berkata Kembali:Mereka Menanyainya Tentang Keada'an Yang Bisa Mempertemukan Beliau Dengan Allah Di Dalam Sholat Sehingga Beliau Tersungkur Pingsan,Maka Ketika Beliau Terbangun Di Tanyakan Pada Beliau Tentang Hal yang Demikian,Kemudian beliau Berkata:Tak Henti Hentinya Saya Mengulang Ulang Membaca Ayath Atas Hatiku Sehingga Saya Mendengarkannya Dari Yang Berkalam,Kemudian Jasadku Tidak Kuat Berdiri Karena Memandang Jelas Dengan Mata Kepala sendiri Kekuasa'an Allah.
     Al Ghazali Berkata:Maka Pada Contoh Derajat Tertinggi Diatas Menjadi Agunglah Perasa'an Manisnya Membaca Dan Lezatnya Bermunajat (Berbisik Bisik).
     Oleh Karena Demikian,Sebagian Ulama'2 Khikmath Mengemukakan:Adalah Saya Yang Telah Membaca AlQur'an,Namun Saya Belum Menemukan Manisnya Membaca (Al Qur'an),Sehingga Saya Membacanya Seakan Akan Laksana Saya Mendengarnya Dari Rosulullah SAW Yang Membacanya Atas Sahabat Sahabat Beliau,Kemudian Saya Meninggikan Upaya Membaca Itu Pada Kedudukan Diatas Sebelumnya,Yang Saya Membacanya Seakan Laksana Saya Mendengarnya Langsung Dari Jibriel AS,Yang Menurunkannya Atas Rosulullah SaW,Kemudian Datanglah Nuansa Ketuhanan (Allah SWt) Pada Manzilath Yang Lain,Maka Sesungguhnya Sekarang Saya Mendengarnya Langsung Dari Yang Berkalam,lantas Ketika Berada Di Manzilath Itu Saya Menemukan Kelezatan Membaca Al Qur'an Dan Kenikmatan Yang Saya Sendiri Tidak Sabar Jauh Darinya.
      Kedua Sahabat Nabi,Utsman Bin Affan Dan Khudzaifath R.Anhuma Mengemukakan:Kalau Saja Hati Itu Telah Menjadi Suci,Maka Tidak Akan Merasa Kenyang Dari Membaca Al Qur'an.mengapa Mereka Mengatakan Demikian Karena Dengan Sucinya Hati Ia Akan Naik Pada Menyaksikan Secara Langsung Al Mutakalim (Allah Yang Berkalam) Dalam Sebuah Kalam.Oleh Karena Itu Tsabit Al Bunaniy Berkata:Dua Puluh Tahun Saya Membawa Dan Memikul Al Qur'an,Dan Dua Puluh Tahun Pula Saya Hidup Mewah Dan Nyaman Bersamanya.
      Dan Dengan Menyaksikan Al Mutakalim (Allah Yang Berkalam),Bukan Pada Selain Al Mutakalim,Maka Keberada'an Seorang Hamba Akan Menyerupai Seperti Dalam Contoh Firman Allah:
فَفِرُّوْۤا اِلَى اللّٰهِ ۗ اِنِّيْ لَـكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ۚ 
"(Maka segeralah kembali kepada Allah) larilah kalian kepada pahala-Nya dari siksaan-Nya, yaitu dengan jalan menaati-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. (Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian) aku adalah seorang pemberi peringatan yang jelas lagi gamblang."
( jalalain,Adzariyath,Surath Ke 51,Ayat 50),Dan Firman Allah:
وَلَا تَجْعَلُوْا مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ ۗ اِنِّيْ لَـكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ ۚ 
"(Dan Janganlah kalian mengadakan tuhan Yang lain di samping Allah. Sesunguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untuk kalian) sebelum firman-Nya, Fafirruu diperkirakan ada lafal Qul Lahum artinya, Katakanlah kepada mereka."
(Tafsir Jalalain,Adzariyat Surath Ke 51Ayat 51)
      Selanjutnya Khujatul Islam Abu Khamid Mukhamad Al Ghazali Attusi Iran Berkata:Maka Barang Siapa Yang Tidak Melihat NYA Pada Segala Sesuatu,Maka Berarti Sesungguhnya  Dia Telah Melihat Selain Allah,Dan Setiap Sesuatu Yang Seorang Hamba Menoleh Karenanya Selain Pada Allah,Maka Penolehannya Itu Mengindikasikan Penyekutuan Yang Tersimpan (Samar) Bahkan Taukhid Yang Murni Itu Sebenarnya Adalah: Tidaklah Seorang Hamba Hendak Melihat Pada Setiap Sesuatu Melainkan Hanya Allah.

                           10.Attabari  (التبري)



      Yang Kesepuluh Dari Etika Membaca Al Qur'an Dengan Mengerjakan Etika Yang Khakiki Yaitu Tabari,Apa Maksud Dari Tabari? Al Ghazali Berkata:Yang Saya Maksudkan Dengan Tabari Yaitu Seseorang Akan Menyangkal,Tidak Mengakui,Melepaskan Diri,Dari Kemampuan Dan Kekuatannya,Serta Menengok Pada Dirinya Sendiri,Diantara Ridlo Dan Tzkiyath (Pembersihan Jiwa)Artinya,
       A.Ketika Seseorang Membaca Al Qur'an Dan Menjumpai Ayat Al Wa'd (Janji Allah),Dan Ayat Al Madh(Pujian) Utk Orang 2 Yang Solikh,Maka Ia Tidak Menyaksikan Dirinya Sendiri Ketika Demikian (Di Terangkan Dalam Ayath),Bahkan Sebenarnya Ia Menyaksikan Orang Orang Yang Yakin Dan Orang Orang Yang Membenarkan Janji Allah,Justru Berada Di Dalamnya.Dan Dia Akan Taswief (Meng Akan2) Pada Akankah Allah Menemukannya Dengan Mereka.
        B.Ketika Seorang Pembaca Al Qur'an Membaca Ayat Kemurka'an Allah,Tercelanya Orang2 Yang Bermaksiat,Serta Orang2 Yang Melampaui Batas,Maka Ia Menyaksikan Atas Dirinya Sendiri Di sana(Di maksudkan Dalam Ayat Tsb),Dan Ia Menentukan Bahwasanya Dialah Sendiri Yang Di Khutbahi,Karena Merasa Khawatir Dan Takut Akan Murkanya Allah.
    Oleh Karena Demikian,Adalah Ibnu Umar RA,Yang Senantiasa Berdoa:
  اللهم إني أستغفرك لظلمي وكفري
Ya Allah Sesungguhnya Saya Memohon Ampunan PadaMU,Karena Aniayaku Dan Kekufuranku, Lalu Di Tanyakan Pada Beliau"Kedzaliman Ini? Ada Apa dengan Kedzaliman,Lantas Bagaimanakah Dengan Keada'an Kufur?Kemudian Beliau Membacakan Ayath:
وَاٰ تٰٮكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَ لْـتُمُوْهُ ۗ وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ الْاِنْسَا نَ لَـظَلُوْمٌ كَفَّارٌ
"(Dan Dia telah memberikan kepada kalian dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya) sesuai dengan keperluan kalian (Dan jika kalian menghitung nikmat Allah) pemberian nikmat-Nya kepada kalian (tidaklah dapat kalian menghitungnya) kalian tidak akan mampu menghitung-hitungnya. (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah orang kafir (sangat zalim dan sangat ingkar) artinya banyak berbuat aniaya terhadap dirinya dengan cara melakukan maksiat dan banyak ingkar terhadap nikmat Rabbnya."
(Tafsir Jalalain,Ibrahim 14: Ayat 34)
       Di Tanyakan Kepada Yusuf Bin Asbaath"Ketika Engkau Membaca Al Qur'an,Dengan Doa Apa Engkau Berdo'a" Yusuf Bin Asbaath Menjawab"Dengan Apa Saya Berdo'a? Saya Berdo'a Dengan 'Aku Memohon Ampunan Pada Allah Dari Sifat Melampaui Batas Olehku,Tujuh Puluh Kali.
      Ketika Seseorang Melihat Dirinya Sendiri Dengan Melampaui Batas(Kelalaian) Dalam Baca'an,Maka Pandangan Terhadap Dirinya Sendiri Itulah Merupakan Sebab Kedekatannya (Dengan Kebenaran Kalam Allah).Sesungguhnya Barang Siapa Yang Menyaksikan Yang Jauh Dalam Kedekatan,Maka Ia Akan Bersikap Lembut Dengannya (Sesuatu Yang Jauh tsb) Dalam Rasa Takutnya,Sehingga Rasa Takut Itu Akan Menggiringnya Pada Tingkatan Yang lain,Dalam Kedekatan(Yang Sebenar Benarnya Sebuah Kedekatan) Di Belakang Kedudukannya(Yang Sebelumnya).Barang Siapa Yang Menyaksikan Kedekatan Dalam Kejauhan Maka Kedekatan Itu Telah Menipunya Dengan Rasa Aman Yang Bisa Mendatangkan (Menggiring Padanya) Pada Derajat/Tingkatan Yang Lain Yang Lebih Rendah Dari Tingkatan Yang Sebelumnya Ia Berada Di Dalamnya.
      Dan Bagaimanapun Ketika Seseorang Itu Menyaksikan Dirinya Sendiri Dengan Mata Kepuasan,Maka Jadilah Ia Tertutup Oleh Dirinya Sendiri,Ketika Ia Telah Melampaui Batas Menengok (Lebih Dalam)Pada Dirinya Sendiri,Dan Ia Tidak Menyaksikan Apapun Melainkan Allah Pada Baca'annya Ketika Membaca Al Qur'an,Maka Padanya Telah Di Bukakan Rahasia Alam Malakut (Keraja'an Langit).Abu Sulaiman Addaroni RA Berkata:Suatu Ketika Ibnu Tsauban Menjanjikan Pada Saudaranya Untuk Berbuka Puasa Bersamanya Di Sisinya,Kemudian Tsauban Telat Waktu Atas Janji Itu Sampai Pada Akhirnya Fajar Menyingsing,Lantas Saudara Beliau Menemuinya Pada Pagi Hari,Dan Ia Berkata Pada Ibnu Tsauban:Engkau Telah Menjanjikanku Bahwa Engkau Akan Berbuka Puasa Di sisiku,Kemudian Engkau Telah Mengingkarinya,Ibnu Tsauban Berkata:Kalau Saja Saya Tidak Menjanjikan Padamu Untuk Berbuka Puasa Bersamamu,Niscaya Saya Tidak Akan Memberikan Informasi Apapun Padamu Tentang Sesuatu Yang Telah Menahnku Darimu,Sesungguhnya Ketika Saya Melakukan Sholat Petang Maka Saya Terlintas Untuk Mengerjakan Sunnah Witir Terlebih Dahulu Sebelum Saya Akan Mendatangimu,Karena Saya Sama Sekali Tidak Merasakan Aman,Terhadap Apa Yang Akan Datang Baru,Dari Persoalan Kematian,Kemudian Ketika Saya Berada Dalam Do'a Dari Sunnah Witir,Saya Naik Keatas Melihat Taman Yang Menghijau Yang Di Dalamnya Terdapat Macam Macam Ke Gemerlapan Dari Sorga,Tak Henti Hentinya Saya Memandang Gemerlapnya Taman Surga Itu Hingga Pagi.
       Mukasyafath(Tersingkapnya Tirai Mata Hati)Ini,Tidak Akan Ada Melainkan Setelah Tabari(Melepaskan)Dari Kedudukan Diri (Nafs)Tidak Adanya Menoleh Padanya,Apalagi Menuruti Keinginannya.Kemudian Tahapan Berikutnya Mukasyafath Ini Menjadi Khusus Dengan Memperhitungkan Keada'an2 Orang Yang Kasf,Artinya Ketika Ia Membaca Ayat2 Roja' (Harapan)Yang Akan Unggul Atas Dirinya Mendapat Khabar Gembira,Maka Akan Tersingkap Padanya Gambaran Syurga Lalu Kemudian Ia Menyaksikannya Seperti Laksana Ia Melihatnya Dengan Mata Telanjang,Dan Bila Khouf (Perasa'an Takut) Mendominasinya,Maka Tersingkap Padanya Neraka ,Sampai Pada Akhirnya Ia Melihat Dengan Mata Telanjang Aneka Macam Siksa Neraka.Mengapa Demikian?
       Karena Sesungguhnya Kalamullah,Itu Mencakup Keterangan Datar (Mudah) Lagi Lembut,Keterangan Yang Menegakan Lagi Relevan,Dan Keterangan Tentang Roja' (Harapan) Dan Khouf (Takut Akan Siksa Allah)
      Cakupan Keterangan Yang Demikian Itu Sesuai Dengan Tolak Ukur Sifat Sifatnya Allah,Karena Sebagian Dari Sifat Tersebut Terdapat Sifat Arrokhmath(Maha Penyayang),Luthfi (Maha Lembut)Maha Membalas Dan Albaths (Maha Memaksa ).
      Maka Dengan Mengukur Penyaksian Kalimat Kalimat Dan Sifat2 Allah (Yang Ada Dalam Al Qur'an)Seseorang Akan Berganti Tentang Beda Bedanya Status Dirinya (Dalam Hal Tersingkapnya Tirai Hati),Dan Dengan Mengukur Setiap Status Dari Beberapa Status,Seseorang Akan Menyiapkan Dirinya Untuk Mukasyafath Dengan Urusan Yang Menyamai Dan Mendekati Status(Mukasyafath) Itu,Karena Sangat Mustakhil Bila Keada'an Statusnya Orang Yang Mendengar Itu Satu,Sedangkan Ayath Yang Di Dengar Itu Berbeda Beda,Karena Pada Ayath Yang Di Dengar Terdapat Kalam Ridlo lagi Kalam Murka,Kalam Yang Memberi Ni'mat Lagi Memberi Siksa,Kalam Dzat Yang Maha Perkasa Lagi Maha Membesarkan Dzatnya,Yang Tidak Peduli,Kalam Dzat Yang Maha Memberi Kasih Sayang lagi Penuh Perhatian,Yang Tidak Menangguhkan PerhatianNYA.

         Selesai,Dengan Pertolongan Allah,Yang Maha Perkasa Dan Bijaksana Pada Semua Hambanya,Allahuma Ya Allah Berikanlah Rakhmat PengAgungan Terhadap Pemimpin Kami,Mukhamad,Yang Dengan Rakhmat Itu Bisa Menyelamatkan Kami Dari Segala Kengerian Dan kegentingan Serta Mara Bahaya,Yang Bisa Mensucikan Kami Dari Segala Kejelekan,Yang Mengangkat Kami DisisiMU Pada Derajat Yang Tertinggi,Yang Bisa Menyampaikan Kami Pada Tujuannya Tujuan,Dari Segala Kebaikan Dalam Kehidupan Dan Setelahnya Yaitu Akhirath.Dan Semoga Sholawat Nabi Tetap Mengalir Pada Setiap Abdi Yang Terpilih,Kami Meminta Pada Allah Yang Maha Memberi,Agar Menjaga Kami,Dari Perilaku Riya' Sifatnya Allah Adalah Dzat Yang Maha Melipat Gandakan Pahala Kami,Dan Semoga Nilai Tambah Untuk Kebaikan Ibadah Kami Senantiasa Terpelihara Musarmadan,Dengan Khizib Ulama'.


                           


       
            Catatan Harian Kajian Sederhana Ikhya' 
       Tahun 2006,Aula Ponpes Sunan Kalijaga
        Demak Jawa Tengah.

                                       Jakarta 02 Juni 2019.


                                  Mujierokhman Pegiringan.

Mujierokhman copyright ©02 Juni 2019 All Right Reserved

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keragaman Pengetahuan Al Qur'an

penyegaran Kembali Memaknai AlQur'an

Ilmu Bagian Dari Ibadah.